UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK ...

111 downloads 271 Views 3MB Size Report
berperan besar dalam membantu perkembangan anak, tidak terkecuali ... menanamkan sikap beribadah pada anak sejak usia dini, maka akan lebih mudah ..... memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak.
UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK MELAKSANAKAN IBADAH DI RW 08 DESA SASAKPANJANG KECAMATAN TAJURHALANG - BOGOR

Disusun Oleh: Novia Yusmaniar 106011000037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/ 2011 M

ABSTRAKSI Novia Yusmaniar Upaya Orang Tua dalam Membimbing Anak Melaksanakan Ibadah Di RW 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor Keluarga adalah lingkungan pertama yang dialami seorang anak manusia yang terlahir ke dunia. Maka dari itu, sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan anak baik fisik maupun psikis. Dalam hal ini orang tualah yang berperan besar dalam membantu perkembangan anak, tidak terkecuali masalah pelaksanaan ibadah. adapun ibadah yang dimaksud meliputi hubungan vertikal (manusia dengan Allah swt) dan horizontal (manusia dengan manusia), seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan bertutur kata baik. Jika orang tua sudah menanamkan sikap beribadah pada anak sejak usia dini, maka akan lebih mudah dan menjadi bekal bagi anak itu sendiri apabila telah dewasa. Namun, belakangan ini beberapa fenomena menunjukkan bahwa orang tua lebih memperhatikan hal yang bersifat duniawi dengan menomorduakan urusan ukhrowi pada anaknya. Padahal Islam mengajarkan bahwa dunia ini hanyalah tempat bersinggah sementara untuk menuju tempat yang kekal abadi yakni akhirat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan para orang tua dalam meningkatkan ibadah anak. Subjek penelitian ini adalah para orang tua di Rw 08 Desa Sasakpanjang. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan metode deskriptif analisis. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi, wawancara, dan angket. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh para orang tua agar anaknya melaksanakan ibadah yaitu mengajak anak agar melaksanakan ibadah, mengingatkan anak agar beribadah, memberikan kesadaran kepada anak tentang pentingnya beribadah, membatasi dan mengawasi penggunaan media elektronik dan memasukan anak ke TPA. Adapun upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya bersikap dan bertutur kata dengan baik yaitu mengingatkan anak jika berbicara tidak baik, menyuruh anak bersalaman cium tangan dengan yang lebih tua, mengawasi penggunaan media elektronik.

Jakarta,Mei 2011 Penulis (Novia Yusmaniar)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Penguasa alam semesta atas ridho dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing untuk menempuh jalan yang benar untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bapak Bahrissalim, M. Ag., dan Sekretaris Jurusan PAI, Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag. 3. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Ra’it Sunarya, selaku Ketua Rw 08 Desa Sasakpanjang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 5. Bapak Tosim Maryadi, Bapak Esa Sa’at, Bapak Endang Uye, Bapak E. Yahya, selaku Ketua Rt 01 – 04 yang telah membantu penulis memberikan informasi yang mendukung suksesnya penelitian ini. 6. Orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor yang telah bersedia menjadi responden hususnya dan seluruh warga Rw 08 Desas Sasakpanjang pada umumnya yang telah membantu penulius demi terselesaikannya penelitian ini. 7. Ayahanda Bapak H. Usman Suparta, S.Pd dan Ibunda Nani Nurdjaman yang tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga dapat terus berkuliah. Satu dari sekian harapan telah ananda penuhi, semoga dapat terus melaksanakan apa-apa yang diharapkan dan menjadi anak yang dapat dibanggakan. Serta untuk adik-adik tersayang:

Sarmila Yusmaniar dan Muhammad Aufa Fauzan Zamzam yang telah membantu mendo’akan penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini. 8. Nurhalimah, Nunung Nurfadillah, Zamzam Firdaus, S.pd.I.,yang telah membantu penulis dalam proses penelitian ini, serta seluruh teman-teman yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasajasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt dan hanya kepadaNya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................

iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

ix

BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................

1

B. Identifikasi Masalah .............................................................

5

C. Pembatasan Masalah ............................................................

6

D. Perumusan Masalah .............................................................

6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................

6

KAJIAN TEORI A. Orang tua Sebagai Pembimbing bagi Anak ...................

8

1. Pengertian Upaya Orang Tua .........................................

8

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua ...................................

9

3. Tanggung Jawab Orang Tua ...........................................

12

4. Bimbingan Orang Tua Terhadap Anak ...........................

14

B. Ibadah dan Pelaksanannya .............................................

16

1. Hakikat Ibadah ..............................................................

16

2. Syarat-syarat Ibadah ......................................................

19

3. Manfaat Beribadah dalam Islam ...................................

20

4. Pembiasaan Ibadah pada Anak ......................................

21

C. Kerangka Berpikir ..............................................................

25

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................

27

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................

27

C. Variabel Penelitian .............................................................

27

D. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................

27

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................

