SKRIPSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS AKSELARASI ...

71 downloads 3182 Views 2MB Size Report
SMAN 8 Jakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah ... melakukan penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. 9.
SKRIPSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS AKSELARASI SMA NEGERI 8 JAKARTA Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : GADA MUGHITSA (106017000520)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama

: Gada Mughitsa

NIM.

: 106017000520

Jurusan

: Pendidikan Matematika

Angkatan Tahun

: 2006

Alamat

: Jl. Masjid II No.10 Rt. 01 Rw. 04 Sudimara Timur Ciledug Tangerang Banten 15151

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta” adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen : 1.

Nama

: Dra. Afidah Mas’ud

NIP.

: 19610926 198603 2 004

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika 2.

Nama

: Firdaus,S.Si, M.Pd.

NIP.

: 19690629 200501 1 003

Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta,

Maret 2011

Yang Menyatakan

Gada Mughitsa

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul: “ Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta” disusun oleh Gada Mughitsa, NIM 106017000520, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, Maret 2011

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Afidah Mas’ud

Firdaus, S.Si,M.Pd

NIP. 19610926 198603 2 004

NIP. 19690629 200501 1 003

ABSTRACT

Gada Mughitsa (106017000520). “Mathematics Learning in Class Acceleration SMAN 8 Jakarta”. Skripsi Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2011. The purpose of this study is to investigate the learning of mathematics in class acceleration SMAN 8 Jakarta. This study used descriptive qualitative, the type of research that attempt to describe the problem with a factual analysis. To obtain valid data and accounted for the truth of this study researchers go directly to the field (Field Research). Subjects of the study are students in accelerated classes SMAN 8 Jakarta students numbering 15 people. Data collection technique used observation and interviews. The process of mathematics learning in class acceleration SMAN 8 Jakarta conducted by applying the model of problem-based learning (problem-based learning). Discussion of the material remains adapted to the existing curriculum, coupled with the subject of discussion raised by students who reviewed, discussed and looked for solving the problem collectively. In the process of learning mathematics in the accelerated classes that most students are very active, many involved in the learning process, was delighted to learn, to understand the explanations given by teachers, use of study time is effective and efficient and they are satisfied with what they've accomplished in learning mathematics. Although there are some small states have experienced saturation students in mathematics, had no effect on the findings that learning mathematics is very well run, fun and more aktraktif with outbound program held outside of class.

Key words: learning math, acceleration, problem-based learning.

ABSTRAK Gada Mughitsa (106017000520). “Pembelajaran matematika di kelas Akselerasi SMAN 8 Jakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas

Islam

Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta,

Juni 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMA 8 Jakarta. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berusaha menggambarkan permasalahan dengan suatu analisis factual. Untuk memperoleh data yang valid dan dipertanggung jawabkan kebenaran penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan (Field Research). Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi dikelas akselerasi SMAN 8 Jakarta yang berjumlah 15 orang siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (learning based-problem). Pembahasan materi tetap disesuaikan dengan kurikulum yang ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan oleh siswa yang dibahas, didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah secara kolektif. Dalam proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar menyatakan bahwa siswa sangat aktif, banyak terlihat dalam proses belajar, merasa senang belajar, memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru, penggunaan waktu belajar sudah efektif dan efisien serta mereka puas terhadap apa yang sudah mereka capai dalam pembelajaran matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa menyatakan pernah mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika, itu tidak berpengaruh pada hasil penemuan bahwa pembelajaran matematika berjalan sangat, menyenangkan dan lebih aktraktif dengan program outbond yang diadakan diluar kelas.

Kata kunci: pembelajaran matematika, akselerasi, pembelajaran berbasis masalah.

KATA PENGANTAR ‫ﺑﺴﻢ ﺍﻠﻠﻪ ﺍﻠﺮ ﺤﻣﻥ ﺍﻠﺮ ﺤﻳﻡ‬ Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan matematika. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMAN 8 Jakarta. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam penulisan skripsi ini. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin atas penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dra. Afidah Mas’ud., sebagai Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Firdausi, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing II dengan penuh kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. 7. Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan dalam pembuatan surat-surat serta sertifikat. 8. Kepala Sekolah SMAN 8 Jakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di SMP PGRI 1 Ciputat Tangerang Selatan. 9. Bapak Karto Suryo, S.Pd., selaku guru matematika di SMAN 8 Jakarta yang telah membantu dan mempermudah penulis dalam melakukan penelitian dan siswa-siswi khususnya kelas X Akselerasi

tahun 2010/2011 yang telah

membantu penulis melaksanakan penelitian. 10. Seluruh karyawan, staf Tata Usaha (TU) dan guru-guru SMAN 8 Jakarta yang telah membantu melaksanakan penelitian dan membantu membuat surat keterangan penelitian. 11. Pimpinan dan staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menyediakan serta meberikan pinjaman literatur yang dibutuhkan. 12. Orang Tua tercinta, Bapak H. Ali Muntoro, Ibu Hj. Irodatun Hanif dan Ali Umar Dhani (Kaka) yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang dan memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis dan yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Serta keluarga besar penulis, om, tante dan sepupu yang selalu memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika Angkatan ’06, kelas A dan B terutama sahabat-sahabatku di bangku kuliah yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis. 14. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi yang selalu memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis hanya dapat berdoa mudahmudahan bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan dan doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal ’alamin. Demikianlah, penulis telah berusaha dengan seluruh kemampuan yang ada untuk menyusun skripsi ini dengan sebaik-baiknya, namun di dalam penyusunan skripsi ini masih saja dirasakan dan ditemui berbagai macam kekurangan dan kelemahan. Karena itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga skripsi ini akan membawa manfaat yang sebesarbesarnya bagi penulis khususnya dan bagi pembaca sekalian umumnya.

Jakarta,

Juni 2011

Gada Mughitsa

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7 C. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7 D. Perumusan Masalah ............................................................................. 8 E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8 BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................. 10 A. Kajian Teori ....................................................................................... 10 1. Model Pembelajaran Matematika ................................................. 10 a. Pengertian Model ....................................................................... 10 b. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 11 c. Pengertian Matematika ............................................................... 12 d. Pengertian Model Pembelajaran Matematika ............................ 14 2. Pengertian Kelas Akselerasi .......................................................... 16 a. Pengertian Kelas Akselerasi ....................................................... 16 b. Tujuan Kelas Akselerasi ............................................................ 19 c. Kelemahan dan Kelebihan Kelas Akselerasi ............................. 20 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi .... 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 26 A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 26

i

B. Metode Penelitian ................................................................................ 26 C. Populasi dan Sampel . .......................................................................... 27 1. Populasi ......................................................................................... 27 2. Sampel ........................................................................................... 27 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 27 E. Instrumen Penelitian............................................................................. 28 F. Teknik Analisa Data ............................................................................ 29 BAB IV HASIL PENELITIA …….………………………………………… 44 A. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Jakarta ........................................... 44 1.

Berdirinya SMA Negeri 8 Jakarta ................................................ 44

2.

Visi dan Misi serta Tujuan SMA Negeri 8 Jakarta ....................... 45

3.

Keadaan Siswa,Guru, Karyawan, Sarana dan Fasilitas yang dimiliki .......................................................................................... 49

B. Deskripsi Data ..................................................................................... 54 C. Hasil Perolehan Data ........................................................................... 55 D. Pembahasan ......................................................................................... 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69 A. Kesimpulan ......................................................................................... 69 B. Saran .................................................................................................... 70 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71 LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi

dirinya

untuk

memiliki

kekuatan

spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih

mendalam

yaitu

pemberian

pengetahuan,

pertimbangan

dan

kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat 1 berbunyi : “ Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi“. 1 Dari undang-undang sistem pendidikan nasional tersebut menjadi landasan hukum bagi

pemerintah

dalam

rangka

peningkatan

kualitas

pembelajaran

(instructional quality) karena muara dari berbagai program pendidikan adalah pada terlaksananya program pembelajran yang berkualitas.

1

Undang- Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

1

2

Perubahan paradigma pendidikan di Indonesia era milenium ketiga merupakan suatu keniscayaan yang tak boleh ditolak. Konsep pendidikan sekarang harus, - meminjam istilah Tilaar harus meliputi aspek pedagogik transformasif, yakni proses pembelajaran yang mampu mentransformasikan peserta didik pada arah yang lebih baik. Baginya, paradigma pedagogik transformatif mampu mengikuti perkembangan teknologi dan budaya yang bergerak

cepat,

seiring

dengan

kemajuan

teknologi

informasi

dan

telekomunikasi.2 Perkembangan pendidikan yang semakin progresif menjadi tantangan tersendiri untuk dicarikan formulasi yang tepat dalam ranah lembaga pendidikan, seperti sekolah. Lembaga pendidikan yang adaptif terhadap perubahan masyarakat dan ilmu pengetahuan serta teknologi harus berada di dalam perubahan itu sendiri. Paradigma pendidikan yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah tidak lagi berbasis pada kebutuhan peserta didik (child centered-education)

maupun

berbasis

masyarakat

(society

centered-

education), karena kedua-duanya dapat mengasingkan kepada masyarakat dan budayanya sendiri.3 Selaras dengan pemikiran Tilaar di atas, pandangan senada yang berkaitan dengan reformasi paradigma pendidikan dalam menyongsong perubahan budaya yang sangat cepat juga disuarakan oleh Azyumardi Azra. Bagi Azra, untuk merespon perubahan yang begitu cepat, maka paradigma

2

H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas, hal.. 92. 3 H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional............. hal. 93

3

pendidikan harus mengaplikasikan sistem pendidikan yang berorientasi pada pengelolaan berbasis sekolah (school based-management) atau sering disebut Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).4 Prinsip

tersebut

menuntut

kedewasaan

pemerintah

untuk

mendelegasikan secara penuh kepada unit-unit terkecil lembaga pendidikan dalam merespon gerak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem deregulasi dan otonomisasi pelaksaan pendidikan pada sekolah-sekolah merupakan salah satu perubahan paradigma pendidikan yang bersifat reformatif, transformatif dan deregulatif. Menurut Nurkolis Manajemen Berbasis Sekolah sendiri merupakan salah satu upaya mereformasi sistem pendidikan yang lebih responsif terhadap perubahan zaman, dari keadaan pendidikan yang kurang memuaskan menjadi upaya perbaikan dan penyempurnaan. Reformasi pendidikan memiliki dua karakteristik dasar, yaitu terprogram dan sistemik.5 Reformasi pendidikan yang terprogram terletak pada inovasi kurikulum atau program sekolah yang baru, seperti perubahan dan pengembangan kurikulum baru, penataran guruguru, penggunaan metode pembelajaran baru, penggunaan alat evaluasi baru, dan perbaikan sarana dan prasarana. Sedangkan reformasi sistemik berkaitan dengan wewenang dan distribusi serta alokasi sumber daya yang mengontrol sistem pendidikan secara keseluruhan. Bagian terakhir merupakan upaya

4

Azyumardi Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 6 5 Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, hal. 34

4

deregulasi kekuasaan pelaksaan pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional kepada lembaga-lembaga sekolah.6 Salah satu program reformasi yang dijalankan sekolah sekaligus sebagai upaya merespon perubahan zaman yang bergerak sangat dinamis dan cepat adalah pelaksanaan program kelas akselerasi. Merujuk pendapat Nurkolis di atas, maka kelas akselerasi adalah salah satu upaya mereformasi pendidikan yang terprogram. Kelas akselerasi merupakan upaya dari pihak sekolah memanfaatkan momentum era digital dan era keterbukaan yang serba masif, dengan program-program yang mengakomodasi kebutuhan peserta didik secara komprehensif. Beberapa sekolah yang siap berkompetisi di era persaingan ketat dan era digital telah membuka program kelas akselerasi yang bertujuan untuk mengakomodasi siswa-siswa dengan kecerdasan khusus. Kebijakan ini memang cenderung bersifat diskriminatif, namun perlu dilakukan agar siswasiswa dengan keahlian dan kecerdasan khusus dapat terjembatani. Salah satu sekolah yang telah membuka kelas akselerasi adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8 Jakarta Selatan. Sebagai salah satu SMA unggulan di wilayah Jakarta, SMAN 8 bersiapsiap menyongsong era perdagangan bebas dengan mempersiapkan generasi muda yang terampil, cerdas, dan lebih cepat merampungkan studi dari waktu normal. Pada kelas reguler, waktu tempuh studi biasanya memakan waktu 3 tahun, maka kelas akselerasi bisa lebih cepat dari itu, 2 tahun atau kurang.

