Telepon seluler: hubungannya dengan kanker otak

123 downloads 137 Views 59KB Size Report
Tabel 2 Batasan dasar pemajanan terhadap pekerja dan kesehatan umum pada frekuensi antara 10 MHz sampai ... pengaruhnya pada kesehatan manusia.
F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Telepon seluler: hubungannya dengan kanker otak Maskito A. Soerjoasmoro Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

ABSTRACT Using cellular phone can cause radiofrequency radiation for human being. Cellular phone in the market at present entering the third generation (3G) using broader frequency and used by many more people. Considering the higher trend in using cellular phone in the future, it is important for health provider to understand exactly the possible damage and danger for the people and how to avoid it. The most recent scientific evidence regarding the use of cellular phone and cancer is not so clear, but there are indications that using cellular phone may cause brain cancer. Some countries (USA & England for instance) are gathering intense reliable research data for the safety use of cellular phone and relevant law concerning safety limit for cellular phone user. Whatever the outcome of the research, health provider should be familiar with the cellular phone specification and understand how to avoid the danger that may occurred. (J Kedokter Trisakti 2000- Vol.19(3):133-41) Key words: radio frequency radiation, cellular telephones, brain tumors, communication standard law.

ABSTRAK Telepon seluler (ponsel) dapat menimbulkan efek radiasi radiofrekuensi pada manusia yang menggunakannya. Ponsel yang ada sekarang sedang memasuki generasi ketiga (3G) dengan memanfaatkan gelombang frekuensi yang lebih luas serta menjangkau jumlah pemakai yang bertambah banyak. Melihat kecenderungan makin meningkatnya penggunaan ponsel pada masa mendatang maka penting bagi para petugas kesehatan untuk mengetahui lebih rinci seberapa jauh bahaya yang mungkin ditimbulkannya dan bagaimana cara menghindarkannya. Ilmu pengetahuan mutakhir tentang kanker dan kaitannya dengan ponsel masih belum pasti pada saat ini, tetapi terdapat indikasi-indikasi bahwa penggunaan ponsel dapat menyebabkan kanker otak. Beberapa negara besar (misalnya Amerika Serikat dan Inggris) saat ini sedang mengumpulkan data tentang keselamatan penggunaan ponsel dan peraturan perundang-undangan untuk menetapkan batasan yang aman bagi pemakai ponsel. Apapun hasil yang akan ditemukan, para petugas kesehatan perlu meningkatkan pengetahuan tentang spesifikasi ponsel dan cara-cara menghindarkan bahaya yang mungkin ditimbulkan. Kata kunci : radiasi frekuensi radio, telepon selular, tumor otak, standar hukum komunikasi

PENDAHULUAN Penggunaan telepon seluler (ponsel) saat ini merupakan fenomena baru yang sangat luas; sedemikian rupa luasnya sehingga pada akhir abad yang lalu diperkirakan terdapat 400 juta pengguna ponsel.(1).(Gambar1) Di negara Inggris menurut data April 2000 terdapat 25 juta ponsel dalam peredaran, yang berarti sama dengan satu ponsel untuk tiap dua individu,

sedangkan di Amerika Serikat diperkirakan 92 juta orang menggunakan ponsel. Melihat kenyataan bahwa semakin banyak orang menggunakan ponsel, menunjukkan penting-nya teknologi ponsel bagi masyarakat luas. Dengan munculnya generasi ke 3 (3G) sistem ponsel yang dapat digunakan untuk berbagai teknik komunikasi seperti fax, e-mail dan akses internet, maka dapat dipastikan bahwa J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 133

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

penggunaan ponsel dan segala teknologi yang terkait akan makin meningkat pada waktu -

waktumendatang.

Gambar 1. Perkembangan Jaringan GSM (Global System for Mobile Communication) diseluruh dunia (1).

350

315

300 250

250 200

200

Negara

150 100 50

60

110 65

100

110

120

1996

1997

1998

Network

30

0 1994

1995

Penggunaan yang demikian luas dari ponsel tersebut disertai dengan perdebatan di masyarakat mengenai kemungkinan bahayanya bagi kesehatan manusia. Kekuatiran ini timbul sehubungan dengan emisi radiasi frekuensi gelombang radio (RF) dari ponsel (handset nya) dan radiasi dari stasiun bumi (base station) yang menerima dan memancarkan sinyal. Untuk masyarakat luas tingkat pemajanan (levels of exposure) yang ditimbulkan pada ponsel yang dipegang dekat kepala atau tempat lain dibadan lebih besar dibandingkan pemajanan seluruh badan akibat radiasi stasiun bumi. Terdapat dua macam gangguan kesehatan yang langsung berakibat pada kesehatan manusia sebagai akibat terpajan frekuensi gelombang radio (RF = radio frequency) ponsel, yaitu efek termal (pemanasan) karena posisi ponsel