28

F. Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ..................................

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Sekilas Tentang Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan

BAB V

Tajurhalang - Bogor ........................................................

33

1. Letak Geografis Wilayah Tajurhalang .........................

33

2. Keadaan Penduduk ......................................................

33

3. Kondisi Sosial Lokasi Penelitian .................................

37

B. Deskripsi & Analisis Data .................................................

40

PENUTUP A. Kesimpulan .........................................................................

60

B. Saran ....................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

62

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1

: Batas Wilayah Rw 08

32 Tabel 2

: Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

33

Tabel 3

: Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

33

Tabel 4

: Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

34

Tabel 5

: Sarana Pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang

35

Tabel 6

: Sarana Keagamaan di Rw 08 Desa Sasakpanjang

36

Tabel 7

: Menyuruh Anak Melaksanakan Puasa

39

Tabel 8

: Menyuruh Anak Membaca Al-qur’an

40

Tabel 9

: Menegur Anak bila Berkata Tidak Baik

41

Tabel 10

: Menyuruh Anak Melaksanakan Sholat

41

Tabel 11

: Memberi Hadiah

42

Tabel 12

: Memberi Hadiah jika Anak Berpuasa

43

Tabel 13

: Menyuruh Anak Membaca Al-qur’an

43

Tabel 14

: Melaksanakan Sholat Bersama Anak

44

Tabel 15

: Memberi Hadiah jika anak Berprestasi

45

Tabel 16

: Mencontohkan Kepada Anak Cara Membaca Al-qur’an dengan Benar

45

Tabel 17

: Mencontohkan Kepada Anak Cara Sholat dengan Benar

46

Tabel 18

: Intensitas Sholat Berjama’ah

47

Tabel 19

: Intensitas Sholat

47

Tabel 20

: Gerakan Sholat

48

Tabel 21

: Bacaan Sholat

49

Tabel 22

: Bacaan Niat Sholat

49

Tabel 23

: Intensitas Puasa

50

Tabel 24

: Bertadarus Al-qur’an

51

Tabel 25

: Bertutur kata dan Bersikap dengan Baik

51

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

: Surat pengajuan proposal skripsi

Lampiran 2

: Surat bimbingan skripsi

Lampiran 3

: Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 4

: Surat permohonan izin observasi

Lampiran 5

: Surat permohonan wawancara

Lampiran 6

: Surat keterangan izin penelitian di Rw 08 Desa Sasakpanjang

Lampiran 7

: Berita wawancara

Lampiran 8

: Angket

Lampiran 9

: Hasil uji validitas angket

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, dan segala yang berhubungan dengannya.1 Ibadah yang sungguh-sungguh akan membawa manfaat bagi pelaku ibadah tersebut. Ibadah yang didasarkan kepada kecintaan dan keikhlasan kepada Allah swt, akan membawa dampak yang positif bagi kehidupan. Halini karena pembawaan manusia yang bersifat dualistis yaitu terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Dengan beribadah, kedua unsur tersebut akan seimbang. Untuk pencapaian tingkatan tertinggi

dalam

beribadah, manusia

membutuhkan proses pembelajaran dan pembiasaan. Pembelajaran akan sia-sia jika tidak diiringi dengan pembiasaan. Pembiasaan dalam beribadah tidak mudah, tetapi harus dilaksanakan secara terus menerus. Seseorang yang tingkatan ibadahnya sudah baik, terlebih dahulu melakukan proses pembiasaan. Pembiasaan yang sangat tepat dilakukan yaitu sejak kecil. Jika sejak kecil seorang anak sudah diajarkan dan dibiasakan melakukan ibadah, seperti sholat dan puasa, tidak mengherankan ketika dewasa ia

1

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah ( Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 32.

akan terbiasa melakukannya. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi.2 Pendidikan agama Islam tidak terbatas hanya pada “pengajaran “ saja. Keberhasilan pendidikan agama Islam tidak cukup diukur hanya dari segi penguasaan secara kognitif dan afektif, disamping tertanamnya nilai-nilai keagaman dalam jiwa dan mengamalkannya kedalam kehidupan sehari-hari Keberhasilan pendidikan yang didapat pada diri seseorang bergantung pada keberhasilan pendidikannya pada masa kanak-kanak. Anak adalah generasi penerus. Dalam proses perkembangan serta pendidikan, seorang anak harus mendapat bimbingan dari orang lain. Untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari pada diri anak, maka peran orang tua sangat menentukan. Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidiknya (orang tuanya dan anggota yang lain).3 Dalam mencari nilai-nilai hidup, seorang anak harus mendapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik. Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri anak, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW sebagai berikut: ُ‫عَهْ أَبِي ٌُزَيْ َزةَ رَضِيَ الّلًَُ عَىًُْ قَالَ قَالَ الىَبِيُ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ كُّلُ َمُْلُُدٍ يُُلَدُ عَّلَى الْ ِفطْ َزةِ فَأَ َبَُاي‬ ًِِ‫ّجسَاو‬ ِ َ‫يُ ٍَُِدَاوًِِ َأَْ يُىَّصِزَاوًِِ َأَْ يُم‬ 2