6

Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori.............. hal. 35

5

Faktor pendukung terbentuknya program kelas akselerasi adalah penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, dengan konsep pemberian materi berstandar kompetensi layaknya mahasiswa di perguruan tinggi dengan sistem kredit semester (SKS). Peluang ini mempermudah pihak-pihak pengelola SMAN 8 Jakarta bekerja maksimal dalam upaya menerapkan kelas akselerasi dengan sistem yang terbuka sistematis, terprogram, dan memberikan ruang ekspresi bagi siswa-siswa dengan kecerdasan tinggi dan siswa yang memiliki bakat khusus (gifted students). Karena

siswa-siswa

yang

belajar

di

kelas

akselerasi

harus

menyelesaikan masa studi dalam kurun waktu 2 tahun, maka kurikulum dan silabus juga dipadatkan. Konsekuensinya, guru yang mengampu mata pelajaran dengan tingkat kesulitan tersendiri, seperti matematika, harus memiliki strategi dan model pembelajaran yang tidak hanya mengejar target kurikulum yang telah ditetapkan, melainkan juga efektivitas dan keberhasilan siswa dalam menguasai materi. Model pembelajaran yang sering dipakai di kelas akselerasi dengan siswa-siswa yang memiliki keberbakatan khusus adalah model pemecahan masalah, model kontekstual dan realistis, model penemuan, model pembelajaran berbasis masalah, dan beberapa model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran matematika di kelas akselerasi tersebut mampu melampaui Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yang ditetapkan oleh masingmasing guru bidang studi berdasarkan indikator input siswa itu sendiri. Pada

6

pembelajaran matematika kelas X, nilai ketutasan minimal adalah 74. ternyata rata-rata nilai siswa

pada kelas X semester ganjil adalah pada pelajaran

matematika adalah 80,13.7 Model pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta berpengaruh pada prestasi siswa yang menjuarai sejumlah ajang olimpiade sains yang diselenggarakan pihak Provinsi DKI Jakarta. Prestasi yang diperoleh siswa kelas akselerasi antara lain sebagai juara I olimpiade sains, bahasa, sosial Nasional pada pelajaran matematika atas nama Muhammad Nasiruddin, juara I kimia atas nama Ihsan Akmaludin, bidang astronomi menyabet juara I atas nama Sabrin Rizqi Aulia. Mereka itu adalah siswa-siswa kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta.8 Keunggulan yang dimiliki siswa-siswa kelas akselerasi adalah kemampuan mengembangkan dan menemukan sendiri permasalahan yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Siswa kelas akselerasi diberikan ruang untuk mencari solusi pada pembelajaran matematika. Selain itu, siswa kelas akselerasi mampu melakukan terobosan dalam perhitungan matematika dengan rumus-rumus yang lebih sederhana. Dari beberapa deskripsi yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan siswa akselerasi di bidang matematika, maka perlu dilakukan penelitian deskriptif yang mendalam yang berhubungan dengan model pembelajaran matematika pada kelas akselerasi.

7

Sumber nilai diambil dari data rekapitulasi nilai semester genap Tahun Ajaran 2009/2010 Kelas X akselerasi SMAN 8 Jakarta. 8 Menyangkut prestasi ang ditorehkan oleh siswa-siswa kelas akselerasi dapat dibaca pada website www.wangsajaya.wordpress.com

7

Dari beberapa deskripsi masalah di atas, maka penulis mengajukan judul penelitian sebagai berikut: Model Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran matematika berlangsung di kelas akselerasi? 2. Bagaimana model pembelajaran yang efektif dalam kegiatan belajar mengajar matematika pada kelas akselerasi? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempermudah siswa kelas akselerasi dalam menguasai pembelajaran matematika? 4. Bagaimana siswa-siswa kelas akselerasi dapat mengukir prestasi yang gemilang?

C. Pembatasan Masalah Berdasarkan hasil survey yang bersifat sementara dan untuk memudahkan penelitian ini, maka penelitian membatasi permasalahan pada: 1. Pembelajaran matematika yang diteliti adalah proses pembelajaran matematika siswa kelas akselerasi. 2. Siswa yang dimaksud adalah siswa SMA Negeri 8 Jakarta kelas X akselerasi tahun ajaran 2010/2011

8

D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana model pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta? 2. Bagaimana

respon

siswa

akselerasi

terhadap

pembelajaran

matematika yang diajarkan guru?

E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah cakrawala dan perspektif di bidang pendidikan terutama pada pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Di samping itu pula, diharapkan lebih mengetahui tentang aspek-aspek yang mendukung pelaksanaan pembelajaran matematika siswa di kelas akselerasi. 2. Bagi mahasiswa Tarbiyah dan Keguruan agar dapat memberikan alternatif yang rasional dan komprehensif dalam mendidik siswa-siswa di kelas akselerasi. 3. Bagi guru-guru, diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi yang berguna

dan

sekaligus

menjadi

pedoman

dalam

pembelajaran matematika pada siswa kelas akselerasi.

melaksanakan

9

4. Kepada orang tua siswa, agar dapat menjadi masukan positif kepada mereka

untuk

melakukan

pendampingan

melaksanakan pembelajaran di kelas akselerasi.

selama

siswa-siswa

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran menurut Hamalik sebagaimana yang dikutip oleh Yulianti mendefiniskan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.1 Sedangkan Muhibbin Syah mendefiniskan pembelajaran sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.2 Tahapan perubahan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh kemampuan intelektual dan psikologi seseorang dalam interaksi dengan lingkungan (guru dan siswa). Hasil pengalaman juga merdampak pada perubahan pola tingkah laku. Senada dengan pendapat Muhibbin , Ladjid mendefinisikan pembelajaran dengan suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar.3 Sumber-sumber

1

Lia Yulianti. 2009. Pengertian Pembelajaran dalam http://gurulia.wordpress.com/ 2009/03/25/pengertian-pembelajaran/ disadur pada jam 20.45, 18 Agustus 2010 2 Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya, hal. 92 3 Hafni Ladjid. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching, hal. 112

9

10

belajar tersebut dapat berupa lingkungan sosial, guru, literatur, bendabenda di sekitar yang memberikan aspek edukatif bagi seseorang. Pendapat lain tentang pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Hamzah dan Kuadrat yang mengartikan bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik dengan cara memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.4 Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa pembelajaran adalah proses peningkatan kualitas tingkah laku seseorang melalui interaksi terus menerus dengan lingkungannya, sebagai sumber belajar dengan cara memperoleh informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan. b. Pengertian Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang; tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi matematika.5 Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda 4

Hamzah B. Uno dan Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Suatu Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika

11

disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.6 Ada pendapat terkenal yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sejak masa sebelum masehi, misalnya jaman Mesir kuno, cabang tertua dan termudah dari matematika (aritmetika) sudah digunakan untuk membuat piramida, digunakan untuk menentukan waktu turun hujan, dan sebagainya.7 Jujun

mengemukakan

beberapa

pengertian

matematika,

diantaranya matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna yang ingin disampaikan.

8

Selain itu, matematika merupakan

pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.9 Menurut Nungki matematika jenis pengetahuan yang senantiasa hadir dalam kehidupan manusia mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, berupa mengeset alarm, membeli kebutuhan pokok, mengolah makanan buah hati, memantau perolehan nilai atau waktu dalam jenis kejuaraan, memasang wallpaper ruangan, memutuskan barang yang akan dibeli, dan sebagainya.10

6 7

http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4006.2.pdf, hal. 10 Suriasumantri, Jujun s. 2005. Ilmu Dalam Perspektif. Cet-22. Jakarta: Penerbit Obor,

hal. 178 8

Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 190 9 Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar .............hal. 199 10 Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu, hal. 13

12

Ada pula yang memandang bahwa matematika sebagai bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang-lambang matematika tersebut bersifat artifisial yang baru mempunyai makna ketika lambang tersebut diberikan kepadanya. Sedangkan pada umumnya matematika diposisikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat kuantitatif. Artinya, matematika mengembangkan

bahasa

numerik

yang

memungkinkan

seseorang

melakukan pengukuran secara kuantitatif.11 Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif menjadi tahap kuantitatif. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika merupaka konsep pengetahuan yang terdiri dari simbol-simbol yang mengandung makna tertentu, yang dipergunakan untuk menemukan kebenaran dan dilakukan melalui berfikir deduktif. c. Pengertian Model Pembelajaran Matematika Menurut

Shadiq, model pembelajaran didefinisikan sebagai

kerangka konseptual

sedangkan strategi

lebih

menekankan pada

penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang

11

Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar .............hal. 193

13

sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang juga dikenal sebagai strategi pembelajaran.12 Toeti

dan

Winataputra,

sebagaimana

yang

dikutip

Trianto

mendefinisikan „model pembelajaran‟ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.13 Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani, model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran matematika.14 Sedangkan Smith dan Ragan mendefinisikan model pembelajaran matematika sebagai proses keseluruhan desain, perkembangan, implementasi, dan perbaikan pembelajaran pada materi matematika.15 Sedangkan Danim memberikan penjelasan tentang definisi model pembelajaran sebagai suatu pendekatan yang menekankan kepada bagaimana cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk memberi 12

Fadjar Shadiq. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 8 13 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 22 14 Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 3 15 Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan. 1993. Instructional Design. New York: Macmillan Publishing Company, hal. 5

14

respons yang datang dari lingkungan dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, memecahkan masalah secara sistematis dan menggunakan simbol-simbol baik verbak maupun non-verbal. Dengan demikian, model pembelajaran lebih menekankan pada aspek proses berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa di ruang kelas atau di luar kelas.16 Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran matematika adalah proses keseluruhan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan seorang pendidik secara sistematis dan terukur, yang meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika.

d. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas a). Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Trianto pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.17 Ada beberapa jenis kategori yang termasuk ke dalam model pembelajaran kontekstual, yaitu: 1) 16 17

Inkuiri

Sudarwan Danim. 2008. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 35. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 104

15

Inkuiri adalah komponen dari CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Siklus inkuiri ini meliputi : -

Observasi (Observation)

-

Bertanya (Quitioning)

-

Mengajukan dugaan (Hiphotesis)

-

Pengumpulan data (Data gathering)

-

Penyimpulan (Conclusion)18

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) : -

Merumuskan masalah

-

Mengamati atau melakukan observasi

-

Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya

-

Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekolah, guru atau audien yang lain

2) Bertanya (Quitioning) Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL.19 Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru

18

Arikunto, Suharsimi. Pembelajaran Kontekstual : Suatu Pendekatan Baru. (Bandung : Rosda Karya, 2004) h.12.

16

untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Aktivitas bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan kekelas. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk : a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis b. Mengecek pemahaman siswa c. Membangkitkan respon kepada siswa d. Mengetahui sejauhmana keingin tahuan siswa e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa f. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru g. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa20. 3) Masyarakat Belajar (Learning Comunnity) Konsep

Leaning

Comunnity

menyarankan

agar

hasil

pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari ”sharing” antara teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu, di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang berada diluar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.

19

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen, hal. 4 20 Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi .............hal. 4

17

Dalam kelas CTL, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya heterogen. Praktek pembelajaran dengan tehnik ”Learning Comunnity” adalah: Pembentukan kelompok kecil, pembentukan kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas diatasnya, dan bekerja dengan masyarakat 4) Pemodelan ( Modeling ) Komponen CTL ini dilaksanakan pada sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola, cara melafalkan shalat, cara membaca teks bahasa Inggris, dan seterusnya. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang atau dipergunakan dengan melibatkan siswa. Apabila ada siswa yang mahir mendemonstrasikan keahlian tertentu, siswa dapat menunjukan didepan kelas. 5) Refleksi ( Reflection ) Pada pendekatan CTL, refleksi difungsikan sebagai cara berfikir tentang apa-apa yang sudah dilakukan dimasa lalu, apa yang baru dipelajari, atau mengulas tentang sesuatu hal yang sudah terjadi. Dengan refleksi diharapkan pengetahuan yang sudah diperoleh

18

mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Realisasi dari pembelajaran CTL dengan metode refleksi adalah : -

Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya.

-

Catatan atau jurnal dibuku siswa

-

Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari ini, diskusi , dan hasil karya.

6) Penilaian yang Sebenarnya ( Autehantic Assesment ) Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses belajar dengan benar. Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui melalui prestasi siswa.

b). Model pembelajaran Cooperative Menurut

Widyantini,

model

pembelajaran

kooperatif

didefinisikan sebagai suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok, dimana siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender, yang mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan

19

permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.21 Ada beberapa model kooperatif learning yaitu: 1) Tipe Jigsaw Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.22 Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.23 Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, 21

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 3 22 Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika......................hal. 5 23 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 63

20

tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Model Jigsaw membagi siswa pada masing-masing kelompok ke dalam dua fungsi, pertama sebagai orang yang meneliti atau kelompok peneliti yang tugasnya mencari jawaban, dan kedua, setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan, ia berubah menjadi orang yang mengajarkan kelompoknya.24 2) Students Team Achievement Division (STAD) Menurut Trianto model STAD menggunakan kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 siswa yang bersifat heterogen.25 Proses pembelajaran diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. 3) Investigasi Kelompok (Group Investigation) Model pembelajaran ini adalah jenis model pembelajaran kooperatif yang paling sulit dilaksanakan. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang terpusat pada guru.26

24

Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing, hal. 89 25 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 64 26 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 78

21

Dalam pelaksanaannya model ini membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa yang bersifat heteogen dan memiliki kesamaan minat dalam topik tertentu dan keakraban. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Kemudian, hasil laporan itu dipresentasikan di depan kelas kepada seluruh siswa.27 4) Think-Pair-Share (TPS) Model

berpikir

berpasangan

berbagi

merupakan

jenis

pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa yang dikambangkan pertama kali oleh Frang Lman.28 Cara membuat kelompok ini adalah yang paling mudah, karena terdiri dari 2 siswa yang saling bertukar pendapat dan pengalaman kepada teman pasangannya.29 5) Numbered Head Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Langkah-langkah penerapan NHT sebagaimana yang dijelaskan oleh Widyantini adalah sebagai berikut:

27

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 79 Anita Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet. Ke-7, hal. 57 29 Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran...............hal. 88 28

22

a.

Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b.

Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau awal.

c.

Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.

d.

Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam kelompok.

e.

Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa yang ditunjuk leh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.

f.

Guru memfasilitasi

siswa dalam membuat

rangkuman,

mengarahkan,

memberikan

pada

dan

penegasan

akhir

pembelajaran.30 6) Teams Game Tournament (TGT) Model pembelajaran ini dikembangkan oleh David de Vries dan Keath edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.31

30 31

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika................hal. 7 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 83

23

c)

Pembelajaran Berbasis Masalah Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based

learning/PBL) adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata).32 Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.33 Perlunya

pendekatan

pembelajaran

berbasis

masalah

didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut: a. Pada dasarnya, berpikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu adanya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada.