dekat bagian badan dan efek non termal dari ponsel dan stasiun bumi. Selain itu terdapat pula gangguan tidak langsung misalnya, penggunakan ponsel sambil mengemudikan kendaraan bermotor meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan. Efek tidak langsung lain adalah adanya gangguan lingkungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat di sekitar stasiun bumi. Berdasarkan bukti-bukti yang ada saat ini dapat disimpulkan bahwa pemajanan (exposures) terhadap radiasi RF dibawah nilai ambang batas menurut NRPB (National Radiological Protection Board) dan ICNTRP (International Commission on NonIonizing Radiation Protection) tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat umum. (Tabel 1 dan Tabel 2). (2)

Tabel 1. Batasan dasar pemajanan dalam frekuensi antara 10 MHz sampai dengan 10 GHz menurut NRPB (National Radiological Protection Board) (NRPB, 1993b) Parameter antara Bagian jaringan Limit SAR (W/kg) Masa (g) Waktu (menit) Seluruh badan 0.4 15 Kepala, fetus 10 10 6 Leher, badan 10 100 6 Anggota badan 20 100 6 SAR = Specific energy absorption rate, dinyatakan dalam watt per kilogram.

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 134

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Tabel 2 Batasan dasar pemajanan terhadap pekerja dan kesehatan umum pada frekuensi antara 10 MHz sampai dengan 10 GHz ICNTRP (International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection) (ICNIRP, 1998a)

Bagian

Limit SAR (W/kg)

Parameter Masa (g)

antara Waktu (menit)

jaringan Seluruh badan Kepala, badan Anggota badan

0.4 (0.08) 10 (2) 20 (4)

10 10

6 6 6

SAR = Specific energy absorption rate, dinyatakan dalam watt per kilogram. Limit SAR = pemajanan terhadap pekerja dan terhadap umum tanda ( ).

Berbeda dengan NRPB, ICNTRP menggunakan dua angka batas limit SAR, dimana batas yang rendah untuk pemajanan masyarakat umum sedangkan batas yang tinggi untuk pemajanan pada lingkungan pekerjaan. Tampak pada Tabel 2 batas pemajanan pada masyarakat umum lima kali lebih rendah dari batas NRPB. Hal ini disebabkan asumsi bahwa pekerja terpajan hanya sebagian waktu saja (sekitar 8 jam kerja), sedangkan masyarakat umum dapat terpajan selama 24 jam terus menerus. Nilai ambang batas NRPB dan ICNTRP dipakai terutama di Eropa yang menyetujui sebagai batas aman terhadap kemungkinan timbulnya pemanasan jaringan akibat radiasi RF. Akan tetapi penelitian ilmiah pada akhirakhir ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan efek biologis pada pemajanan dibawah nilai ambang batas tersebut. (3,4). Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sejauh manakah ponsel dapat mengganggu kesehatan dan bagaimanakah cara menghindarkan gangguan tersebut bagi pemakai ponsel? Para dokter dan petugas kesehatan lainnya saat ini sangat membutuhkan kepastian tentang keselamatan penggunaan ponsel agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sebab sampai saat ini peraturan perundang-undangan tentang penggunaan komunikasi belum disusun. Sebagai ilustrasi lebih lanjut dapat pula dikemukakan petikan berita dari Reuter Medical News tanggal 4 Agustus 2000 tentang gugatan seseorang melalui pengadilan. (5)

Dr. Christopher Newman, 41 tahun, seorang dokter ahli saraf (Neurologist) dari Maryland USA, mengajukan tuntutan melalui pengadilan pada hari Selasa di Baltimore City Circuit Court kepada Motorola Inc. sebesar sebesar US$ 800 juta, mengatakan bahwa penggunaan ponsel menyebabkan tumor otak yang malignant pada dirinya. Selain Motorola Inc. dituntut juga perusahaan-perusahaan Verizon Communication, Bell Atlantic Corp., Bell Atlantic Mobile Inc., Southwestern Bell Mobile Systems Inc., Washington/Baltimore Cellular Ltd., SBC Communication Inc., Cellular Telecommunication Industry Association Inc., dan the Telecommunication Industry Association. SUMBER RADIASI Ponsel (handset) dan stasiun bumi (base station) merupakan sumber radiasi frekuensi gelombang radio (RF radiation). Makin jauh sumber radiasi tersebut makin lemah pengaruhnya pada kesehatan manusia. Untuk ponsel radiasi terutama terjadi di daerah samping kepala atau tempat lain dibadan bila menggunakan “hands-free” asesoris. Ponsel dan stasiun bumi memancarkan dan menerima sinyal gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet tersebut juga dipancarkan dari berbagai sumber lainnya baik sumber alamiah maupun sumber-sumber buatan manusia, yang berperan sangat penting bagi kehidupan manusia. Semua radiasi elektromagnet terdiri dari gelombang listrik dan medan magnet dengan frekuensinya f atau J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 135