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 1996), h. 99. 3 Zuhairini, et.al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), cet. 3, h. 177

Dari Abi Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda: “Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR Bukhori)4 Betapa besarnya pengaruh orang tua pada diri anak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad Tafsir ialah sebagai berikut: Yang bertindak sebagai pendidik dalam pendidikan dalam rumah tangga ialah ayah dan ibu si anak serta semua orang yang merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi dan kakak. Yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu. Setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, oleh karena itu orang tua berusaha memenuhi setiap kebutuhan anak. Karena anak merupakan generasi penerus dan pewaris serta amanah yang dititipkan oleh Allah swt kepadanya. Kunci pendidikan dalam rumah tangga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa kunci? Karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang.5 Dalam ajaran agama Islam, anak adalah amanat Allah swt. Amanat wajib dipertanggung jawabkan. Tanggung jawab orang tua kepada anak tidaklah kecil. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Al-Qur’an sebagai berikut:                       

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

4

Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz V, No. 1296, h. 182. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), cet. 5, h. 157 5

Selain keluarga, lingkungan juga sangat mempengaruhi perkembangan serta intensitas ibadah pada anak, lingkungan yang baik dan mendukung, akan membawa anak kepada perilaku serta kebiasaan yang baik pula. Kenyataan yang terjadi pada masyarakat sekarang ialah kurangnya intensitas bimbingan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Hal ini disebabkan karena orang tua terlalu memfokuskan pada bagaimana cara untuk menghidupi anggota keluarganya dengan memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sedangkan kebutuhan yang bersifat membimbing, memberikan perhatian sangat minim dilakukan. Fenomena sekarang ialah tidak hanya para kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah, seorang ibu rumah tangga yang tugas pokoknya mengasuh anak serta menjaga rumahpun turut serta beralih profesi dengan bekerja. Bahkan tidak sedikit para ibu rumah tangga yang bekerja dari pagi sampai petang. Halini menyebabkan kurangnya bimbingan yang diberikan orang tua kepada anak. Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor merupakan lingkungan masyarakat yang sudah berkembang. Faktor perkembangan teknologi, ilmu pengetahuan dan budaya mengalami perubahan. Rw 08 terdiri dari empat Rukun Tetangga (RT), oleh karena itu penduduk dalam satu Rw tersebut cukup banyak, dan jumlah anak pun cukup banyak, sehingga dibutuhkan cara yang efektif untuk membangun penduduk dalam hal keagamaan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang tersebut sudah sangat mendukung dalam pelaksanaan pendidikan Islam, seperti telah adanya pengajian-pengajian untuk anak yaitu Taman Pendidikan Al quran (TPA), pengajian untuk remaja, serta pengajian bagi kaum bapak dan ibu-ibu. Mayoritas penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang berprofesi sebagai pegawai swasta bagi kaum laki-laki, dan ibu rumah tangga bagi kaum perempuan. Melihat kenyataan pada masyarakat sekarang, banyak anak yang tidak lagi melaksanakan aktifitas keagamaan seperti sholat berjamaah di masjid, tadarus AlQur’an di masjid, TPA yang dahulu ramai dilaksanakan dan didatangi anak untuk belajar membaca Al- Qur’an sekarang tampak ada penurunan minat anak belajar di TPA serta khususnya bagi para remaja tidak terlihat aktifitas seperti pengajian-

pengajian yang dahulu rutin dilaksanakan. Bahkan bulan Ramadhanpun tidak lagi disambut dengan kegiatan-kegiatan ibadah di masjid dan tidak sedikit anak yang sudah mampu berpuasa tapi tidak melaksanakannya. Seiring perkembangan zaman serta kemajuan teknologi dan perubahan budaya yang ada di masyarakat, mengakibatkan berubahnya pola kehidupan pada anak dizaman moderen seperti sekarang ini yang disebabkan masuknya budaya barat. Sehingga mengakibatkan berubahnya pula tatacara bergaul, bertutur kata maupun berpakaian. Disinilah peran orang tua sangat penting khususnya dalam pendidikan agama Islam. Dengan membimbing, orang tua dapat mengarahkan anak untuk melaksanakan hal-hal yang sesuai dengan syariat agama Islam. Dengan demikian pola kehidupan anak akan lebih terarah dan dapat dipastikan tidak ada lagi perilaku menyimpang pada anak, melainkan akan terbentuknya generasi masyarakat yang Islami. Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai upaya orang tua dalam memberikan bimbingan pada anak agar menjalankan aktivitas ibadah kepada Allah serta perilaku keagamaan anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor dengan judul: “UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK MELAKSANAKAN IBADAH

DI

RW

08

DESA

SASAKPANJANG

KECAMATAN

TAJURHALANG – BOGOR”.