32

Susento dan Andi Rudhito. 2009. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam http://warungpendidikan.blogspot.com, retrieved pada 13 April 2011 33 Al-Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika, hal. 5

24

b. Seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Demikian pula dengan belajar. c. Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu. d. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian pengalaman pemecahan masalah realistik yang di dalamnya si pelajar secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dilaksanakan oleh guru dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Persiapan: Menyusun masalah yang akan dijadikan titik pangkal (starting point) pembelajaran. Masalah dipilih yang penting dan relevan bagi siswa, serta membutuhkan penerapan gagasan atau tindakan yang terkait dengan atau mengarah pada bahan pelajaran. 2. Orientasi (pengenalan): a. Menyajikan masalah di kelas. b. Membangkitkan ketertarikan atau rasa ingin tahu siswa pada masalah. c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami situasi atau maksud masalah.

25

3. Eksplorasi (penjelajahan): Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah dengan strategi yang diciptakan sendiri oleh siswa. Masalah boleh dipecahkan siswa secara pribadi atau dalam kerjasama dengan siswa lain. Guru memberi dukungan bagi usaha mereka, misalnya dengan menjadi pendengar yang penuh perhatian atau memberi bantuan atau saran sejauh diperlukan. 4. Negosiasi

(perundingan):

mengkomunikasikan

dan

Mendorong mendiskusikan

para

siswa

proses

dan

untuk hasil

pemecahan masalah, sehingga diperoleh gagasan-gagasan atau tindakan-tindakan yang dapat diterima oleh komunitas kelas. 5. Integrasi (pemaduan): a. Memandu siswa untuk merefleksikan proses pemecahan masalah. b. Mengidentifikasi dan merumuskan hasil-hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pemecahan masalah. c. Mengkaitkan hasil-hasil belajar itu dengan pengetahuan sebelumnya,

sehingga

pengetahuan yang baru.34

34

Susento dan Rhudhito, Op. Cit.,

tersusun

jaringan/organisasi

26

2. Pengertian Kelas Akselerasi a. Pengertian Kelas Akselerasi Program kelas akselerasi mendapatkan payung hukum yang kuat berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Kelas akselerasi sudah menjadi program pemerintah, sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV Pasal 5 Ayat 4 yaitu: "Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus".35 Colangelo, sebagaimana yang dikutip Hartarti menyebutkan bahwa istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service delivery), dan kurikulum yang disampaikan.36 Kelas excellent adalah kelas yang berisikan anak-anak unggul dari segi akademik atau kemampuan nalar. Kelas ini dalam istilah yang lain sering disebut kelas akselerasi. Secara konseptual, pengertian akselerasi diberikan oleh Pressey, sebagaimana yang dikutip oleh Reni sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pembelajaran, pada waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang konvensional.37 Definisi ini menunjukkan bahwa akselerasi meliputi persyaratan untuk menghindari 35

Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003. dalam www.bapsi.undip.ac.id/.../uu%20no .20%20thn%202003%20sisdiknas.pdf 36 Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-Hartati.pdf, 37 Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A –Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, hal. 31

27

hambatan pemenuhan permintaan dalam pembelajaran dan mengusulkan proses-proses yang memungkinkan siswa mendapatkan materi yang lebih cepat dibandingkan dengan kemajuan rata-rata siswa. Menurut

Nurbayani,

kelas akselerasi

merupakan kelas

percepatan pembelajaran yang disajikan kepada siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu dua tahun siswa telah menyelesaikan pendidikannya.38 Pengertian akselerasi:, pertama sebagai model pelayanan, siswa meloncat kelas dan mengikuti pelajaran tertentu pada kelas di atasnya, kedua sebagai model kurikulum, akselerasi berarti mempercepat bahan ajar dari yang seharusnya dikuasai oleh siswa saat itu. Dalam hal ini, akselerasi dapat dilakukan dalam kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk kelas reguler, ruang sumber, ataupun kelas khusus dan bentuk akselerasi yang diambil bisa telescoping dan siswa dapat menyelesaikan dua tahun atau lebih kegiatan belajarnya menjadi satu tahun atau dengan cara self-paced studies, yaitu siswa mengatur kecepatan belajarnya sendiri. Kelas akselerasi dihadirkan sebagai upaya menampung anakanak berbakat luar biasa (gifted children). Daya tampung tersebut menunjukkan ada upaya mengakomodasi kelebihan yang dimiliki siswa

38

Siti Nurbayani. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/

28

yang ber-IQ tinggi, memiliki bakat istimewa, kerativitas tinggi, dan kecerdasan di atas rata-rata. Calanglo

mengingatkan

bahwa

akselerasi

sebagai

model

pelayanan, gagal dalam memenuhi tuntutan kurikulum deferensiasi bagi anak berbakat. Artinya, anak-anak berbakat kurang memiliki waktu untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya secara normal, yang seharusnya membutuhkan waktu 3 tahun hanya menjadi 2 tahun. Inilah yang dikhawatirkan Calanglo dengan program akselerasi. Sebagai model kurikulum, akselerasi akan membuat anak berbakat menguasai banyak isi pelajaran dalam waktu yang sedikit. Anak-anak ini dapat menguasai bahan ajar secara cepat dan merasa bahagia atas prestasi yang dicapainya, di samping segi ekonomis. Secara umum, bentuk akselerasi telescoping menimbulkan masalah pada pihak sekolah sebagai penyelenggara dan guru, terutama dari sisi keterampilan dan manajemen waktu Menurut Felhusen, Proctor, dan Black, sebagaimana yang dikutip Hartarti bahwa program akselerasi diberikan untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah mendorong siswa agar mencapai prestasi akademis yang baik dan untuk menyelesaikan pendidikan dalam tingkat yang lebih tinggi bagi keuntungan dirinya ataupun masyarakat.39 Beberapa panduan agar program akselerasi tercapai secara memadai adalah sebagai berikut:

39

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program.................hal. 2

29

a. Dilakukan evaluasi psikologi yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya kemampuan intelektual dan kepribadian siswa, di samping tingkat penguasaan akademiknya b. Dibutuhkan IQ di atas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi akademiknya. c. Bebas dari problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya persistensi dan motivasi dalam derajat yang tinggi. d. Memiliki fisik sehat e. Tidak ada tekanan dari orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri f. Guru memiliki sikap positif terhadap siswa akseleran g. Guru concern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang dibuktikan dari masukan orang tua dan psikolog h. Sebaiknya dilakukan pada awal tahun ajaran dan didukung pada pertengahan tahun ajaran i. Ada masa percobaan selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan konseling.40 b. Tujuan Kelas Akselerasi Southerm dan Jones, dalam Reni menjelaskan keuntungan program akselerasi bagi anak berbakat: 1) Meningkatkan efesiensi

40

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/Akselerasi-Hartati.pdf, hal. 1

30

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien 2) Meningkatkan efektivitas Siswa yang terkait belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan menguasai keterampilan-keterampilan sebelumnya merupakan siswa yang paling efektif. 3) Penghargaan Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya 4) Meningkatkan waktu untuk karier Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain 5) Membuka siswa pada kelompok barunya Dengan program akselerasi, siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama 6) Ekonomis Keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk mendidik guru khusus anak berbakat.41 c.

41

Kelemahan dan Kelebihan Kelas Akselerasi

Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A –Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, hal. 7-8

31

Menurut Paulus Mujiran, kelas akselerasi memiliki banyak kelemahan. Di antara kelemahan-kelemahan tersebut adalah Beberapa kelemahan mengiringi penyelenggaraan kelas akselerasi itu. Pertama, stigmatisasi pada diri siswa yang ada di kelas reguler. Dalam sebuah kesatuan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kelas reguler adalah kelas yang relatif jelek bila dibandingkan dengan kelas akselerasi. Kedua, timbulnya budaya inferior, muncul kelas eksklusif, arogansi, dan elitisme. Dengan kondisi yang betul-betul berbeda dengan segenap potensi intelektual yang lebih tinggi, jelas siswa-siswa kelas akselerasi akan jauh lebih berprestasi dibanding kelas reguler. Inferioritas pun mudah menghinggapi siswa-siswi kelas reguler, dan sebaliknya eksklusivisme, arogansi dan elitisme akan mudah melekat pada diri siswa-siswa kelas akselerasi. Masing-masing siswa membentuk group reference mereka sendiri-sendiri. Ketiga, terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah. Materi pelajaran yang diselesaikan oleh siswa reguler selama satu tahun harus dilalap habis siswa akselerasi selama satu semester (setengah tahun). Dengan alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini mau tidak mau siswa harus belajar keras. Segi intelektualitas, potensi mereka memang memungkinkan. Tetapi, mereka bukanlah mesin yang bisa diset untuk hanya melakukan satu aktivitas. Keempat, siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek afektif. Padatnya materi yang harus

32

mereka terima, banyaknya pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan, ditunjang kemampuan intelektual yang mereka miliki dan teman-teman sekelas yang rata rata pandai, membuat iklim kerja sama mereka menjadi terbatas. Tugas-tugas itu bisa mereka selesaikan sendiri.42 Sedangkan kelebihan kelas akselerasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Rose, berpendapat bahwa kelas akselerasi dapat merespon perubahan sekaligus menguasai perubahan yang berlangsung cepat melalui apa yang mereka sebut accelerated learning.43 Cara Belajar Cepat (CBC) yang dikembangkan Rose dan Nicholl agar

siswa-siswa

yang

memiliki

kemampuan

khusus

mampu

terjembatani kebutuhan-kebutuhan otaknya yang memang berbakat tinggi (gifted students).

B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi Biehler dan Snowman dalam “Psychology Applied to Teaching” membuat empat pendekatan dalam pembelajaran tingkat menengah atas (SMA). Pertama,

karakteristik

fisik

(physical

characteristics),

yaitu

pendekatan dengan melihat perkembangan fisik siswa dengan melihat

42

Lih. Meigita Gamayanti. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius .blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html 43 Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa, hal. 35

33

kematangan (maturity) siswa semenjak masa pubertas serta implikasi yang dihadapinya dari perubahan struktur tubuh mereka. Kedua, karakteristik emosional (emotional characteristics), dalam pendekatan ini siswa ditempatkan melalui wilayah emosional dimana terdapat dua ciri yang paling dominan pada tingkat SMA, yaitu ketegangan dan stress, serta perilaku vandalisme. Ketiga, karakteristik sosial (social characteristics), yaitu terbentuknya kelompok dalam “peer-group” yang menjadi sumber umum aturan-aturan tingkah laku, hasrat untuk menggapai posisi puncak dalam tahun-tahun di SMA,

dan

siswa

cenderung

berpikiran

kepada

orang-orang

yang

memikirkannya. Keempat, karakteristik kognitif (cognitive characteristics), yaitu ciriciri yang dominan dalam periode SMA adalah suatu transisi antara tindakan operasional yang kongkrit dan pemikiran formal, transisi antara moralitas pembatasan dan kerja sama, serta mulai terbentuknya pemikiran yang lebih abstrak, liberal dan cenderung lebih rasional.44 Tipologi Biehler dan Snowman di atas merupakan unsur-unsur yang mewakili kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EI) dan kecerdasan sosial (SI). Meskipun demikian, antara EI dan SI berkaitan sangat erat seperti yang telah dijelaskan oleh Goleman. Oleh karena itu proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi seyogyanya berlandaskan pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh Biehler dan Snowman.

44

Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching. Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company, hal. 126-133

34

Sedangkan Rose dan Nicholl mengembangkan prinsip Cara Belajar Cepat (CBC atau accelerated learning). Pelakasanaan prinsip ini terletak pada perubahan ruang kelas secara total. Pembelajaran matematika yang dianggap

menyeramkan

diubah

menjadi

proses

pembelajaran

yang

menyenangkan dan efisien. Pada pelajaran matematika, seorang guru di kelas akselerasi dapat menggunakan aneka permainan dan aktivitas, emosi dan musik, relaksasi, visualisasi, permainan peran, warna, dan peta konsep.45 Dengan perubahan itu maka proses belajar matematika di kelas akselerai menjadi kejadian yang menyenangkan, sekaligus mampu menguasai delapan jenis kecerdasan yang dikembangkan Gardner. Dengan lebih terperinci, Nungki Menjelaskan bahwa proses pembelajaran matematika dalam kelas akselerasi dapat dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Menggunakan matemtika dengan menyenangkan; b) Memecahkan masalah dan bekerja sama dengan ang lain; c) Menunjukkan berunding yang kuat; d) Melihat lebih dari satu jalan dalam pendekatan sebuah masalah; e) Menerapkan matematika dalam setiap kesempatan; dan f)

45 46

18-19

Menggunakan teknologi.46

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning…………..hal. 37 Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu, hal.

35

Pembelajaran matematika dalam pandangan Nungki di atas mengharuskan siswa yang mengikuti kelas akselerasi harus pula melibatkan aspek emosional, sosial, dan alternatif pemikiran yang bersifat majemuk.