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

v (nu), yaitu berapa kali tiap detik gelombang berosilasi (oscillating), menunjukkan satuan dan pemanfaatannya. Frekuensi diukur dengan hertz atau Hz, dimana 1 Hz adalah satu osilasi (oscillation) dalam satu detik, 1 kHz atau kilohertz adalah seribu Hz, 1 MHz atau megahertz adalah satu juta Hz dan 1 GHz atau gigahertz adalah seribu juta Hz atau 10 pangkat 9 Hz. Frekuensi antara 30 kHz dan 300 GHz banyak digunakan dalam telekomuniksi, termasuk suara dari radio siaran (radio broadcast) dan televisi. Di banyak negara, radio gelombang AM (amplitude modulation) menggunakan frekuensi antara 180 kHz dan 1,6 MHz, sedangkan gelombang FM (frequency modulation) antara 88 - 108 MHz, dan gelombang TV antara 470 - 854 MHz. Ponsel menggunakan frekuensi antara 872 - 960 MHz dan 1.710 - 1.875 MHz. Gelombang dengan frekuensi tinggi dalam RF dikenal dengan nama microwave. Penggunannya sangat luas antara lain: radar, telecommunication links, satelit, pengamat cuaca, medical diathermy dan oven microwave (2,45 GHz). Radiasi dengan frekuensi yang lebih tinggi lagi dapat berupa sinar infra merah, sinar yang tampak mata, sinar ultraviolet, sinar Röntgen dan sinar gamma yang dipancarkan oleh bahan radioaktif. TEKNOLOGI PONSEL Ponsel generasi pertama (1G) yang di pasarkan mula-mula menggunakan teknologi analog; di Amerika Serikat dikenal sebagai AMPS (Advanced Mobile Phone System), di Inggris sebagai TACS (Total Access Communication System) dan di Jepang sebagai MSC-L1.(6) Ponsel analog menghasilkan sinyal yang kekuatan dan frekuensinya berubah-ubah sesuai dengan jarak tertentu dengan gelombang yang tetap kontinu. Suara dikirimkan dengan mengubah baik tinggi gelombang maupun jumlah gelombang tiap detiknya. Teknologi analog ini sama sekali tidak aman. Tiap radio penerima model Receiver Radio All Band (Scanner) dapat mendengar semua pembicaraan yang terjadi dalam suatu sel. Peristiwa heboh tentang kebocoran

pembicaraan antara Putri Diana dengan kekasihnya yang direkam dan kemudian disiarkan secara luas, menunjukkan ketidakmengertian pemakai ponsel akan kelemahan teknologi analog pada waktu itu. Selain itu dapat pula terjadi pencurian waktu mengudara sehingga dapat merugikan pemiliknya yang berakhir dengan tagihan yang melebihi pemakaian pada akhir bulan. Setelah itu sebagian besar pengguna beralih ke teknologi digital (GSM = Global System for Mobile Telecommunication), yang memasuki era ponsel generasi ke 2 (2G). Ponsel digital menghasilkan sinyal yang kekuatan dan frekuensinya berubah-ubah dalam bentuk diskret (discreet). Dengan teknologi digital suara dikirimkan dalam seri renjatan cepat atau pulsa untuk memungkinkan pemakaian yang lebih padat. GSM dikembangkan mulai tahun 1980 an karena dirasakan adanya kebutuhan akan standard ponsel generasi ke 2 yang lebih baik bagi masyarakat di Eropa pada waktu itu. Sistem GSM ini merupakan ponsel yang penggunaannya didominasi negara-negara Eropa (66%), disusul negara-negara di kawasan Asia-Pasific (26%), kemudian Amerika Utara, negara-negara Arab dan Afrika masing-masing 2%. Di Amerika Serikat sebenarnya hingga saat ini hanya mengenal satu generasi yaitu AMPS. Untuk mengatasi masalah keamanan dilakukan enkripsi (encryption). Prinsip enkripsi adalah dilakukan perubahan data/sinyal pada saat meninggalkan mesin (encode) sehingga tidak dapat dimengerti oleh orang lain, kemudian dikembalikan menjadi data/sinyal yang semula (decode) ketika memasuki mesin si penerima yang dituju. Kelebihan GSM dibandingkan AMPS a.l.: 1. Suara, data dan faksimile dapat disatukan dalam sebuah sistem tunggal 2. Algoritma percakapan yang dikompresi dengan lebih baik dapat dilaksanakan, sehingga ‘bandwidth’ per saluran yang diperlukan lebih sedikit. 3. Kode perbaikan kesalahan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas transmisi 4. Sinyal-sinyal digital dapat dilakukan enkripsi untuk keperluan keamanan. J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 136