B. Identifikasi Masalah a

Kurangnya bimbingan yang diberikan oleh orang tua agar anaknya melaksanakan ibadah dan bertutur kata dengan baik.

b

Kesibukan orang tua yang mengakibatkan kurangnya waktu untuk memperhatikan anak dalam hal ibadah.

c

Perubahan perkembangan zaman serta kemajuan teknologi dan perubahan budaya yang ada di masyarakat, mengakibatkan berubahnya pola kehidupan pada anak seperti tatacara bergaul dan bertutur kata.

C. Pembatasan Masalah Dari beberapa permasalahan, penulis hanya membatasi pada permasalahan bagaimana upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah. Anak yang dimaksud disini adalah anak usia sekolah dasar yaitu yang berusia enam sampai duabelas tahun. Ibadah yang penulis maksud dalam skripsi ini ialah ibadah mahdlah dan ghairu mahdlah. Ibadah mahdlah yaitu sholat dan puasa, sedangkan ibadah ghairu mahdlah yaitu tadarus Alquran, dberbicara dengan kata-kata yang baik (akhlaqul karimah) di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

D. Perumusan Masalah a. Upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah. b. Hambatan-hambatan yang dihadapi orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor. c. Upaya orang tua dalam mengatasi hambatan – hambatan yang dialami dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana upaya orang tua dalam membimbing anak b. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang dihadapi orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor c. Untuk mengetahui bagaimana upaya orang tua dalam mengatasi hambatanhambatan yang dihadapi dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor. 2. Manfaat Penelitian a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya bagi orang tua sekaligus penulis sendiri dalam pendidikan

b. Sebagai bahan informasi mengenai upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor c.

Untuk masyarakat atau orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor, agar dapat mengetahui sejauh mana keefektifitasan upaya yang telah dilakukan dalam membimbing anak melaksanakan ibadah

d. Sebagai bahan evaluasi, perbaikan, serta masukan bagi orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Saskpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Orang Tua sebagai Pembimbing bagi Anak 1. Pengertian Upaya Orang Tua Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah upaya diartikan dengan: “usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dsb)”.6 Sementara istilah orang tua diartikan dengan: “ayah, ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung”.7 Untuk memperjelas pengertian orang tua, berikut akan dikemukakan pendapat para ahli diantaranya: 1. Menurut Dr. Zakiah Daradjat orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sendirinya akan masuk dalam pribadi anak.8 2. Menurut M. Ngalim Purwanto yang dimaksud orang tua yaitu “Pendidik yang terutama dan sudah semestinya merekalah pendidik asli yang menerima tugas sebagai kodrat dari Tuhan untuk mendidik anak-anaknya”.9

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 995 7 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 995. 8 Zakiah Daradjat, Ilmu Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), cet. 1, h. 21. 9 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), Cet. 1, h. 4.

3. Menurut Thamrin Nasution orang tua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari disebut ibu bapak.10 4. Menurut Kartini Kartono orang tua ialah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan, siap sedia untuk memikiul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak yang dilahirkannya.11 Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan orang tua adalah pria dan wanita yang terikat dalam perkawinan dan siap sedia untuk bertanggung jawab dalam keluarga atau rumah tangga dan menerima tugas untuk mendidik. Dalam kehidupan sehari-hari disebut ayah dan ibu. Dalam keluarga berlangsung pendidikan yang bersifat informal, orang tualah yang bertugas sebagai pendidik. Tidak hanya terbatas pada materi, melainkan tanggung jawab dalam perkembangan pisik, moral dan spiritual juga menjadi tugas orang tua kepada anak. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa upaya orang tua merupakan usaha, atau cara orang tua untuk merealisasikan apa yang diinginkan. Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan

usaha atau cara yang

dilakukan orang tua dalam membimbing anak untuk menjalankan apa yang diperintahkan terutama dalam hal ibadah.

2. Tugas dan Kewajiban Orang Tua Orang tua merupakan pendidik pertama dan sangat berpengaruh pada proses perkembangan anak. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidupnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh.12 Orang tua yang menyadari bahwa anak adalah titipan Allah swt yang harus dijaga dengan baik, maka akan menjalankan kewajibannya dengan sepenuh hati. Maka hampir dapat dipastikan jika orang tua tidak memiliki kesadaran yang tinggi akan beribadah, anak-anaknya pun sangat sulit jika diperintahkan beribadah. Hal ini sesuai dengan pepatah yang 10

Thamrin Nasution dan Nurhalijah, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), h. 56 11 Kartini Kartono, Peran Keluarga Memandu Anak, (Jakarta: PT Rajawali Press), h. 37. 12 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. 15, h. 56.

menyatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa teladan dari orang tua sangatlah penting terhadap perkembangan anak dalam beribadah. Setiap muslim berkewajiban mendidik anak-anak dengan pendidikan yang baik dan benar, sehingga mereka tumbuh dewasa menjadi anak-anak yang saleh.13 Allah swt memberikan amanat tersebut kepada orang tua. Sebab anak bukanlah milik orang tua seutuhnya, melainkan titipan yang harus dijaga dengan baik agar suatu saat yang memilikinya mengambil kembali. Sudah tentu tidak ringan memikul tanggung jawab ini, dibutuhkan ilmu untuk menjalankannya. Dengan demikian wajib hukumnya bagi orang tua untuk menjalankan amanat tersebut. Sebagaimana firman Allah swt:             “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Q.S. Al-Anfaal (8) : 27). Berdasarkan firman Allah swt jelaslah bahwa pendidikan anak menjadi tugas dan kewajiban orang tua yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena jika tidak, amat besar tanggung jawabnya kepada Sang Maha Pemilik segala yang ada di alam raya ini. Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan orang tua setelah mempunyai anak, yaitu: 1). Bersyukur kepada Allah karena telah diberi anugerah dan amanah berupa anak. 2). Beraqiqah, yakni menyembelih dua ekor kambing apabila anak laki-laki, dan satu ekor kambing apabila anaknya perempuan. 3). Memberi nama yang baik dan mulia. 4). Menyusuinya selama dua tahun 5). Mengkhitannya sebelum baligh. 6). Mendidiknya dengan baik dan benar. 13

M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), Cet. 1, h. 15-16.

7). Menikahkan ketika sudah cukup umur atau sudah ada jodohnya.14 Anak merupakan anugerah dan amanat dari Allah yang harus disyukuri. Luqmanul Hakim merupakan contoh orang tua yang perlu diteladani dalam mendidik anak dan keluarga. Ia mengingatkan anak dan keluarga untuk selalu bersyukur, sehingga namanya diabadikan Allah dalam Alqur’an. Selain mengajarkan kepada anak untuk bersyukur, orang tua juga berkewajiban mengaqiqahkan anaknya seperti yang telah disebutkan di atas. Kewajiban orang tua untuk mengaqiqahkan anaknya sesuai hadis berikut: ٍ‫ه ََعَهِ اْلّجارِيَتِ ِبشَاة‬ ِ ْ‫سُْلُ اهللِ صَّلىَ اهللُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ اَنْ وُ ِعّقَ عَهِ اْل ُغالَمِ ِبشَاتَي‬ ُ ‫ اَمَزَوَا َر‬: ْ‫عَهْ عَا ِئشَتَ قََّلت‬ Berkata Aisyah, “Telah menyuruh Rasulullah saw, kepada kita supaya menyembelih aqiqah untuk laki-laki dua ekor kambing, dan untuk perempuan seekor kambing”. (HR. Ibnu Majah)15 Kemudian Rasulullah saw juga bersabda: ‫ه سَمُ َزةَ قَالَ قَالَ َرسُُلُ الّلًَِ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ الْغُّلَامُ مُزْتٍََهٌ بِعَقِيقَتًِِ يُذْبَحُ عَىًُْ َيُْمَ السَابِ ِع ََُيسَمَى‬ ْ َ‫ع‬ ًُُ‫ََيُحَّْلّقُ رَ ْأس‬ Dari Sumarah berkata, Rosulullah saw bersabda: “Anak yang baru lahir menjadi titipan sampai disembelihkan baginya aqiqah pada hari ketujuh dari kelahirannya, dan pada hari itu juga hendaklah dan diberi nama dicukur rambutnya” (HR Tirmidzi).16 Menurut Mahjuddin, kewajiban orang tua terhadap anak diantaranya: a. Menyediakan kebutuhan sehari-hari anaknya. b. Selalu menjaga anaknya dari bahaya, termasuk memelihara kesehatannya. c. Mendidik anaknya berbuat baik, termasuk menanamkan akhlak baik baginya. d. Menjaga pergaulan anaknya agar tidak terpengaruh oleh lingkungan sosial yang tidak menguntungkan.17 Kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya tidak hanya pada pendidikan yang bersifat umum melainkan juga pendidikan yang bersifat khusus pada keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar kelak anak memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

14

1, h. 75

15

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), cet.

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Juz IX, No. 3154, h. 333. Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz V, No. 1442, h. 490. 17 Mahjuddin, Membina Akhlak Anak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), h. 63 16