C. Program Pelaksanaan Kelas Akselerasi Program pembelajaran akselerasi didasarkan pada amanat UndangUndang No 20 Tahun 2003 Pasal 5 Ayat 4 yaitu: "Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus". Untuk mengakomodasi UU Sisdiknas, maka Pemerintah pada tahun 2006 mengeluarkan Permendiknas No. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.47 Untuk menampung siswa-siswa berbakat istimewa, maka dibutuhkan kelas akselerasi sebagai wadah pelaksanaan program percepatan siswa dengan cerdas istimewa. Namun, pada tahun 2007 Pemerintah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan untuk Peserta Didik Berkecerdasan Istimewa terlihat tidak lagi memfokuskan pada penyelenggaraan kelas akselerasi semata. Ada beberapa bentuk layanan pendidikan khusus yang ditawarkan, seperti kelas khusus untuk siswa cerdas dalam satuan pendidikan reguler, kelas inklusif yang dibuat untuk memberikan layanan kepada siswa cerdas istimewa yang dalam proses pembelajarannya bergabung dengan siswa kelas 47

Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 3

36

reguler, dan satuan pendidikan khusus atau sekolah khusus yang semua siswanya memiliki kecerdasan istimewa.48 Kelas akselerasi yang telah berjalan satu dasawarsa silam, tentu diperlukan bagi pengembangan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan istimewa. Kecerdasan istimewa menurut pandangan Depdiknas memiliki beberapa indikator berupa potensi kemampuan di bidang inteligensia umum, akademik khusus, berpikir produktif atau kreatif, memiliki kepemimpinan, berjiwa seni, dan aspek psikomotorik yang menonjol.49 Banyak terjadi pada siswa-siswa yang memiliki kecerdasan istimewa mengalami hambatan pembelajaran (learning disabilities). Hal itu disebabkan antara lain oleh faktor pendekatan belajar yang kurang tepat dalam menanangi anak yang memiliki kecerdasan istimewa, seperti kurangnya stimulasi dan dukungan, tidak ada mekanisme diskusi yang merangsang intelektualitasnya, anak cerdas kurang mendapat belaian yang membearkan hati, kurang mendapat ruang gerak, materi dan kegiatan yang memadai, dan faktor minimnya pengembangan melalui proses.50 Mengingat potensi dan kecerdasan yang dimiliki bakat besar tersebut, maka pemerintah memberlakukan program kelas akseleerasi sebagai jalur khusus menampung anak-anak berbakat tinggi (gifted children). 48

Ibid, hal. 4 Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 5 50 Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal 153-157 49

37

Program pelaksanaan kelas akselerasi dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu: 1) Siswa yang berkemampuan istimewa dapat menempuh pendidikan formal lebih dini dari biasanya, seperti masuk usia 3 tahun dari biasanya 4 tahun, dan masuk SD usia 5 tahun dari biasanya 7 tahun (early entrance to kindergarten or first grade). 2) Siswa ditempatkan di kelas yang lebih tinggi, khusus untuk satu atau lebih mata pelajaran, karena ia menguasai pengetahuan dan keterampilan yang jauh lebih tinggi daripada teman-teman seusianya (subject acceleration/partial acceleration). 3) Mengurangi jumlah repetisi dalam proses belajar siswa atau pemadatan kurikulum (curriculum compacting). Pemadatan kurikulum dilakukan dengan cara a) menentukan sasaran unit pembelajaran mengggunakan panduan kurikulum ,ruang lingkup, dan diagram urutan; b) menentukan bahan apa yang diulang dalam suatu pertemuan; c) melakukan pretes kepada siswa; d) mengidentifikasi kepada siswa yang telah menguasai bahan ajar; e) menghilangkan bahan ajar yang diualng-ulang; f) mengganti bahan ajar yang dihilangkan dengan kegiatan pengayaan. 4) Siswa dapat meninggalkan bangku sekolah dua atau tiga hari dalam seminggu untuk mendapatkan supervisi dari para pakar dan spesialis (mentorship).

38

5) Siswa mengikuti kursus yang dilakukan di luar sekolah. Pembelajaran disampaikan secara tertulis melalui surat, internet, atau teleconference. 6) Siswa mengikuti suatu kursus atau kuliah pada satu tingkatan dan mendapatkan kredit untuk suatu kursus atau kuliah paralel di tingkat yang lebih tinggi (concurent/dual enrollment). 7) Menyajikan bahan ajar setingkat pergutuan tinggi atau bahan ajar yang dipercepat bagi siswa sekolah menengah dan siswa diberi kesempatan untuk mengikuti tes baku untuk mengukur penguasaannya (advanced placement). 8) Memangkas waktu studinya dalam bidang terentu untuk memperoleh kredit setelah berhasil menyelesaikan beberapa tes penguasaan materi tertentu (credit by examination). 9) College in the school program menyediakan kursus di sekolah menengah (diselenggarakan oleh perguruan tinggi) dengan didampingi oleh guru yang telah mendapatkan pelatihan dari dosen.51

51

Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 68-87

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1.

Waktu Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011

2.

Tempat Penelitian Tempat penelitian akan dilaksanakan di kelas X Semester II program akselerasi Sekolah Menengah Negeri (SMAN) 8 Jakarta Selatan.

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berusaha menggambarkan permasalahan dengan suatu analisis faktual. Menurut Sugiyono, metode deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.1 Penelitian ini menekankan pada keadaan yang sebenarnya dan berusaha mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dalam keadaan tersebut. Untuk memperoleh data yang valid dan dipertanggungjawabkan

1

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta, hal. 8

40

41

kebenaran penelitian ini peneliti terjun langsung ke lapangan (Field Research). C. Subyek Penelitian Subyek penelitiannya adalah siswa-siswi dikelas X program akselerasi SMAN 8 Jakarta yang berjumlah 11 orang siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Observasi Melakukan pengamatan secara menyeluruh mengenai pelaksanaan model pembelajaran kelas akselerasi, meliputi aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, metode pembelajaran, dan aspek kecerdasan

yang

mendukung

kemudahan

dalam

pembelajaran

matematika. 2) Wawancara Melakukan wawancara kepada pihak Kepala sekolah, Guru, siswasiswi dan Tata Usaha (TU) yang berhubungan dengan pelaksanaan proses pembelajaran kelas akselerasi. yang sedang dibahas. Wawancara digunakan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan penelitian.

41

E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur atau parameter yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen ini menggambarkan secara nyata tentang proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta. Instrumen yang digunakan sebagai berikut Pertama yaitu lembar observasi, yaitu pengamatan dengan melihat proses pembelajaran dikelas meliputi. Untuk meningkatkan validitas penelitian menggunakan foto-foto dan alat perekam. Kedua yaitu pedoman wawancara, yaitu pedoman yang menjadi landasan untuk membuat pertanyaan kepada para responden. Untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran matematika wawancara disusun berdasarkan pokok penelitian dari variabel yang diteliti,yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, strategi penyampaian dan hasil pembelajaran. Bentuk wawancara disusun secara terstruktur berdasarkan kisikisi instrumen pertanyaan. Kisi-kisi pedoman observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Kisi-Kisi Pedoman observasi siswa No

Indikator

Butir Soal

1

Kesiapan mengikuti pembelajaran

1, 2, 3

2

Aktifitas siswa saat pembelajaran

4

3

Keberanian siswa dalam bertanya &

5

mengemukakan penemuan (partisipasi kegiatan) 4

Respon siswa terhadap penjelasan guru

6, 7, 8, 9, 10

41

Tabel 2. Kisi-Kisi Pedoman Observasi Guru No Indikator

Butir Soal

Persiapan mengajar

1, 2, 3, 4

Penyajian informasi dan situasi

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,

2

pembelajaran

17, 18, 19, 20, 21, 22

3

Penutup

23, 24, 25, 26

1

Sedangkan kisi-kisi instrumen penelitian untuk wawancara dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Siswa No

Indikator

Butir Pertanyaan

1

Persiapan pembelajaran

1

2

Jenis pembelajaran yang disenangi

2

3

Tanggapan terhadap pemberian tugas

3

4

Tingkat kesulitan dalam belajar

5

Variasi penggunaan media

6

Tingkat kepuasan dalam belajar

4, 5 6 7, 8

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Wawancara untuk Guru No

Indikator

Butir Pertanyaan

1

Persiapan Mengajar

1

2

Cara penyampaian materi pembelajaran

2

3

Metode pembelajaran yang diterapkan guru

3, 4

41

4

Penggunaan media mengajar

5

Tingkat keberhasilan Model pembelajaran yang

5, 6 7

diterapkan

F. Teknik Analisis Data Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Untuk menganalisis data penelitian yang berhubungan dengan pembentukan kecerdasan siswa pada kelas akselerasi, peneliti menggunakan prosedur sebagai berikut: a.

Mengamati apa saja yang terjadi pada tiap proses pembelajaran di kelas akselerasi. Dari hasil pengamatan tersebut akan terkumpul data yang dibutuhkan dalam penelitian dan dianalisis.

b. Melakukan wawancara untuk mengetahui fakta dan realita pembelajaran matematika yang ada di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMA Negeri 8 Jakarta 1. Berdirinya SMA Negeri 8 Jakarta SMA Negeri 8 Jakarta dibuka/ didirikan pada tanggal 1 Agustus 1958 di Taman Slamet Rijadi Jakarta dengan nama SMA Negeri VIII/ABC dengan Sp. Menteri P.D.K. tanggal 21 Agustus 1958 No. 26/SK/B.111. Pada bulan Januari 1959 dlakukan pemindahan tempat atau gedung sekolah di SMP Negeri III Jakarta, Jl. Manggarai Utara IV/6 Jatinegara. Dan pada tanggal 30 Maret 1971 SMA Negeri 8 Jakarta berdiri di Jalan Taman Bukitduri Tebet dan diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Secara umum perjalanan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut; a. Tahun 1971 s.d. 1984 Masa yang panjang dan kerja keras menapak mencari jati diri. b. Tahun 1984 s.d. 1989 Mencanangkan diri sebagai lembaga pendidikan yang taat aturan, bebas dari perkelahian/ tawuran antar pelajar, dan menjadikan sekolah sebagai Pusat Sumber Belajar. c. Tahun 1989 s.d. 1994 Menciptakan suasana kerja-sama yang harmonis antar semua warga sekolah untuk meraih prestasi di bidang akademis dan non akademis.

46

47

d. Tahun 1994 s.d. 1996 SMA Negeri 8 Jakarta ditetapkan dan ditunjuk oleh Kanwil Depdikbud DKI Jakarta sebagai “Sekolah Unggulan dan Plus” tingkat Propinsi. e. Tahun 1994 s.d. 2000 Menempatkan diri pada peringkat/papan atas tingkat propinsi maupun nasional dalam Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) dan Ujian Masuk Pergruan Tinggi Negeri (UMPTN), sekaligus mengembangkan bentuk pelayanan dengan membuka “Program Akselerasi (Percepatan Belajar 2 tahun dari program 3 tahun)” f. Tahun 2002 s.d. 2003 Menjadi piloting Kurikulum 2004 g. Tahun 2004 Dimulai Rintisan Kelas Internasional dan menjadi Pusat Sumber Belajar Astronomi h. Tahun 2005 s.d. 2006 Peringkat UAN terbaik SMA Negeri se-Jakarta i. Tahun 2006 s.d. 2007 Ditunjuk oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum sebagai sekolah rintisan bertaraf Internasional. Kelas Internasional resmi menjadi center dan pengunaan KTSP ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan )

2. Visi dan Misi serta Tujuan SMA Negeri 8 Jakarta VISI Menjadi sekolah bertaraf internasional terbaik di Indonesia

MISI 

Melaksanakan kegiatan dan pembinaan akhlak mulia dan budi pekerti.

48



Menyelenggarakan sistem pembelajaran yang mendorong aktualisasi kompetensi siswa.



Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM



Meyelenggarakan kegiatan pengembangan bakat dan minat berbasis kebutuhan dan orientasi masa depan.



Menyelenggarakan kegiatan seni budaya dan olah raga yang berorientasi mutu dan prestasi.



Menyelenggarakan sistem pembelajaran berbasis TI dan berbahasa Inggris



Menyelenggarakan sistem administrasi sekolah yang berbasis TI, terbuka dan berorientasi pelayanan.



Menjalin kerjasama dengan Perguruan Tinggi dan instansi lain dalam kemitraan strategis.



Menyediakan sarana pembelajaran dan pendukungnya yang memadai dan berbasis TI

Tujuan 1. Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dengan mengacu kepada Standar nasional dan Internasional (Pengembangan Kurikulum) 2. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang interaktif, kreatif, partisipatif dan relevan (Proses pembelajaran) 3. Mengembangkan sistem penilaian yang valid, Reliabel dan Akurat sebagai dasar pengambilan keputusan (Penilaian/Evaluasi)

49

4. Melakukan

pembinaan

(Pengetahuan,

dan

Pengajaran,

pengembangan

Profesional

Kepribadian)

dan

Guru

Karyawan

(Pengembangan SDM) 5. Melengkapi sarana pembelajaran secara efektif dan efisien (Sarana Prasarana) 6. Mengelola Pembiayaan pendidikan secara bertanggung jawab dan Terbuka (Pembiayaan) 7. Pengelolaan sekolah yang berorientasi kepada perbaikan terus menerus dan kepuasan pelanggan. (Manajemen Sekolah) 8. Menyelenggarakan

kegiatan

pembinaan

keimanan,

kreativitas,

kepemimpinan dan kepribadian siswa (pembinaan Kesiswaan) 9. Mendorong tumbuh dan berkembangnya kultur sekolah yang kondusif bagi pencapaian visi (Pengembangan kultur sekolah) 10. Membuat jaringan kerjasama dengan lembaga baik dari dalam maupun luar negeri (Kerjasama) 11. Mendorong dan mewadahi partisipasi masyarakat untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan (partisipasi masyarakat) KEBIJAKAN MUTU Kebijakan mutu pendidikan dapat diperoleh melalui singkatan SMAN DELAPAN, sebagai berikut: S : Senantiasa sempurna dalam Input, Output, Proses dan Outcame M : Memenuhi kebutuhan dan Tutuntan Stake Holder A : Ajak semua bersinergi

50

N : Nilai-nilai Profesionalisme di junjung tinggi D : Dapatkan Keunggulan Imtaq dan Iptek E : Efektif dan Efisien dalam bekerja L : Loyal Pada Sekolah KEUNGGULAN 

SMA Plus berstandar Nasional/Internasional



Perpaduan IMTAQ, IPTEK dan Cipta Karsa



Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diperkaya dengan kurikulum CIE



Tenaga pengajar yang profesional dan kompeten dalam bidangnya



Pengembangan kreatifitas, kemandirian dan kompetitif



Siap bersaing secara lokal, nasional dan internasional



Lulusannya diterima di perguruan tinggi ternama dalam dan luar negeri



Sarana & prasarana yang memadai

51

3. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Akselerasi 1. Perencanaan Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga menggunakan laptop sebagai media penyimpan data yang sewaktuwaktu diperlukan dalam memberikan soal-soal yang berhubungan dengan materi. Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi aspek menyiapkan rencana pembelajaran, menerangkan tujuan pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari kesemua indikator tersebut, semua terdapat pada guru dalam mempersiapkan diri untuk mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa

guru

memiliki

persiapan

matang

dalam

melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi. 2. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa-siswa

52

untuk mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung. Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas akselerasi. Pembelajaran

berbasis

masalah

membuat

siswa

aktif

melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal matematika. Dalam hal menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik (feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru tidak banyak berbicara dan mencatat, melainkan berdiskusi kepada siswa. Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas akselerasi di atas rata-rata kelas reguler. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan laptop yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam kelas juga disediakan slide, jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Boleh

53

dibilang bahwa proses pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology). Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus, balok, prisma, media berdimensi tiga, dan sebagainya), program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya. 3. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan setiap kompetensi dasar (KD) dituntaskan oleh siswa. Siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu. Dalam memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Menurut guru tersebut, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu, yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan kepada siswa dengan pengembangan indikator-indikator sesuai

54

kebutuhan siswa. Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk tulisan.