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Walaupun sistem digital lebih baik dari sistem analog masalahnya tidak semua sistem menggunakan teknologi digital yang sama dan GSM sepenuhnya dirancang sebagai sistem digital murni, sehingga tidak kompatibel dengan sistem sebelumnya. Sedangkan saluran AMPS disesuaikan dengan negara-negara yang menggunakan sistem digital dan masih dapat juga menggunakan sistem analog. Dalam tiga tahun mendatang akan muncul generasi ke 3 (3G) ponsel yang segera akan dipasarkan yang dikenal dengan istilah Universal Mobile Telecomuniction System (UMTS) di Eropa dan International Mobile Telecommunication-2000 (IMT-2000) di seluruh bagian dunia lainnya. Di Jepang dipelopori oleh NTT DoCoMo yang disebut sebagai Wideband Code Division Multiple Access (WBCMA). Teknologi baru ini mempunyai keunggulan dapat memanfaatkan pelayanan multimedia secara lengkap, misalnya kamera video, radio, televisi, kamera digital, faksimile, MP3 (Moving Picture Expert Group 1 Audio Layer 3), PDA (Personal Digital Assistant ), Web browser, dll). Penggunaan sistem baru ini akan memerlukan penambahan spektrum frekuensi radio yang lebih luas (4) Dari segi outputnya ketiga sistem bersebut berbeda-beda. AMPS/TACS output nominalnya 0,63 watt (2), dimana sistem ini hampir semuanya sudah diganti dengan GSM di Eropa yang menggunakan frekuensi 900 MHz dan 1.800 MHz. (9,10) Pemerintah Inggris telah menetapkan bahwa sistem analog harus sudah dihapuskan pada tahun 2005. Sistem GSM pada panjang gelombang 900 MHz adalah dua kali lebih panjang dari gelombang 1.800 MHz maka akan lebih baik untuk mencapai wilayah terhalang seperti daerah dibelakang gedung, sehingga untuk memperoleh cakupan yang sama diperlukan lebih sedikit stasiun bumi yang dengan sendirinya akan diperlukan lebih sedikit pula channel pada 900 MHz dari pada 1.800 MHz. Ponsel yang ada di pasaran Indonesia saat ini sudah menggunakan dual sistem yaitu 900 MHz dan 1.800 MHz. Output terbesar ponsel adalah pada saat digunakan dalam jarak terjauh dari stasiun bumi (base station) atau apabila terlindung

oleh gedung tinggi dll. Pada situasi tersebut akan dicapai output mendekati maksimum power yaitu 2 watt (900 Hz) dan 1 watt (1.800 Hz), sedangkan power rata-ratanya adalah 0,25 watt (900 Hz) dan 0,125 watt (1.800 Hz). Ponsel digital bekerja pada power yang ratarata lebih rendah dari ponsel analog dan diasumsikan tidak memberikan resiko yang lebih tinggi bagi kesehatan manusia. Pada UMTS/IMT-2000/WCDMA gelombangnya adalah 1.885 - 2.010 MHz dan 2.110 2.200 MHz serta kemungkinan akan diperlukan tambahan gelombang lagi untuk memenuhi kebutuhan komunikasi lebih luas. Hal ini diperdebatkan dalam World Radiocommunication Conference pada bulan Mei tahun 2000. Kebutuhan akan penggunaan UMTS baik untuk percakapan maupun untuk pelayanan data dan internet akan sedemikian tingginya sehingga sistem tersebut diperkirakan akan menggunakan macrocell, microcell dan juga picocell jarak pendek. Macrocell adalah stasiun bumi yang besar dengan jarak jangkauan sekitar 35 km, Microcell adalah yang sedang untuk operasi daerah yang padat penduduknya misalnya di airport atau di mall, dan picocell adalah yang terkecil biasanya digunakan didalam suatu gedung. Yang penting bagi kesehatan manusia adalah: dosimetry, yaitu berapa besar penetrasi RF kedalam tubuh manusia. Untuk mendapatkan angka penetrasi RF pada jaringan biologis yang sebenarnya, diperlukan angka kekuatan medan RF pada tiap jaringan. Besarnya absorbsi pada tiap jaringan dikenal sebagai SAR (specific energy absorbsion rate) yang diukur dalam watts per kilogram (W/kg). Batas dianggap adanya perubahan ditetapkan pada binatang percobaan dengan adanya perubahan perilaku setelah terpajan pada radiasi RF yaitu disebabkan kenaikan melebihi 1ºC suhu badan binatang percobaan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena terpajan dengan SAR 1 - 4 W/kg atau lebih tinggi. (1 W/Kg binatang percobaan yang terpajan dalam keadaan suhu, kelembaban dan aliran udara yang berbeda dan 4 W/kg pada lingkungan yang normal). Besarnya SAR berbeda-beda pada tiap jaringan tubuh tergantung pada perubahan medan listrik J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 137