3. Tanggung Jawab Orang Tua Secara garis besar orang tua ingin memberikan sesuatu yang bermakna tanpa mengharapkan imbalan. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan kebahagiaan kepada anak, mencukupi kebutuhan anak baik kebutuhan pisik maupun psikis. Setiap orang tua harus memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak,sehingga pendidikan yang dilaksanakan tidak lagi didasarkan kepada pendidikan dengan sistem keturunan yang diajarkan dari kebiasaan yang dilihat orang tua dari orang tua. Akan tetapi pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pendidikan modern yang sesuai dengan perkembangan zaman, yakni pendidikan duniawi dan akhirat. Pendidikan duniawi dapat ditempuh melalui pembelajaran yang bersifat umum, sedangkan pendidikan akhirat yakni pendidikan keagamaan melalui pembelajaran dengan cara menjalankan syariat agama Islam. Tanggung jawab pendidikan yang menjadi beban orang tua sekurangkurangnya harus dilaksanakan dalam upaya: a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilakukannya, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan. b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya. c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain serta melaksanakan kekhalifahan. d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah swt sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini juga dikategorikan sebagai tanggung jawab kepada Allah swt18. Berkenaan dengan tanggung jawab orang tua terhadap anak, Nabi Muhammad saw bersabda : ُ‫عَهْ أَبِي ٌُزَيْ َزةَ رَضِيَ الّلًَُ عَىًُْ قَالَ قَالَ الىَبِيُ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ كُّلُ َمُْلُُدٍ يُُلَدُ عَّلَى الْ ِفطْ َزةِ فَأَ َبَُاي‬ ًِِ‫ّجسَاو‬ ِ َ‫يُ ٍَُِدَاوًِِ َأَْ يُىَّصِزَاوًِِ َأَْ يُم‬ 18

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.

88-89.

Dari Abi Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda: “Anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR Bukhori)19 Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap anak-anak mereka, karena ditangan orang tualah anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang taat atau khianat baik kepada keluarga, orang lain bahkan agama. Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak, ada beberapa aspek yang sangat penting untuk diperhatikan orang tua, yakni: 1. Pendidikan ibadah 2. Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca Al-Qur’an 3. Pendidikan akhlakul karimah 4. Pendidikan aqidah Islamiyah20 Pendidikan Ibadah sangat penting diajarkan kepada anak oleh orang tua terutama ibadah sholat. Disebutkan dalam ayat 17 surat Lukman sebagai berikut:                    “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Lukman: 17)21 Pendidikan sholat dalam ayat di atas tidak hanya terbatas pada bagaimana cara menjalankan sholat, melainkan menanamkan nilai-nilai di balik ibadah sholat tersebut. Dengan membiasakan sholat pada anak, disamping memerintahkan anak untuk menjalankan perintah Allah swt juga melatih kedisiplinan. Selain sholat, yang penting untuk dipelajari anak agar dapat mempraktikan nilai-nilai agama Islam ialah membaca Alqur’an. Disebutkan dalam hadis Nabi: َ‫عَهْ أَبِي عَبْدِ الزَحْمَهِ عَهْ عُثْمَانَ بْهِ عَفَانَ أَنَ َرسُُلَ الّلًَِ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ قَالَ خَيْزُكُمْ مَهْ تَعَّلَم‬ ًَُ‫ن ََعَّلَم‬ َ ‫الْقُزْآ‬

19

Imam Bukhori, Shahih Bukhori, Juz V, No. 1296, h. 182. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ..., h. 105. 21 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya, (Semarang, Assyfa, 19980, h. 725. 20

“Dari Abi Abdirahman dari Utsman bin „Affan Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya” (HR. Imam At-Turmudzi).22 Berdasarkan hadis di atas, jelaslah bahwa belajar membaca Al-Qur’an wajib hukumnya bagi setiap muslim karena alqur’an merupakan pedoman hidup umat Islam. Selain pendidikan Ibadah dan pokok ajaran Islam yaitu membaca Al-Qur’an, pendidikan yang harus ditanamkan orang tua kepada anaknya ialah pendidikan akhlaqul karimah. Tingkah laku serta cara berbicara mencerminkan pribadi seseorang, seorang anak akan dihargai orang lain jika ia dapat memposisikan dirinya dengan baik. Anak yang disukai orang lain yaitu anak yang hormat pada orang yang lebih tua darinya, menyayangi yang lebih muda serta bertutur kata dengan baik. Anak mencerminkan orang tua. Jira anak baik, orang tua akan dipandang baik oleh masyarakat pada umumnya dan Allah swt pada khususnya. Oleh karena itu, jadilah orang tua yang penuh tanggung jawab, menjalankan tugas-tugas tanpa bosan. Kelak Allah swt akan membalas perbuatan orang tua, seperti dia menjalankan kewajiban kepada anaknya.

4. Bimbingan Orang Tua terhadap Anak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bimbingan berarti petunjuk, tuntunan, pimpinan.23 Bimbingan ialah tuntunan atau usaha yang diberikan orang tua kepada anak untuk membawa anak kejalan yang lebih baik. Bimbingan yang diberikan orang tua atau keluarga memiliki beberapa fungsi yang berhubungan dengan kehidupan anak, yaitu: a.

Fungsi Biologis; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak

b.

Fungsi Afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kasih saying dan rasa aman

c.

Fungsi Sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kapribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya 22

23

Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz X, (Bairut: Daarul Fikri, 1994), h. 149.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 117.

d.

Fungsi Pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak

e.

Fungsi Rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh ketenangan dan kegembiraan

f.

Fungsi Keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama

g.