B. Gambaran Siswa SMAN 8 Pembahasan tentang pembelajaran matematika di kelas akselerasi dimulai dengan mendeksripsikan keadaan siswa. Berikut adalah daftar siswa kelas X program akselerasi SMAN 8 Jakarta: Tabel 4.2. Daftar Siswa Kelas X Program Akselerasi No

Nama Siswa

Jenis Kelamin

1

Ardie Nirvansyah

Laki-laki

2

Arsyie Patriannisa

Perempuan

3

Briliant Putri

Perempuan

4

Cecilia Farah Damayanti

Perempuan

5

Eulogia Eldisa Ayu Lestari

Perempuan

6

Geraldine Nadita

Perempuan

7

Getty Innash N

Perempuan

8

Indra Utami

Perempuan

9

Primawesti Widya Iswari

Perempuan

10

Sazkia Amanda

Perempuan

11

Syamsul Hadi Saputra

Laki-laki

Berdasarkan daftar siswa di atas diketahui jumlah tersebut diklasifikasikan kepada jenis kelamin, maka diperoleh data sebagai berikut:

55

Tabel 4.3. Tabel Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin

Jumlah

Prosentase

Laki-Laki

2

18,2%

Perempuan

9

77,8%

Jumlah

11

100%

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diperoleh bahwa jumlah siswa berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang dari 11 siswa (18,2%), sedangkan jumlah siswa berjenis kelamin perempuan adalah 9 orang dari 11 siswa (77,8%). Ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan siswa perempuan lebih dominan dibandingkan dengan tingkat kecerdasan laki-laki. Berdasarkan teknik analisis data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara tersebut ditujukan kepada siswa dan guru yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Variabel penelitian yang diteliti meliputi karakteristik siswa, karakteristik pelajaran, metode pembelajaran, strategi penyampaian serta pengelolaan kegiatan, hasil pembelajaran yang meliputi efektivitas, efisiensi dan daya tarik pembelajaran. Gambaran yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di dalam ruang kelas. Gambaran itu meliputi aktivitas guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembelajaran matematika. Dari aspek siswa, deskripsi meliputi

56

persiapan siswa sebelum proses pelajaran matematika dimulai, proses pembelajaran yang sedang berlangsung, sampai pada akhir kegiatan pembelajaran.

Tabel 4.4 Peserta Program Akselerasi No. Tahun Ajaran

Jumlah Siswa

Lulus UN

Keterangan

1.

2001 – 2002

15

15 (100%)

7 orang diterima SPMB di UI dan 6 orang di ITB, 2 orang di UNDIP.

2.

2002 – 2003

16

16 (100%)

8 orang diterima SPMB di UI, 4 orang di UGM, 3 orang di ITB, 1 orang di University Mitsui Jepang

3.

2003 – 2004

15

15 (100%)

4.

2004 – 2005

14

14 (100%)

5.

6.

2005 – 2006

2006 – 2007

12

15

12 (100%)

15 (100%)

10 orang diterima SPMB di ITB, 4 orang di UI, dan 1 orang di UNPAD 7 orang diterima SPMB di UI, 4 orang di ITB, dan 2 orang di UGM, 1 orang di Universitas Singapore 6 orang diterima SPMB di ITB, 4 orang di UI, 1 orang USU,dan 1 orang di UGM 7 orang diterima SPMB di ITB, 5 orang di UI,1 orang di ITS,School of Busness Management (Singapore) 1 orang, politeknik Singapore 1 siswa 5 orang diterima SPMB di ITB, 4 orang di UI,1 orang

57

7.

8.

9.

2007 – 2008

2008 – 2009

2009 - 2010

12

15

15

12(100%)

15 (100%)

15 (100%)

University Belanda, 2 orang di Asia Pasifik Universty (APU), 1 orang di NUS 8 orang diterima SNMPTN di ITB, 4 orang di UI,1 orang di UNDIP, 1 orang di Universty Belanda, 1 orang di MIT (Filipina) 8 orang di terima SNMPTN di UI, 5 orang di ITB, 1 orang di USU, 1 orang di Nanyang Technological Universty (NTU)

C. Pelaksanaan Kelas Akselerasi di SMAN 8 Jakarta Pelaksanaan kelas akselerasi di SMAN 8 dimulai daritahapan sebagai berikut: 1. Rekrutmen siswa Pada tahapan rekrutmen dilakukan melalui berbagai macam kegiatan secara bertahap yang mencakup pendataan, pengamatan, seleksi, dan pengambilan keputusan. Pada tahapan rekrutmen dilakukan melalui berbagai kegiatan secara bertahap yang mencakup: 1) Pendataan, tahap pendataan dimulai sejak siswa masuk di SMA

Negeri 8 Jakarta. Hal-hal yang dilakukan yaitu dengan melihat data

58

akademis yaitu dengan melihat data akademis yang sudah diperoleh di tingkat SLTP; 1. Nilai STTB SLTP 2. Nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) 3. Nilai Rapor tiap semester di SLTP

Berdasarkan pendataan yang diperoleh melalui di atas akan terjaring kelompok siswa yang memiliki nilai tertinggi. 2)

Pengamatan, siswa yang sudah terjaring selanjutnya dalam kurun waktu 1 bulan secara terus meneruus diamati oleh tim yang dibentuk yakni guru-guru yang mengajar di kelas tersebut. Hal-hal yang di amati meliputi kecepatan menguasai materi pelajaran, kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengemukakan pendapat secara lisan dan tertulis

3)

Seleksi, bagi siswa yang dinominasikan akan segera diberikan les kemampuan psykhotes siswa berbakat dengan menunjuk pada teori keberbakatan Renzuli meliputi pengukuran aspek: Intelegensi (superior), kreativitas tinggi dan komitmen juga tinggi.

Tes

akademik tertulis meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan IPA. 4)

Pengambilan Keputusan, setelah melakukan semua tahapan Kepala Sekolah dan Tim Guru Penyeleksi melakukan rapat membahas datadata yang diperoleh berupa hasil tes dan nilai-nilai pengamatan diambil beberapa siswa terbaik untuk mengikuti kelas akselerasi.

59

2. Kegiatan belajar mengajar Keberadaan guru dalam kegiatan belajar mengajar memainkan peran yang cukup penting dalam pelaksanaan program kelas akselerasi. Guru yang dipilih adalah guru-guru yang mengajar di kelas reguler dan memiliki kualifikasi serta kemampuan yang memadai untuk melayani siswa-siswa yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa. Strategi pembelajaran yang sering dipakai di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta adalah mengarahkan siswa percepatan untuk menemukan sendiri (discovery oriented) bukan semata-mata guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa.1 Strategi-strategi yang diterapkan di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta selain berorientasi penemuan adalah strategi pembelajaran memeczhkan masalah (problem-solving strategies). Setiap pertemuan di dalam

kelas,

guru

mengutarakan

permasalahan terbaru tentang

problematika pembelajaran matematika. Kemudian, siswa diberikan waktu seminggu untuk mencari penyelesaian yang akurat dan komprehensif. Strategi berikutnya yang dipakai adalah strategi kognitif (cognitive strategies). Strategi ini menekankan pada aspek kreativitas siswa dalam menguasai bidang tertentu dengan jalan masing-masing. Siswa diberikan kebebasan untuk menggunakan cara yang dianggap paling sesuai dengan

1

SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan Belajar di SMA Negeri 8 Jakarta. Tanpa Tahun, SMAN 8 Jakarta, hal. 8

60

permasalahan yang dihadapi. Strategi ini juga menstimulasi nalar siswa untuk berfikir kreatif dengan menjauhi strategi menghafal konsepkonsep, rumus dan fakta. Strategi pembelajaran lain adalah strategi variatif (variative strategy). Siswa diberikan aneka perbedaaan berupa media, sumber dan alat pembelajaran serta cara menganalisi sumber tersebut untuk memperoleh kebenaran yang bersifat rasional. 3. Bimbingan dan Penyuluhan Bimbingan dan penyuluhan merupakan rangkaian proses yang mesti dilakukan dalam rangka menyukseskan program akselerasi di SMAN 8 Jakarta. Mengingat siswa pada program akselerasi berpacu dengan waktu yang sangat terbatas sehingga mengharuskan dirinya bekerja ekstra keras, keterbatasan waktu luang untuk bersama dan bersosialisasi dengan teman dan keluarga, kompetisi yang sangat ketat, itu semua berimplikasi pada tingkat tekanan psikologis siswa. Tekanan tersebut bisa berupa stres, frustrasi, mudah marah, dan merasa terasing dengan lingkungannya.2 Oleh karenanya, bimbingan dan penyuluhan sangat berperan besar untuk menetralisasi kondisi psikologis siswa pada keadaan semula. Hasil

perolehan

data

dimulai

dengan

membahas

proses

pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Proses-proses tersebut dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 2

SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan……….hal.12

61

4. Perencanaan Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga menggunakan media laptop sebagai alat bantu pembelajaran yang sewaktu-waktu diperlukan dalam memberikan materi yang berhubungan dengan pokok bahasan. Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi aspek

menyiapkan

rencana

pembelajaran,

menerangkan

tujuan

pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi. 5. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru memberikan

kesempatan

yang

luas

kepada

siswa-siswa

untuk

62

mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung. Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas akselerasi. Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal matematika. Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik (feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru melontarkan permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa. Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas akselerasi di atas rata-rata kelas reguler. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi (proyektor), jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk

63

mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology). Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat komputer

dalam

membahas

materi-materi

matematika

seperti

pembahasan bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya. Perangkat

itu

digunakan

untuk

mempermudah

guru

dalam

menyampaikan materi, dengan manampilkan gambar, diagram, proses perhitungan yang merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam. Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus, balok, prisma, media berdimensi tiga, dan sebagainya), program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya. 6. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan setiap kompetensi dasar (KD). Siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu. Dalam memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses

64

pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu, yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa (misalnya matematika untuk olimpiade). Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk tulisan.

D. Analisis Temuan Penelitian Hasil perolehan data dimulai dengan membahas proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi. Proses-proses tersebut dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan Menurut guru matematika yang mengajar di kelas akselerasi SMAN 8, seperti biasa persiapan menyangkut aspek bahan ajar yang akan dipergunakan pada pembelajaran di kelas. Tentunya bahan ajar tersebut menurut guru itu telah disesuaikan dengan RPP yang telah disusun di awal tahun ajaran 2010/2011. selain itu, guru tersebut juga menggunakan media laptop sebagai alat bantu pembelajaran yang sewaktu-waktu diperlukan dalam memberikan materi yang berhubungan dengan pokok bahasan.

65

Pada perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi aspek

menyiapkan

rencana

pembelajaran,

menerangkan

tujuan

pembelajaran, mengadakan pre-test, dan mengadakan brainstorming. Dari kesemua indikator tersebut, guru bidang studi matematika berupaya memenuhi indikator-indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru memiliki persiapan yang baik dalam melaksanakan tugas mengajar di kelas akselerasi. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan

pembelajaran

matematika

di

kelas

akselerasi

dilakukan dengan cara-cara yang bervariasi tergantung dari materi yang diajarkan. Setiap pelaksanaan pembelajaran, sistem pemecahan masalah menjadi suatu pendekatan yang dominan di dalam kelas. Guru memberikan

kesempatan

yang

luas

kepada

siswa-siswa

untuk

mengutarakan penemuan atau mengungkapkan masalah yang ditemukan sebelum atau sesudah proses pembelajaran berlangsung. Kesulitan yang dihadapi siswa pada pembelajaran matematika harus dipecahkan oleh mereka sendiri. Guru hanya memberikan stimulasi dan pola-pola umum dalam pemecahan masalah yang muncul. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis masalah, pemberian tugas, dan eksperimen. Di antara pendekatan tersebut, pembelajaran berbasis masalah lebih banyak diterapkan di dalam kelas akselerasi.

66

Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa aktif melakukan tanya jawab, siswa bebas mengemukakan gagasan, membantah pendapat guru, atau bahkan mengajukan solusi dalam penyelesaian soal-soal matematika.