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

disetiap tempat maupun perbedaan konduksifitas tiap jaringan tubuh. Pada umumnya densitas jaringan hampir sama kecuali pada tulang manusia. Pada frekuensi 900 MHz diperlukan nilai medan listrik sebesar 30 V/m untuk menghasilkan SAR 1 W/kg, sedangkan untuk 1.800 MHz besarnya adalah 25 V/m. Pada anak-anak dibawah 16 tahun, SAR yang dihasilkan lebih besar dari orang dewasa karena jaringannya mengandung lebih banyak ion dan mempunyai konduktifitas yang lebih tinggi pula. Radiasi elektromagnetik yang kurang dari 1 eV (electro volt) tidak mungkin menyebabkan ionisasi. (satu eV adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan satu elektron e yang bermuatan dari suatu plat yang netral ke voltage negatif dari satu volt). Kuantum energi dari RF adalah jauh kurang dari 1 eV sehingga radiasi RF dikenal sebagai NIR (non-ionising radiation) karena tidak dapat mengionisasi atom atau molekul jaringan. Akan tetapi pada frekuensi radiasi yang lebih tinggi seperti pada sinar Röntgen dan sinar ultraviolet mempunyai energi yang lebih besar dari 1 eV sehingga dapat mengionisasi atom dan molekul (misalnya DNA=deoxy-ribonucleic acid) yang merusak jaringan biologis pada intensitas yang rendah sekalipun. Ini dikenal sebagai ‘Ionising Radiation’. Contoh radiasi RF yang tinggi misalnya pada oven gelombang mikro (microwave) yang banyak dipakai di rumah tangga untuk memasak. Dengan demikian yang penting diketahui adalah batas intensitas radiasi sampai berapa yang mulai berbahaya dan menyebabkan perubahan ionisasi pada atom dan molekul jaringan biologis. HUBUNGAN PONSEL KANKER OTAK

DENGAN

Kemungkinan ponsel dapat menyebabkan kanker otak pertama kali muncul di tahun 1993, ketika David Perlmutter seorang dokter ahli saraf dari Florida melakukan observasi pasiennya dengan tumor otak di lokasi yang sesuai dengan tempat radiasi RF dari antena ponsel yang digunakan. Ia kemudian membuat hipotesis yang disiarkan melalui CNN (Cable News Network) pada acara Larry King’s Live

Show, bahwa penggunaan ponsel merupakan penyebab tumor di otak pasiennya. Dasar dari hipotesis Perlmutter berasal dari studi yang dilakukan oleh Stephen Clery dari Virginia Medical College, Richmond, yang membuktikan bahwa terdapat proliferasi selsel tumor yang dibiak in vitro setelah terpajan pada radiasi radio frekuensi. (9) Pada saat itu para ilmuan berpendapat bahwa sinyal rendah yang dihasilkan ponsel tidak cukup kuat untuk dapat meningkatkan suhu jaringan biologis, sehingga tidak mungkin menyebabkan kelainan. Hasil temuan Perlmutter dan Cleary di tanggapi dengan skeptis karena Cleary tidak dapat menghitung besar tingkat pemanasan pada percobaannya sehingga hasilnya dianggap sebagai artefak atau gangguan yang tidak mempunyai arti. Tanpa dukungan data biologis maka observasi Perlmutter dianggap oleh para ahli sebagai faktor kebetulan saja. Tetapi walaupun demikian observasinya menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat dan mengejutkan beberapa anggota Kongres Amerika Serikat sehingga perlu dilakukan penelitian selama 7 tahun dengan biaya sebesar US$ 27 juta dan dikenal sebagai program WTR (Wireless Technology Research)(10) Lai & Singh (11) melaporkan bahwa tikus yang seluruh badannya terpajan dengan gelombang mikro 2 jam tiap hari yang sesuai intensitasnya dengan radiasi dari antena ponsel menunjukkan gangguan satu rantai DNA. Tahun berikutnya percobaan yang serupa mereka laporkan dan terdapat hasil berupa gangguan dua rantai DNA. Lai dan Singh mengadaptasikan percobaan in vitro satu sel ke dalam keadaan bioassay in vivo. Adaptasi ini masih belum di validasi pada laboratorium lain sehingga sulit untuk diinterpretasikan hasilnya. Selain itu percobaan seluruh badan jelas berbeda dengan radiasi pada daerah kepala yang terpajan radiasi RF antena ponsel. Adanya masalah-masalah pada standarisasi temuan tersebut, maka dicari hubungan antara keterpajanan in vivo dan in vitro dalam kaitannya dengan akibat penggunaan ponsel. Usaha ini termasuk adaptasi untuk pemajanan pada pemanasan percobaan in vitro dan J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 138