Guru menyampaikan materi kepada siswa-siswa kelas

akselerasi, guru tersebut lebih banyak memberikan umpan balik (feedback), mendengarkan saran dan pendapat para siswa. Guru melontarkan permasalahan aktual yang menjadi bahan diskusi bagi siswa. Cara ini dilakukan mengingat tingkat kecerdasan siswa-siswa kelas akselerasi di atas rata-rata kelas reguler. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi dilengkapi dengan perangkat multimedia yang diberikan masing-masing kepada siswa. Di dalam kelas juga disediakan alat bantu berbasis teknologi (proyektor), jaringan internet wireless yang mudah diakses oleh siswa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Boleh dibilang bahwa proses pembelajaran yang menggunakan fasilitas di kelas akselerasi adalah pembelajaran berbasis ICT (Information Communication Technology). Pembelajaran berbasis ICT menggunakan perangkat-perangkat komputer dalam membahas materi-materi matematika seperti pembahasan bidang datar, peluang, statistika dasar, dan seterusnya. Perangkat itu digunakan untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi, dengan manampilkan gambar, diagram, proses perhitungan yang merangsang siswa untuk mengetahui secara mendalam. Media yang sering dipakai adalah alat-alat peraga realia (kubus, balok, prisma, media

67

berdimensi tiga, dan sebagainya), program komputerisasi untuk membuat aplikasi lingkaran dan beberapa media pembelajaran lainnya. 3. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan dengan cara pemberian tes yang dilakukan setiap kompetensi dasar (KD). Siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi dasar tersebut dilakukan remedial oleh guru bersangkutan dengan target waktu satu minggu. Jenis tugas yang diberikan kepada siswa berbentuk essay. Tugas itu bersifat dua jenis, kelompok dan individu. Guru memberikan penilaian kepada siswa untuk nilai akhir, guru melakukan beberapa hal. Pertama, penilaian proses yaitu penilaian yang diberikan oleh guru dalam menilai penampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen observasi dalam pelaksanaan pembelajaran diketahui bahwa, penampilan yang dinilai adalah: keaktifan siswa, gagasan yang disampaikan dalam diskusi atau tanya jawab, dan tingkat partisipasi pada materi itu. Kedua, penilaian melalui tes individu, yaitu memberikan soal-soal setiap kompetensi dasar yang telah diajarkan kepada siswa dengan pengembangan tujuan pembelajaran yang sesuai kebutuhan siswa (misalnya matematika untuk olimpiade). Ketiga, hasil membuat makalah atau eksperimen yang telah digagas dalam bentuk tulisan. Berikut adalah hasil temuan penelitian di lapangan berdasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat: 1.

Persiapan proses belajar mengajar.

68

Persiapan

siswa

sebelum

pelaksanaan

pembelajaran

matematika di kelas akselerasi dapat dijelaskan pada aspek berikut ini: a.

Membaca materi pelajaran, jumlah siswa yang menjawab jenis ini sebanyak 3 siswa.

b.

Mendengarkan musik untuk mendapatkan penyegaran otak. Jumlah responden ini sebanyak 1 orang.

c.

Melakukan latihan-latihan dalam menjawab soal matematika, jumlah siswa yang menjawab ini sebanyak 4 siswa.

d.

Jarang membaca buku matematika dengan alasan kurang suka pelajarannya. Hanya ada 1 orang siswa. Dari gambaran tersebut di atas diketahui bahwa siswa lebih

banyak

mempersiapkan

mengerjakan

soal-soal

diri

dengan

matematika

membaca di

rumah.

materi Fakta

atau ini

mengindikasikan bahwa persiapan matang mutlak diperlukan dalam menguasai materi di kelas. Fakta tersebut mengindikasikan dengan kuat bahwa para siswa kelas akselerasi memiliki persiapan matang dengan mengeksplorasi terlebih dahulu materi di rumah sebelum dibahas bersama di dalam kelas. Dengan aktivitas demikian, proses pembelajaran yang berlangsung berjalan efektif dan efisien. Fakta lain juga ditemukan, bahwa sebagian besar para siswa rajin mencari sumber-sumber bahan ajar di internet yang ada di rumah mereka, atau di sekitar rumah. Bahan-bahan ajar itu dipelajari secara

69

serius untuk dicari pemecahan dan mengintroduksi ke dalam materi yang ada pada kurikulum. Sedangkan

persiapan

mengajar

guru

lebih

pada

sistem

koordinasi, memberikan fasilitas dan ketersediaan sumber-sumber bahan ajar yang akan dibahas. Selain RPP dan silabus serta buku panduan, guru juga mencari sumber-sumber bahan ajar tersendiri di internet. Dengan demikian, terjadi proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa. Guru juga tidak lupa mempersiapkan perangkat-perangkat teknologi seperti laptop dan bahan presentasi dalam format power point. Tetapi ini tergantung materi dan tingkat kesulitan pelajar matematika yang diberikan. Menurut sebagian guru matematika, penggunaan slide tidak dilakukan setiap waktu. 2. Aktivitas Pembelajaran dan Pengajian Informasi Pembelajaran yang berlangsung dalam kelas akselerasi berbeda dengan kelas-kelas reguler lainnya yang ada pada SMA Negeri 8 Jakarta. Perbedaan tersebut terletak pada aspek berikut ini: a. Formasi tempat duduk di kelas Di dalam formasi tempat duduk siswa kelas akselerasi menggunakan formasi yang mobile. Artinya, di setiap waktu dan kesempatan, perubahan bentuk tempat duduk bisa berbentuk huruf U. Pada kesempatan yang lain berbentuk oval (berbentuk bulat dengan guru yang berada di tengah-tengah), pada kesempatan lain

70

dapat berbentuk per kelompok dengan dua siswa yang saling berhadap-hadapan. Formasi yang berganti-ganti ini dilakukan karena jumlah siswa yang mengikuti program kelas akselerasi dalam satu kelas tidak lebih dari 15 siswa. Dengan demikian, ruang kelas dengan mudah disetting sesuai dengan kebutuhan dan keadaan materi yang diajarkan. b. Interaksi guru dan siswa Interaksi guru dan siswa berlangsung dalam suasana keakraban, tidak ada jarak antara kedua belah pihak tanpa mengurangi rasa hormat siswa kepada guru. Guru tidak sungkansungkan mengakui dan menghargai pendapat dan temuan siswa hasil rekayasa teknik dan kalkulasi matematis yang tidak konvensional. Pada sisi siswa, mereka juga sering diberikan kesempatan oleh guru menjadi pengajar sementara untuk mempresentasikan hasil penemuan yang diperoleh sebelum masuk ke dalam kelas. Menurut hasil pengamatan dan wawancara, diperoleh fakta bahwa sistem asisten guru berlaku di kelas akselerasi. Sistem ini layaknya sistem yang diberlakukan di perguruan tinggi, dengan menempatkan asisten dosen pada mata kuliah tertentu. Yang membedakan dari sistem asisten dosen adalah bahwa siswa diberikan kesempatan yang sama pada suatu waktu untuk mempresentasikan temuan inovatif yang berhubungan dengan materi yang diberikan kepada mereka.

71

c. Kematangan guru dalam mengajar Dari jawaban senang, banyak asalan yang mengemuka, antara lain dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Karena guru selalu mengajarkan sesuai dengan petunjuk atau cara yang berurutan; 2) Karena cara menyampaikan pesan penuh dengan humor dan hiburan yang dapat menghilangkan kejenuhan; 3) Karena guru mnyampaikan penuh melalui cara-cara yang interaktif yang membuat siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya; 4) Karena guru memberikan kesempatan yang luas kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan jawaban yang kadang-kadang hanya beralasan bahwa apa yang disampaikan oleh guru matematika sulit dimengerti oleh siswa tersebut. Dan bagi siswa yang menjawab tidak senang dengan apa yang disampaikan guru memiliki alasan bahwa siswa tersebut hanya menangkap materi pelajaran di sekolah dengan kisaran pemahaman antara 15 – 20%. d. Cara siswa dalam menyelesaikan tugas Guru menyelesaikan suatu masalah matematika, siswa diberikan

kesempatan

yang

seluas-luasnya

untuk

mencari,

menemukan, dan memformulasikan perhitungan matematika di luar jalur yang tersedia. Oleh karena itu, mereka selalu memanfaatkan

72

fasilitas laboratorium matematika yang tersedia di SMAN 8 Jakarta, dengan fasilitas internet dan aplikasi-aplikasi matematika lain. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, mereka lebih senang

mengerjakan

tugas

secara

individual

dibandingkan

berkelompok. Fakta ini mempertegas bahwa, siswa kelas akselerasi yang memiliki kecerdasan tinggi ingin berusaha secara mandiri dalam menyelesaikan tugas-tugas matematika. Mereka mencari rumus-rumus dan konsep-konsep dasar matematika di internet, jurnal-jurnal langganan sekolah, buku matematika terbitan luar negeri yang tersedia di perpustakaan sekolah, sampai mereka menemukan misteri matematika tersebut secara maksimal. e. Teknik menyelesaikan soal matematika Mayoritas dari jawaban siswa-siswa adalah dikerjakan dengan sendiri sampai menemukan jawabannya. Sekiranya tidak memperoleh jawaban maka pilihan berada pada pihak berikut: 1) Guru, pihak guru menjadi alternatif terakhir untuk memperoleh jawaban yang benar; 2) Orang tua dan anggota keluarga, rata-rata pihak keluarga merupakan kelas menengah ke atas, dari aspek pendidikan setiangkat level sarjana dan pasca sarjana. Sehingga, ketika siswa-siswa mengalami kesulitan orang tua menjadi tumpuan jawaban;

73

3) Teman sekelas dan kelas di atasnya, biasanya ini dilakukan untuk memperoleh jawaban dengan cepat dan efektif. Temuan yang lain adalah bahwa guru jarang menggunakan media pembelajaran di kelas, meskipun tersedia fasilitas internet dan slide di

kelas.

menyebutkan

Dari jawaban siswa-siswa

bahwa

semua

siswa

(100%)

kelas akselerasi menjawab

guru

matematika tidak menggunakan media pembelejaran di kelas. Alatalat yang biasa digunakan adalah spidol, papan tulis, dan buku pelajaran. Beberapa jawaban yang mengemuka meskipun guru tidak menggunakan media: 1) Pemahaman matematika tidak tergantung pada media yang dipakai oleh guru, melainkan sering tidanya siswa berlatih (drill) menjawab soal-soal matematika setiap kesempatan mempelajari matematika itu sendiri; 2) Justru dengan metode problem based-learning (memberikan umpan yang harus diselesaikan siswa), memberikan tugas dan resitasi,

siswa-siswa

lebih

menangkap

esensi

pelajaran

matematika. Hal itu sesuai dengan jawaban siswa atas hasil wawancara diketahui bahwa siswa yang menjawab tentang cara yang paling mudah dalam memahami materi pada pelajaran matematika adalah dengan pembelajaran berbasis masalah dengan jumlah 8 siswa

74

(72,8%). Kemudian jawaban siswa yang menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman materi matematika berjumlah 2 siswa (18,2%), dan yang menjawab dengan cara atraktif dengan jumlah siswa yang menjawab sebanyak 1 orang (9,1%). Jawaban yang menjadi mayoritas dari responden adalah dengan pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang menemukan masalah pada materi tertentu menjadi bahasan yang akan didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah. Setiap kesempatan pembelajaran matematika, lebih dari satu masalah muncul yang pada umumnya bersumber dari siswa. Meskipun demikian, mereka merasa pelajaran matematika tetap sulit dan rumit karena padatnya kurikulum yang harus di selesaikan dalam waktu relatif cepat. Deskripsi jawaban yang mengalami kesulitan adalah sebagai berikut: 1) Tingkat kerumitan matematika itu sendiri, terutama menyangkut rumus-rumus dan konsep matematika; 2) Kurang konsentrasi; 3) Kurang cepat memahami penjelasan guru; 4) Tidak menyukai pelajaran matematika. Para siswa kelas akselerasi merasakan kemudahan dalam menyelesaikan masalah. Karakteristik jawaban yang menjawab mudah dalam pelajaran matematika adalah: 1) Karena gemar dengan pelajaran matematika;

75

2) Karena merasa materi pelajaran matematika yang ada di sekolah relatif mudah, kecuali untuk soal-soal yang diujikan mada olimpiade matematika dan sains.

f. Kehadiran siswa Kehadiran siswa hanya dipatok 75% dari keadaan normal. Ini berbeda dengan kelas konvensional dengan kewajiban kehadiran 95% dari jumlah hari yang aktif dalam satu semester. Namun, siswa diberikan buku supervisi belajar yang dilakukan di luar kelas atau sekolah. Para siswa biasanya diberikan waktu belajar di tempat lain secara berkelompok, dengan menyerahkan bukti kunjungan atau tugas dengan disertai hasil penelitian atau temuan. Tugas tersebut dapat dipresentasikan di dalam kelas dengan diundang beberapa perwakilan kelas yang berada di lingkungan sekolah SMAN 8 Jakarta. g. Tempat belajar Kelas akselerasi dilaksanakan dalam format yang berbeda, tidak sama dengan kelas-kelas reguler atau konvensional lainnya yang pada umumnya dilakukan. Pada kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta, rasio tempat pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas adalah 50 : 50. Rasio ini menunjukkan bahwa target kurikulum yang harus diselesaikan siswa dan guru dalam rentang waktu yang relatif

76

singkat (3 tahun harus selesai dalam 2 tahun), maka strategi dan kerativitas pembelajaran mutlak dilakukan, termasuk pemilihan tempat pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ada beberapa tempat yang digunakan dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1) Laboratorium matematika. Di tempat ini biasanya siswa seharian penuh melakukan analisa dan penyelesaian soal-soal matematika di laboratorium matematika SMAN 8 Jakarta. 2) Perpustakaan sekolah. Selain laboratorium matematika, proses pembelajaran juga dilangsungkan di perpustakaan sekolah yang cukup memadai, terutama ketersediaan buku-buku referensi matematika dan jurnal luar negeri yang sangat membantu siswa menyelesaikan masalah. 3) Perpustakaan Fakultas MIPA perguruam tinggi yang ada di wilayah jakarta, seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Gunadarma, Universitas Trisakti dan sebagainya. Di tempat itu pula dilakukan sharing dan kajian bersama dengan beberapa mahasiswa senior dan dosen-dosen matematika di perguruan tinggi setempat. 4) Lembaga-Lembaga Riset dan Kajian Strategis seperti LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Puspitek Serpong, LAPAN

(Lembaga

sebagainya.

Penelitian

Antariksa

Nasional),

dan

77

h. Model Pembelajaran yang digunakan Model pembelajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran mandiri terstruktur dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based-learning). Model pembelejaran yang mengemuka dari jawaban siswa-siswa adalah dengan berlatih soal-soal setiap hari, menggunakan alat peraga, dan disampaikan dengan menyenangkan. Namun, landasan pembelajaran yang sering dilaksanakan adalah pembelajaran berbasis masalah.