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

pemajanan daerah kepala pada binatang percobaan. Repacholi(12) melaporkan bahwa percobaan pada mencit transgenik yang rentan terhadap timbulnya limfoma yang terpajan RF pada seluruh badannya selama 1 jam setiap hari selama 18 bulan didapatkan 2 kali peningkatan terjadinya limfoma. Tetapi temuan ini di tanggapi dengan skeptis pula oleh para ilmuan karena tak jelas dosis RF yang diberikan dan sulit kaitannya pada manusia. Beberapa studi eksperimen yang dilakukan in vivo dan in vitro tentang potensi efek biologis dari sinyal ponsel masih sulit diterima oleh para ilmuan karena tidak adanya temuan yang jelas untuk menyimpulkan adanya hubungan antara ponsel dengan kanker otak. ILMU PENGETAHUAN MUTAKHIR Berbeda dengan hasil-hasil penelitian terdahulu, hasil studi WTR menggunakan sistem pemajanan yang dikembangkan secara khusus untuk dapat mengekstrapolasikan hasil yang diperoleh dari studi eksperimental kepada manusia yang menggunakan ponsel.(13) Selain itu tiap studi WTR yang dilaporkan telah dinilai oleh mitra bestari (peer reviewer) baik pada tahap protokol penelitian maupun pada tahap laporan akhir dan kesimpulan yang diambil. Sintesis data yang dilakukan menyimpulkan bahwa terbukti studi laboratorium radiasi RF dari antena ponsel tidak cukup menyebabkan pemecahan DNA. Akan tetapi radiasi RF yang sama ternyata dapat merusak genetika pada darah manusia sebagaimana tampak dengan adanya pembentukan mikronukleus. Studi kohort WTR menunjukkan angka mortalitas kanker otak pada pengguna ponsel lebih tinggi dibandingkan pengguna telepon mobil walaupun tidak bermakna secara statistik. Pada studi kasus kontrol WTR resiko terjadinya tumor neuroepithelial tampak meningkat bermakna secara statistik. Berbagai penelitian menunjukkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kesimpulan dari temuan WTR adalah energi radiasi RF

dengan intensitas yang sesuai dengan ponsel ternyata tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan DNA. Studi tentang hal ini dilakukan assay in vitro dari bakteria, limfoma sel tikus dan limfosit manusia dan studi in vivo dari kepala tikus yang terpajan pada berbagai sinyal ponsel (analog, digital dan digital 1.900 MHz). Studi lain mem-buktikan hal sebaliknya yaitu tentang ke-rusakan pada sel darah manusia dengan ter-bentuknya mikronukleus positif yang ber-variasi terhadap semua ponsel dan sinyal gelombang lainnya. (14-16) Peningkatan jumlah sel dengan mikronuklei yang berhubungan dengan pemajanan radiasi RF menunjukkan gangguan kemampuan sel-sel darah manusia untuk memperbaiki kerusakan pada DNA. Penelitian yang berulang kali oleh peneliti yang berbeda telah dilakukan sehingga disimpulkan bahwa dalam situasi eksperimental radiasi RF dari ponsel adalah genotoksik. Genotoksik atau mutagenik dapat terjadi karena adanya beberapa agen yang dapat merusak DNA misalnya karena terpajan X-rays. Kerusakan genotoksik dari suatu sel dapat terlihat sebagai tampilan yang berbeda terutama tampak abnormalitas pada kromosome, penyusutan inti sel dan mutasi. Saat ini pada umumnya dapat disepakati bahwa kanker ditimbulkan karena gangguan materi genetik (DNA) dalam sel (efek genotoksik). Akhir-akhir ini pengusaha ponsel dalam pemasarannya mentargetkan pada anak-anak, hhal ini dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar. Sistem saraf yang sedang berkembang pada anak-anak, cenderung lebih rentan dibandingkan orang dewasa. Karena kepala anak yang lebih kecil, juga tulang dan otot yang sedang bekembang mempunyai konduktifitas yang lebih tinggi sehingga anakanak akan mengabsorbsi energi lebih besar dari orang dewasa. Berdasarkan kenyataan bahwa perkembangan kepala dan sistem saraf biasanya lengkap pada usia 16 tahun, maka usia 16 tahun dapat dianggap sebagai usia dewasa bagi individu untuk menggunakan ponsel.

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 139

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

Tabel 3. Resume sejumlah penelitian tentang posel Peneliti

Jenis Studi /Responden Studi kohort dari 250.000 pengguna ponsel

Rothman 1996

(17)

.,

Rothman 1998

(18)

,

Studi kohort dari 496.460 pengguna ponsel

,

Studi kasus Kelola tudi dari 465 pasien dengan Ca dan 421 sebagai kontrol.

.,

Studi kasus Kontrol dari 233 pasien

Muscat 2000

Hardell 2000

(19)

(20)

Keluaran

Teknologi

Hasil

Jumlah kematian pengguna ponsel vs pengguna tel. tidak dipegang

Tel. genggam vs tel. tidak dipegang

Resiko kematian spesifik pada pengguna tel. genggam vs pengguna tel. tak dipegang Meningioma tidak disertakan

Tel. genggam vs tel. tidak dipegang

Rata-rata umur spesifik sama, peningkatan kematian tidak berhubungan dengan pemajanan RF pendek Peningkatan kamatian kecelakaan karena penggunaan ponsel, kematian karena kanker otak meningkat

Radiasi ionisasi dan penggunaan ponsel sebagai faktor penyebab tumor otak

PENANGGULANGAN Dari berbagai kenyataan tersebut diatas, sebagai petugas kesehatan yang berhadapan langsung dengan masyarakat langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi perhatian yang serius pada pengetahuan tentang teknologi komunikasi yang sedang berkembang dengan pesat. Hal ini penting untuk diketahui karena terdapat berbagai cara yang dapat mencegah radiasi RF ponsel. Cara pertama adalah dengan menggunakan asesoris headset atau hands-free sehingga dapat menjauhkan antena dari kepala atau badan manusia. Selain itu dapat pula menggunakan komunikasi SMS (Short Message Service) sehingga penggunaan ponsel untuk komunikasi dilaksanakan dengan tidak perlu mendengarkan tetapi dengan cara membaca dan menulis dengan menekan tombol ponsel. Cara ini sangat dianjurkan untuk anak-anak dibawah 16 tahun dan sudah sangat populer dikalangan masyarakat Jepang. Kelemahan sistem SMS saat ini adalah

1. Jumlah penggunaan 2. Lama penggunaan 3. Jumlah X Lama Lokasi ponsel di kepala meningkatkan resiko tumor (OR 2.42 )

Tidak ada hubungan antara kanker otak dengan penggunaan ponsel

Pemajanan pada RF meningkatkan resiko timbulnya tumor otak

keterbatasan aksesnya: yaitu hanya dapat berkomunikasi dalam satu kelompok saja. Misalnya pemakai kartu SimPATI hanya dapat berkomunikasi menggunakan sistem SMS dengan pengguna kartu SimPATI lainnya, kartu Hallo dan pengguna Telkomsel saja, sedangkan dengan pemakai kartu Mentari, Satelindo, Pro-XL dll, tidak dapat. Sebagai usaha untuk mengurangi dampak negatif penggunaan ponsel sebaiknya diusahakan agar sedikit mungkin menggunakan ponsel, hindarkan anak-anak dibawah 16 tahun dari pemakaian ponsel, hindarkan menggunakan ponsel bila sinyalnya lemah, jauhkan ponsel dari telinga dan jangan menggunakan ponsel pada waktu mengemudikan kendaraan. KESIMPULAN Ilmu pengetahuan mutakhir saat ini masih belum memberikan kepastian secara rinci tentang ada tidaknya bahaya kanker otak karena radiasi antena ponsel. Misalnya apakah lebih berbahaya menggunakan ponsel 10 menit J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 140

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c

F -X C h a n ge

F -X C h a n ge

c u -tr a c k

N y bu to k lic

terus menerus atau 10 kali masing-masing 1 menit, sampai saat ini masih belum jelas. Halhal lain yang masih belum jelas adalah jarak dari stasium bumi, topografi daerah setempat , penggunaannya di dalam atau di luar ruangan, model dan merek-merek ponsel, posisi antena terhadap kepala dll terhadap pengaruh radiasi RF. Walaupun demikian masyarakat perlu berhati-hati dalam menggunakan teknologi komunikasi baru ini. Temuan ilmiah dapat dilihat sebagai peringatan awal dari suatu teknologi baru, sambil menantikan hasil penelitian lebih lanjut.