E. Pembahasan Perolehan data penelitian yang telah dideskripsikan di atas secara komprehensif, maka diperoleh beberapa hal baru yang berhubungan dengan proses pembelajaran matematika di dalam kelas X program akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta. Bahwa proses pembelajaran matematika dilakukan dengan cara-cara yang lebih menekankan keaktifan siswa. Siswa-siswa pada kelas akselerasi diberikan fasilitas yang memadai, seperti pemberian laptop untuk masingmasing siswa. Dengan demikian proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas dapat diimplementasikan melalui metode ICT (information communication technology). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diperoleh penemuan bahwa setiap bulan dilakukan aktivitas outbond. Aktivitas ini bertujuan untuk

78

mengasah kreativitas siswa, menumbuhkembangkan inovasi dan solusi dalam suatu permasalahan, meningkatkan kerja sama yang bersifat konstruktifakademis, dan menghilangkan kejenuhan beban belajar yang begitu padat per minggu. Pelaksanaan outbond sendiri terselenggara berkat kerja sama dengan orang tua siswa, yang menginginkan anak-anak mereka memperoleh penyegaran (fresh). Pihak sekolah memfasilitasi kegiatan tersebut dengan memberikan bantuan tenaga ahli, ahli psikologi dan shock teraphy. Model atau metode pembelajaran matematika yang sering digunakan pada kelas akselerasi di SMAN 8 Jakarta adalah pembelajaran berbasis masalah (learning based-problem). Setiap siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengemukakan masalah yang muncul pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kompetensi Dasar (KD) yang menjadi instrumen pokok materi yang akan dibahas tentu diperluas dengan masalah-masalah yang muncul di kelas. Masalah tersebut harus didiskusikan dan dicarikan pemecahan di antara siswa itu sendiri. Permasalahan yang tidak dapat diatasi oleh siswa akan dikonsultasikan kepada guru untuk dijadikan jalan keluarnya. Namun, guru tetap memberikan kesempatan memecahkan masalah untuk pertemuan berikutnya. Siswa diharuskan mencari di solusi di luar kelas.

79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan

deskripsi

data

penelitian

melalui

observasi

dan

wawancara kepada pihak guru dan siswa, serta pembahasan di atas maka disimpulkan beberapa aspek sebagai berikut:

80

1. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (learning based-problem). Pembahasan materi tetap disesuikan dengan kurikulum yang ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan oleh siswa yang dibahas, didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah secara kolektif. 2. Dalam proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar menyatakan bahwa siswa sangat aktif, banyak terlibat dalam proses belajar, merasa senang belajar, memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru, penggunaan waktu belajar sudah efektif dan efesien serta mereka puas terhadap apa yang sudah mereka capai dalam pembelajaran matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa menyatakan pernah mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika, itu tidak berpengaruh pada hasil penemuan bahwa pembelajaran matematika berjalan sangat baik, menyenangkan dan lebih aktraktif dengan program outbond yang diadakan diluar kelas. B. Saran Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti, antara lain kepada pihak: 1. Guru, hendaknya menggunakan perangkat media yang lebih atraktif sehingga mengurangi rasa jenuh dan kesulitan di dalam kelas, meskipun soal yang dihadapi sangat berat.

81

2. Siswa-siswa

kelas

akselerasi,

hendaknya

mengedepankan

aspek

kontekstual, yaitu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kehidupan nyata. 3. Pihak kepala sekolah, hendaknya memberikan fasilitas yang memadai berupa laboratorium matematika yang berisi dengan alat-alat peraga, sketsa rumus-rumus dan segala hal yang berhubungan dengan matematika. 4. Orang tua siswa, hendaknya memberikan dukungan penuh berupa bimbingan moril dan arahan yang bermanfaat bagi pertumbuhan motivasi dalam mempelajari matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen Ambarjaya, S. Beni. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing

82

Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching. Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Gamayanti, Meigita. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius .blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/AkselerasiHartati.pdf Hawadi, Reni Akbar. 2003. Akselerasi: A –Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet.-7. Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Departemen Pendidikan Nasional Marsigit. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Pecahan di SMP dalam http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/ disadur pada 5 Agustus 2010 Munandar, S. C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu

83

Nurbayani, Siti. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/ Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo Riduwan. 2004. Pengantar Statistik. Bandung: Penerbit Alfabeta Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan Investigasi. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Departemen Pendidikan Nasional Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika Smith, L. Patricia dan Ragan, J. Tillman. 1993. Instructional Design. New York: Macmillan Publishing Company Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bdung: Penerbit Alfabeta Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Tilaar, H.A.R.. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kosntekstual di SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Direktorat Jenderal Dikdasmen Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika

84

LAMPIRAN 1 Tabel 1. Daftar Proses Pembelajaran di Kelas Akselerasi No

Penyajian informasi dan situasi Pembelajaran

Jawaban Ya

1

Membahas PR



2

Mengadakan apersepsi



Tidak

Keterangan

85

3



Menerangkan materi dengan metode ceramah

4

Menerangkan manfaat materi dalam



kehidupan sehari-hari 5

Menerangkan materi dengan sistematis



6

Menjelaskan penerapan rumus dengan



contoh 7

Menguasai bahan ajar

8

Menjelaskan



materi

dengan



secara



LCD/Laptop 9

Memperhatikan

siswa

menyeluruh 10

Menerangkan dengan suara jelas



11

Memberikan kesempatan pada siswa



untuk bertanya 12

Memberikan latihan individual



13

Memberikan latihan kelompok



14

Memberikan rewards kepada siswa

15

Membahas latihan yang diberikan



16

Mengumpulkan tugas yang diberikan



17

Mengembalikan hasil latihan siswa





yang dikumpulkan 18

Memberikan tugas PR individu



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan

deskripsi

data

penelitian

melalui

observasi

dan

wawancara kepada pihak guru dan siswa, serta pembahasan di atas maka disimpulkan beberapa aspek sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran matematika di kelas akselerasi SMAN 8 Jakarta dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (learning based-problem). Pembahasan materi tetap disesuikan dengan kurikulum yang ada, ditambah dengan subjek pembahasan yang diajukan oleh siswa yang dibahas, didiskusikan dan dicarikan pemecahan masalah secara kolektif. 2. Pembelajaran matematika di kelas akselerasi sebagian besar responden menyatakan bahwa pembelajaran matematika berlangsung sangat aktif, banyak terlibat dalam proses belajar, merasa senang belajar, memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru, penggunaan waktu belajar sudah efektif dan efesien serta mereka puas terhadap apa yang sudah mereka capai dalam pembelajaran matematika. Meskipun ada sebagian kecil siswa menyatakan pernah mengalami jenuh dalam pembelajaran matematika.

72

73

B. Saran Berikut adalah beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti, antara lain kepada pihak: 1. Guru, hendaknya menggunakan perangkat media yang lebih atraktif sehingga mengurangi rasa jenuh dan kesulitan di dalam kelas, meskipun soal yang dihadapi sangat berat. 2. Siswa-siswa

kelas

akselerasi,

hendaknya

mengedepankan

aspek

kontekstual, yaitu menghubungkan konsep-konsep matematika dengan kehidupan nyata. 3. Pihak kepala sekolah, hendaknya memberikan fasilitas yang memadai berupa laboratorium matematika yang berisi dengan alat-alat peraga, sketsa rumus-rumus dan segala hal yang berhubungan dengan matematika. 4. Orang tua siswa, hendaknya memberikan dukungan penuh berupa bimbingan moril dan arahan yang bermanfaat bagi pertumbuhan motivasi dalam mempelajari matematika.

74

DAFTAR PUSTAKA

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen Ambarjaya, S. Beni. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching. Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Gamayanti, Meigita. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius .blogspot.com/2009/10/persoalan-kelas-akselerasi.html Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocuments/AkselerasiHartati.pdf Hawadi, Reni Akbar. 2003. Akselerasi: A –Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet.-7. Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Departemen Pendidikan Nasional 74

75

Marsigit. Pendekatan Matematika Realistik pada Pembelajaran Pecahan di SMP dalam http://pbmmatmarsigit.blogspot.com/ disadur pada 5 Agustus 2010 Munandar, S. C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu Nurbayani, Siti. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/ Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo Riduwan. 2004. Pengantar Statistik. Bandung: Penerbit Alfabeta Rose, Colin dan Nicholl, J. Malcolm. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematiika dengan Pendekatan Investigasi. Yogakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Departemen Pendidikan Nasional Shadiq, Fadjar. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika Smith, L. Patricia dan Ragan, J. Tillman. 1993. Instructional Design. New York: Macmillan Publishing Company Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bdung: Penerbit Alfabeta Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Tilaar, H.A.R.. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

76

Wardhani, Sri. 2004. Pembelajaran Matematika Kosntekstual di SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Direktorat Jenderal Dikdasmen Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Hasil Wawancara dengan Guru Bidang Studi Matematika

Hari, tanggal

: Rabu, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Karto Suyoso

Waktu

: 11.30 WB

Lokasi

: Ruang Wakil Kepala Sekolah

Peneliti

: Persiapan apa saja yang bapak lakukan terlebih dahulu sebelum mengajar?

Guru

: tidak ada persiapan apa-apa,yang paling penting badan sehat saja. Persiapan materi dan metode instan saja dan sudah hafal di luar kepala. Untuk Rencana Persiapan Pembelajaran (RPP) sudah dibuat di awal semester dan itu kita buat bersama-sama dan sudah baku, dan kita di kelas tinggal menggembangkan saja, karena materi sudah hafal dan metode itu tidak bisa dipersiapkan jadi kita lihat situasi dan kondisi siswanya dan nanti kita sesuaikan.

Peneliti

: Bagaimana cara bapak menyampaikan materi pelajaran kepada siswa?

Guru

: ya biasa saja tergantung suasananya, tergantung materi yang diajarkan apa, kadang ada materi tertentu yang kita harus kreatif artinya tidak baku dan metodenya bervariasi.

Peneliti

: Metode pembelajaran seperti apa yang sering bapak gunakan?

Guru

: Tidak ada metode yang istimewa di kelas akselerasi, hanya perlu penanganan khusus pada kelas ini karena kelas ini kelas kecil dari kelas yang lain. Namun karena aksel anaknya cerdas-cerdas metodenya lebih bervariatif seperti tanya jawab,penemuan, resistasi dan eksperimen. Setidaknya mereka lebih antusia dalam belajar matematika dibandingkan kelas regular.

Peneliti

: Selama mengajar apakah ada kesulitan yang bapak hadapi?

Guru

: Insyaallah tidak ada.

Peneliti

: Dalam penggunaan metode tersebut, apa saja yang menjadi pertimbangan?

Guru

: ya lihat situasi dan kondisi, dalam hal ini materinya apa dan situasi anaknya bagaimana. Dan anaknya sangat amat cepat nangkap.

Peneliti

: Fasilitas apa saja yang disediakan untuk menunjang metode tersebut?

Guru

: Fasiltas yang digunakan tidak banyak,Cuma menggunakan fasilitas yang ada dikelas saja, Alhamdulillah di kelas aksel dapat bantuan dari pemerintah

untuk penggadaan komputer (laptop) untuk anak-anak dan juga dikelas tersebut ditunjang akses internet. Peneliti

: Media apakah yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas akselerasi?

Guru

: Pengguanaan media disesuaikan saja dengan kebutuhan.

Peneliti

: Bagaimana cara bapak menilai keberhasilan belajar siswa ?

Guru

: Biasa saja dengan test-test. Namun ada penilain tambahan di kelas ini bisa lewat pembelajaran berlangsung atau keaktifan siswa dikelas, test individu, dan juga penugasan-penugasan, baik itu PR atau pun tugas kelompok.

Panduan wawancara dengan siswa

1). Apa yang anda lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai ? 2). Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru? 3). Bagaimana cara anda menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru ? 4). Apakah anda mengalami kesulitan dalam belajar matematika? Kenapa,faktor-faktor apa yang mempengaruhi ! 5). Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit? 6). Apakah guru kamu menggunakan media pada tiap kali pembelajaran? Dengan media itu apakah kamu lebih paham? 7). Model pembelajaran seperti apa yang menurut anda lebih mudah,ketika memahami materi? 8). Berapa nilai tes akhir matematika anda ?

Panduan wawancara dengan Guru

1). Persiapan apa saja yang bapak lakukan terlebih dahulu sebelum mengajar ? 2). Bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa? 3). Metode pembelajaran seperti apa yang sering bapak gunakan? 4). Dalam penggunaan metode tersebut,apa saja yang menjadi pertimbangan? 5). Fasilitas apa saja yang disediakan untuk menunjang metode tersebut? 6). Media apakah yang sering digunakan dalam pembelajaran di kelas akselerasi? 7). Bagaimana cara menilai keberhasilan belajar siswa ?

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Ardie Nivansyah

Waktu

: 09.45 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Mempelajari ulang pelajaran yang diajari saat KBM sebelumnya.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Cukup senang, karena gurunya sering ngelawak,jadi tidak terlalu membosankan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: seperti biasa, mengerjakan sendiri apabila ada kesulitan Tanya-tanya ke teman dan guru

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: ya, lumayan karena banyak rumusnya dan saya juga kurang teliti juga.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: akan berusaha sebisa saya, kalau sudah nyerah, Tanya kepada orang yang lebih bisa.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: nggak.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: Mengerjakan soal-soal.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: nggak terlalu bagus. Rata-rata 75

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Arsyi Patriannisa

Waktu

: 11.00 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Berdo’a kadang sebelum belajar, mendengarkan musik terlebih dahulu

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Senang-senang saja. Apalagi jika diajarkan dengan cara dan suasana yang menyenangkan

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Mmengerjakan di rumah terlebih dahuluu, jika ada kesulitan baru mengerjakan dengan teman-teman.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Ada kesulitan, salah satunya saya kurang cepat memahami yang diajarkan, selain itu saya sering hilang konsentrasi.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: saya meminta bantuan kepada teman-teman saya, jika kami masih belum menemukan jawabannya saya akan bertanya kepada guru.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Tidak, sebenarnya pemahaaman tidak tergantungg dari ada/tidaknya media tapi frekuensi berlatihnya

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

:

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 90 dan 75

Menurut saya, sebelum guru menerangkan bagaimana cara mengerjakan baru kemudian saya mencoba mengerjakannya.