10.

11.

12.

13.

Daftar Pustaka : 1.

Aversa J. Cell Phone use up dramatically last year. Nando Health & Science News. March 311999. 2. Stewart W. Mobile Phones and Health. Independent Expert Group on Mobile Phones (IEGMP). National Radiological Protection Board, Oxon OX11 0RQ, 2000. 3. Preece A W, Iwi G, Devics-Smith A, Wesnes K, Butler S, Lim E et al. Effect of a 915 MHz simulator mobile phone signal on cognitive function in man. Int. J. Radiant Biol, 1999;75,477-9. 4. Koivisto M, Krause C M, Revonsuo A, Laine M, IIamalainen II. The effects of electromagnetic field emitted by GSM phones on working memory. Neuro Report, in press. 5. Reuter Medical News. Physician’s Suit Claims Cell Phone Use Caused Brain Tumor. Reuter Health Information, Aug 04, 2000. 6. Tanenbaum AS. Jaringan Komputer Edisi Bahasa Indonesia dari Computer Networks Ed. III, Jakarta, 1998. 7. Pederson G F, Anderson J B. RF and ELF exposure from cellular phone bandsets: DMA and CDMA system. Radiant Prot Dosim, 1999; 83: 131- 5. 8. Steele R, Hanzo L. Mobile Communication (2nd edition). New York, Wiley & Son, 1999.9. Cleary S, Liu-Mingh I, Merchant L. Glioma proliferation modulated in vitro by isothermal radio-frequency radiation

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

exposure. Radiation research. 1990;121:3845. Carlo G L, Editor. Wireless Phones and Health II: State of Science. Norwell, MA: Kluwar Academic Publishers, 2000. Lai H, Singh NP. Acute exposure to a 60 Hz magnetic field increases DNA strand breaks in rat brain cells. Bioelectromagnetic 1997;18: 156-65. Repacholi MH. Low-level exposure to radiofrequency electromagnetic fields: health effects and sesearch needs. Bioelectromagnetic 1998;19:1-19. Carlo G L, Jenrow R S. Review Article: Scientific Progress - Wireless Phones and Brain Cancer: Current State of the Scince. Wireless Technology Research, LLC Woshington, DC.(c) Medscape, Inc, 2000. Vijayalaxmi N, Frei MR, Dusch SH, Guel V, Meltz ML. Frequency of micronuclei in the peripheral blood and bone marrow of cancerprone mice chronically exposed to 2450 MHz radiofrequency radiation. Radiation Research 1997;147:495-500. Garaj-Vrhovac V, Vojvodic S, Fucic A, Kubelka D. Effects of 415 Mhz frequency on human lymphocyte genome. International Congress on Radiation Protection, Vienna, Austria, Proceedings. 1996;3:604-6. Cohen SM. Cell proliferation in the evaluation of carcinogenic risk and the inadequacies of the initiation-promotion model. Int J Toxicol. 1998;17(suppl 3):129-42. Rothman KJ, Loughlin JE, Funch DP, Dreyer NA. Overall mortality of cellular telephone customers. Epidemiology, 1996;7:303-5. Rothman KJ, Chou CK, Morgan R.. Assessment of cellular telephone and other radio- frequency exposure for epidemiologic research. Epidemioology. 1998;7:291-8. Muscat JE, Malkin MG, Thompson S, Shore RE, Stellmann SD, McRee D . Hanndheld Cellular Telephone Use and Risk of Brain Cancer. JAMA. 2000;284:3001-7. Hardell L, Nasman A, Pahlson Al. Casecontrol Study on Radiology Work, Medical Xray Investigation, and Use of Cellular Telephones as Risk Factors for Brain Tumors. Medscape General Medicine May 4, 2000.

J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 141

.d o

m

w

o

.c

C

m

Telepon seluler

o

.d o

w

w

w

w

w

C

lic

k

to

bu

y

N

O W !

PD

O W !

PD

c u -tr a c k

.c