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Briliant Putri

Waktu

: 10.00 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Pertama-tama siapin dulu kertas coret-coretan terus kerjain soalnya.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Seneng-seneng aja sih, karena metode pembelajaraannya standar sih. Tapi gurunya banyak lawak jadi seru.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Dihitung aja.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Sebenarnya kalau mata pelajaran matematika di sekolah saya masih bisa mengikuti dengan cukup baik. Tetapi untuk soal matematika olimpiade, saya masih perlu bimbingan dari orang tua dan guru.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Saya kerjain sampai ketemu karena bagi saya merupakan sebuah kepuaasaan tersendiri ketika saya bisa menyelesaikan soal-soal yang sulit. Tetapi kalau masih belum ketemu juga Tanya ke papa saya.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Tidak, guru saya menerangkan secara langsung meskipun tanpa media, tapi saya tetap dapat memahami pelajaran dengan baik

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: diberi materi lalu drill soal.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 100

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Chintya R

Waktu

: 10.45 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: buka-buka buku, siapin kertas untuk coret-coretan,coba-coba ngerjain soal, kalau ga bisa, Tanya guru di sekolah.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Suka-suka aja, gurunya tidak monoton dan suka melawak.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Lihat caranyadi buku, terus coba ngerjain sendiri. Kalau tidak bisa, Tanya teman.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Sebenarnya tidak terlalu, tetapi kadang-kadang setelah beberapa lama lupa materi sebelum-sebelumnya. Jadi, saya sering mengulang-ngulang.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Mencoba mengerjakan sendiri, kalau masih gagal, Tanya teman, kalau masih gagal, Tanya kakak, kalau masih gagal juga tanya guru.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Tidak, walaupun hanya menjelaskan di papan tulis, karena mengajarnya enak. Jadi paham-paham saja.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: Yang biassa saja, santai, tapi setelah diajarkan dikasih soal-soal biar lebih paham.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 92

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Eulogia Eldisa Ayu Lestari

Waktu

: 10.00 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Latihan-latihan iseng aja. Kerjain soal-soal yang ada.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Lumayan senang, selain interaktif juga lumayan bikin anak berkembang.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Dikerjakan aja yang bingung Tanya teman atau guru-guru.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: kadang-kadang biasanya kalau belum begitu ngerti konsepnya.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Istirahat dulu, minta pencerahan sama tuhan. Mudah-mudahan dapat pencerahan. Kadang kali inspirasi datang setelah bangun tidur.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Nggak, metode ngajat konvesional biasa, malah lebih ngerti.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: Interaktif & aktif ngerjain soal-soal aja yang bingung minta bahas.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 92 terakhir.

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Geraldine Nadita

Waktu

: 09. 30 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Mengulang yang sudah dipelajari di sekolah sebelumnya dan mengerjakan latihan dari buku-buku soal yang lain.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ?

Siswa

: Yang diajarkan oleh guru menyenangkan walau kalau kadang-kadang ada yang sulit dimengerti jadi harus belajar lagi di rumah.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Belajar sendiri dan Tanya-tanya saudara yang bisa dan mahir matematika.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Tidak begitu karena saya suka matematika ditambah bantuan saudara jika saya ada kesulitan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: berdoa’a dan berusaha, kalo kita sudah berusaha pasti di situ ada jalan,semua hasilnya di serahkan kepada allah swt.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: tidak, hanya buku biasa.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: dibawa santai aja,yang penting saya bisa mengerti apa yang diajarkan guru.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: ada yang bagus ada yang sedang, kalo dirata-ratakan sekitar 80

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Getty Innashi N

Waktu

: 11.00 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Mengisi soal-soal yang saya bisa.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Kadang tidak, karena saya ga nyambung kadang-kadang

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Gurunya jarang kasih tugas, kalupun ada saya ngerjain yang sebisa saya. Kalo ada yang tidak bisa, jika tiddak males akan nanya ke guru les.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Kadang-kadang, banyak pikiran jadi susah mikirin pelajaran matematika.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Mencoba mengerjakan, jika tidak bisa saya akan bertanya.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Tidak

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: Tidak usah

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: sekitar 80an - 90an.

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Indra Utami

Waktu

: 11.30 WB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Saya sangat jarang belajar matematika

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: tidak, yang saya tangkap di sekolah cuma sekita 15-20 %

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: gurunya sangat jarang memberikan tugas

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: iya,kurang teliti kak,hehehe. Kalo dimensi 3, sulit ngebayaginya.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: di coba-coba,kalo mentok Tanya guru

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Tidak, tetapi saya senang apa yang diajarkan oleh guru.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: mungkin dengan alat peraga, okoknya yang bicara konsep dasar..begitu deh.

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 86, statis sih nilainya.sekitar itu semenjak di SMA

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Mohamad Yafi Zachary

Waktu

: 09.40 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Terkadang mempelajari dahulu bab yang akan dipelajari namun tidak rutin.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Ya, terkadang untuk belajar rutin.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Terkadang mengerjakan bersama teman atau orang tua.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Ya, kurang teliti. Terkadang tidak paham konsep karena kurang latihan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Berusaha mengerjakan. Jika tidak bisa, bertanya pada teman, orang tua dan guru.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: Belum

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: Dengan banyak latihan

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 76

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Noni Nabilah Ulfah

Waktu

: 10.15 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Mendengarkan music sambil mencoba belajar dikamar sendiri.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: biasa saja, kadang iya, kadang tidak.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Ya dikerjakan saja. Kalo ada yang tidak mengerti bertanya pada orang lain.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Kadang-kadang, kalau tidak bisa mengerjakan soal, tidak ada yang bisa dimintai bantuan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Mencoba sebisanya, kalau tidak bisa minta diajarin.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: tidak hanya menggunakn spidol dan papan tulis.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

: ada alat bantu atau peraga

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 70

Hasil Wawancara dengan Siswa

Hari, tanggal

: Kamis, 2 Februari 2011

Yang diwawancara

: Primawestri Widya Iswari

Waktu

: 09.50 WIB

Lokasi

: Kelas Akselerasi

Peneliti

: Apa yang kamu lakukan di rumah sebelum pembelajaran matematika dimulai?

Siswa

: Membaca teorinya terlebih dahulu lalu mencoba mengerjakan soal-soal latihannya.

Peneliti

: Apakah kalian menyenangi belajar matematika dengan pembelajaran yang diajarkan oleh guru ? mengapa!

Siswa

: Ya, karena guru selalu mengajarkan dengan petunjuk atau dengan cara berurutan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru matematika?

Siswa

: Mengerjakan tugas sesuai dengan cara dan rumus yang ada di buku atau yang duru berikan.

Peneliti

: Apakah kamu mengalami kesulitan dalam belajar matematika?kenapa!faktor-faktor apa yang mempengruhi?

Siswa

: Terkadang saya mengalami kesulitan karena soal yang cara menghitungnya rumit dan kemampuan saya yang terbatas. Tetapi kesulitan itu dapat deselesaikan dengan ketekunan.

Peneliti

: Bagaimana cara kamu jika menemukan soal-soal yang sulit pada matematika?

Siswa

: Saya berusaha menyelesaikan soal-soal itu sampai soal itu dapatt terselesaikan.

Peneliti

: Apakah guru matematika kamu menggunkana media pembelajaran dalam mengajar? Dengan media itu apakah kamu jadi lebih paham ?

Siswa

: tidak, hanya menggunakan buku pedoman, spidol dan papan tulis.

Peneliti

: Model pembelajaran matematika seperti apa yang menurut kamu lebih mudah, ketika memahami materi ?

Siswa

:

Peneliti

: Berapa nilai tes matematika kamu ?

Siswa

: 100 dan 88

Suatu solusi yang menurut saya lebih menyenangkan misalnya setiap hari mengerjakan soal secara rutin.

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama

: Gada Mughitsa

NIM

: 106017000520

Jur/Fak

: Pendidikan Matematika/Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : “ Pembelajaran Matematika Di Kelas Akselerasi SMA Negeri 8 Jakarta ”

No

Referensi

1

Undang- Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf

2

3

H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural. Jakarta: Penerbit Kompas, hal.. 92. H.A.R. Tilaar. 2005. Manifesto Pendidikan Nasional............. hal. 93

4 Azyumardi Azra. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 6 5

6

Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo, hal. 34 Nurkolis. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah Teori.............. hal. 35

7 Sumber nilai diambil dari data rekapitulasi nilai semester genap Tahun Ajaran 2009/2010 Kelas X akselerasi SMAN 8 Jakarta.

Paraf Pembimbing I II

8 Menyangkut prestasi ang ditorehkan oleh siswa-siswa kelas akselerasi dapat dibaca pada website www.wangsajaya.wordpress.com 9 Abdul Wahid Chairulah. 2005. Pengembangan Model Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Dinas Di Lingkup Pertanian Kabupaten Sampang.Dalam http://www.damandiri.or.id/detail.ph p?id=323 disadur tanggal 18 Agustus 2010 jam 22.00, hal. 7 10

11

12

13

Lia Yulianti. 2009. Pengertian Pembelajaran dalam http://gurulia.wordpress.com/2009/03 /25/pengertian-pembelajaran/ disadur pada jam 20.45, 18 Agustus 2010 Muhibbin Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya, hal. 92 Hafni Ladjid. 2005. Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ciputat: Penerbit Quantum Teaching, hal. 112 Hamzah B. Uno dan Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Suatu Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 4

14 http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika 15 http://idb4.wikispaces.com/file/view/lr4006. 2.pdf, hal. 10 16 Suriasumantri, Jujun s. 2005. Ilmu Dalam

Perspektif. Cet-22. Jakarta: Penerbit Obor, hal. 178 17

18

19

20

Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Cet-17. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hal. 190 Suriasumantri, Jujun s. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar .............hal. 199 Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu, hal. 13 Fadjar

21

22

23

24

Shadiq. 2009. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 8

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hal. 22 Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 3 Patricia L. Smith dan Tillman J. Ragan. 1993. Instructional Design. New York: Macmillan Publishing Company, hal. 5 Akhmad Sudrajat. 2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran. Dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008 /09/12/pengertian-pend ekatan-strategimetode-teknik-taktik-dan-modelpembelajaran/ didownload pada tanggal 14

Agustus 2010Erman Suherman, dkk,

25

Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: JICA UPI, 2003), h. 68.

26 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 104

27

Arikunto, Suharsimi. Pembelajaran Kontekstual : Suatu Pendekatan Baru. (Bandung : Rosda Karya, 2004) h.12.

28

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika Direktorat Jenderal Dikdasmen, hal. 4

29

30

31

Al. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi .............hal. 4 Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika, hal. 3 Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika......................hal. 5

32

33

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 63 Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing, hal. 89

34 Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 64 35 Trianto. 36

2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 78

37

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 79

38

Anita Lie. 2010. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo, cet. Ke-7, hal. 57

39

Beni S. Ambarjaya. 2008. Model-Model Pembelajaran...............hal. 88

40

Widyantini. 2006. Model Pembelajaran Matematika................hal. 7 Trianto.

41

2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif..............hal. 83

Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003. dalam www.bapsi.undip.ac.id/.../uu%20no .20%20thn%202003%20sisdiknas.pdf 42

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdoc uments/Akselerasi-Hartati.pdf,

43 Siti Nurbayani. Program Percepatan Kelas (Akselerasi) Bagi Siswa yang Memiliki Kemampuan Unggul, dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/ 44

45

Reni Akbar Hawadi. 2003. Akselerasi: A –Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: Grasindo, hal. 31 Hartarti. 2006. Perspektif Program.................hal. 2

46

47

Psikologi

Hartarti. 2006. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocum ents/Akselerasi-Hartati.pdf, hal. 1

Hartarti. Perspektif Psikologi Program Akselerasi Bagi Anak Berbakat Akademik.dalam http://pusdiklatdepdiknas.net/dmdocum ents/Akselerasi-Hartati.pdf 48

49

Lih. Meigita Gamayanti. 2009. Persoalan Kelas Akselerasi dalam http://meigitarius .blogspot.com/2009/10/persoalankelas-akselerasi.html

50

Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning: Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Penerbt Nuansa, hal. 35

51

52

Biehler, F. Robert dan Jack Snowman. 1990. Psychology Applied to Teaching. Sixt Edition. Boston : Houghton Mifflin Company, hal. 126-133 Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2009. Accelerated Learning…………..hal. 37

Nungki P.S. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika. Yogyakarta: Penerbit Tugu, hal. 18-19 53 54

Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 3 Ibid, hal. 4

55

Depdiknas. Panduan bagi Guru dan Orang Tua Pengertian, Konsep, dan Identifikasi Siswa Cerdas Istimewa.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 5 56

57

58

59

Depdiknas. Memahami dan Menangani Cerdas Istimewa dengan Berbagai Masalah yang Menghambat Prestasi Akademis. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal 153-157 Depdiknas. Panduan Guru dan Orang Tua Pendidikan Cerdas Istimewa. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, 2010, hal. 68-87 SMAN 8 Jakarta, Program Percepatan Belajar di SMA Negeri 8 Jakarta. Tanpa Tahun, SMAN 8 Jakarta, hal. 8 SMAN

8 Jakarta, Percepatan……….hal.12

Program

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta, hal. 8

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Afidah Mas’ud

Firdaus, S.Si,M.Pd

NIP. 19610926 198603 2 004

NIP. 19690629 200501 1 003