Fungsi Perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak baik fisik maupun sosialnya.24 Dengan adanya fungsi keluarga terhadap anak, akan memudahkan orang

tua untuk membimbing anaknya dengan baik. Orang tua harus memiliki pengetahuan dan mengerti tatacara dalam membimbing anak agar tidak mengalami kesulitan, sehingga bimbingan yang dilakukan dapat berhasil. Bimbingan yang dapat diberikan orang tua bermacam-macam. Bimbingan tersebut dapat mempengaruhi anak untuk melaksanakan ajaran agama Islam. Sangat banyak ajaran agama Islam yang dapat diimplementasikan dalam bimbingan orang tua kepada anak, di antaranya adalah bimbingan ibadah, akhlak, kesehatan, pergaulan serta kepribadian sosial anak. Nilai ibadah yang didapat anak dari bimbingan yang diberikan orang tua akan menambah keyakinan terhadap ajaran agama. Semakin tinggi bimbingan yang didapat maka akan semakin tinggi intensitas ibadah yang dilakukan oleh anak. Begitu pula dengan bimbingan akhlak yang diberikan orang tua sangat penting dan berpengaruh pada anak. Kepribadian anak terbentuk melalui pengalaman dan nilai-nilai yang diserap dalam pertumbuhan kseharian, apabila nilai-nilai agama banyak masuk kedalam pembentukan kepribadian anak, maka tingkah laku anak tersebut akan terarah pada nilai-nilai agama.

B. Ibadah dan Pelaksanaannya 1. Hakikat Ibadah

24

h. 23.

H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005)cet. 1,

Sebelum penulis memaparkan hakikat ibadah, terlebih dahulu akan dipaparkan pengertian ibadah itu sendiri. Karena dengan mengetahui pengertian ibadah akan lebih mudah mengetahui hakikat dari ibadah. Ibadah secara bahasa merupakan kata masdar dari „abada yang berarti: memuja, menyembah, mengabdi, berkhidmat. Orang yang menyembah disebut „abid. Jadi ibadah berarti pemujaan, penyembahan, pengabdian, pengkhidmatan.25 Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, ibadah secara bahasa berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti, dan do’a. Ibadah dalam arti taat diungkapkan dalam Alqur’an, antara lain dalam QS Yasin (36): 60.                 “Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan, sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”.26 Sedangkan pengertian ibadah menurut istilah akan dikemukakan beberapa pendapat para ahli, diantaranya: 1. Menurut Slamet Abidin ibadah ialah penyembahan seorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-rendahnya, dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan agama.27 2. Menurut ulama tauhid mengatakan bahwa ibadah adalah meng-Esakan Allah swt, dengan sungguh-sungguh dan merendahkan diri serta merundukan jiwa setunduk-tunduknya kepada-Nya.28 3. Menurut Syekh Muhmmad Abduh, ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan di dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk (rasa) yang tidak diketahui sumbernya serta (akibat) adanya keyakinan di dalam dirinya bahwa dia (yang kepadanya ia tunduk) memiliki kekuasaan yang tidak dapat

25

H. M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, (Ciputat: PT. Mitra Cahaya Utama, 2008), h. 16. Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami SelukBeluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003). Cet. 1, h. 137-138. 27 Slamet Abidin, FiqihIbadah Untuk IAIN, STAIN, dan PTAIS, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 11. 28 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibada....h. 137. 26

ia jangkau arti dan hakekatnya, maksimal yang ia ketahui bahwa Dia berada di luar jangkauannya. (Muhammad Syah, 1992:171).29 Berdasarkan paparan pengertian ibadah di atas, dapat disimpulkan bahwa ibadah adalah pemujaan, penyembahan serta ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya yang dilakukan sesuai dengan perintah Tuhannya dengan ikhlas dan merendahkan diri serendah-rendahnya. Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya, ulama fiqih membagi ibadah kepada tiga macam, yaitu: 1.

Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri- ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan aturan pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan AlQur’an hadits. Ibadah mahdah dilakukan sematamata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

2.

Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min Allah wa habl mi an-nas), disamping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…(Q.S. 7 :56)

3.

Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah.30

Menurut Ahmad Thib Raya , secara garis besar ibadah dibagi menjadi dua macam: 1.

Ibadah Khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan 29

HM Abduh Al Manar dan H. M. Saefuddaulah, Ibadah dan Syari’ah, (Jakarta: PT Pamator, 1999), cet. 1, h. 81. 30 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999), cet. III, h. 593-594.

oleh nash dan merupakan ibadah kepada Allah swt, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ‟ammah (umum), yakni semua perbuatan yang mendatangkan

2.

kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah swt, seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.31 Pada suatu risalahnya, Al-Ghazali sebagaimana yang telah dikutip oleh Lahmudin Nsution dikatakan bahwa hakikat ibadah ialah mengikuti (mutaba‟ah) Nabi saw pada semua perintah dan larangannya. Sesuatu yang bentuknya seperti ibadah, tetapi diperbuat tanpa perintah, tidaklah disebut sebagai ibadah. Shalat dan puasa sekalipun, hanya menjadi ibadah bila dilaksanakan sesuai dengan petunjuk syara’.32 Hasbi Ash Shiddiqi seperti yang dikutip oleh Zurinal Z dan Aminudin menyatakan hakikat ibadah adalah ketundukan yang timbul dari hati yang merasakan cinta terhadap Tuhan yang disembah dan merasakan kebesaran-Nya, berkeyakinan bahwa bagi alam ini ada penguasanya yang tidak dapat diketahui akal hakekatnya. (Ash Shiddiq, 2000:8).33 Dari beberapa pendapat di atas, jelaslah bahwa hakikat ibadah ialah ketundukan yang timbul dari hati seorang hamba untuk mengikuti perintah dari Tuhannya dan menjauhi larangannya, karena yakin bahwa segala sesuatu yang diperbuat akan mendapat balasan. Ibadah kepada Allah sangat dibutuhkan, karena manusia pada dasarnya adalah lemah. Sebagaimana jasad manusia yang membutuhkan makanan, tanpa adanya makanan maka jasad manusia tidak berdaya, demikian pula ruh yang ada dalam diri manusia memerlukan energi positif yang bisa didapat dari beribadah.

2. Syarat-syarat Ibadah Syarat memiliki arti janji, segala sesuatu yang perlu atau harus ada, dan ketentuan yang harus dilakukan.34 Oleh karena itu, suatu perbuatan akan diterima 31

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk…, h. 142. Lahmuddin Nasution, FIQIH 1, (tt.p.: t.p. t.t), h. 5. 33 Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 31. 34 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet. 2, h. 878 32

jika telah memenuhi syarat yang ditentukan. Begitu pula dengan ibadah, pelaksanaan ibadah yang akan mendapatkan pahala ialah ibadah yang sesuai dengan syarat yang telah ditentukan dalam syariat Islam.

Dari segi syaratnya,

ibadah yang diterima Allah adalah ibadah yang memiliki dua syarat. Syarat-syarat yang dimaksud adalah: 1. Keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. 2. Pelaksanaan ketaatan sesuai dengan yang dilakukan Rasulullah saw, yang didalamnya terdapat

kontinuitas

dalam ketundukan kepada Allah,

perenungan atas keagungan-Nya, dan perasaan patuh kepadanya.35 Ibadah yang tergolong kedalam ibadah mahdah memiliki prsyaratan yang tidak hanya mencakup pada dua persyaratan di atas, akan tetapi ada syarat lain harus dilaksanakan agar ibadah dapat diterima Allah swt dan tidak sia-sia. Pertama ibadah sholat. Sebelum seseorang mulai sholat, ia harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1.

Mengetahui waktunya

2.

Suci dari hadas kecil dan hadas besar

3.

Badan, pakaian dan tempat yang digunakan untuk sholat suci dari najis

4.

Meenutup aurat

5.

Menghadap kiblat.36 Drs. H. A. Nawawi Rambe menyebutkan bahwa syarat sholat dibagi

menjadi syarat wajib dan syarat sah. Syarat wajib sholat yaitu muslim, baligh (dewasa), berakal dan sampai dakwah kepadanya. Syarat sah sholat yatiu suci dari hadas (besar dan kecil), suci badan, pakaian dan tempat dari najis, menutup aurat, pada waktunya serta menghadap kiblat.37 Kedua ibadah puasa. Samahalnya dengan sholat, puasa juga mempunyai syarat bagi umat Islam yang akan menjalankanya. Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa para ulama fiqh membedakan syarat-syarat puasa atas syarat wajib dan syarat sah puasa. Syarat wajib puasa meliputi: berakal(orang yang gila tidak wajib puasa), baligh (sampai umur), kuat berpuasa. Sedangkan syarat sah puasa mencakup: Islam, mumayiz 35

Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 64 36 Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995), h. 113 37 H. A. Nawawi, Fiqh Islam (Jakarta: Duta Pahala, 1994), cet. 1, h. 68-73

(mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang tidak baik), suci dari haid nifas dan wiladah dan syarat sah yang terahir yaitu dikerjakan dalam waktu/hari yang dibolehkan puasa.38

3. Manfaat Beribadah dalam Islam Ibadah sangat besar manfaatnya, diantaranya mendapat pahala dari Allah swt, selain itu hati menjadi tenang dan dengan beribadah Insya Allah permohonan akan dikabulkan. Dengan beribadah akan tercermin nilai-nilai yang positif dalam diri seseorang. Melalui peribadahan, banyak hal yang dapat diperoleh seorang muslim yang kepentingannya bukan hanya mencakup individual, melainkan bersifat luas dan universal. Menurut Abdurrahman An Nahlawi dalam bukunya yang berjudul pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat, mengatakan bahwa ada beberapa hikmah dari pendidikan ibadah yang dapat diambil, diantaranya: 1. Dalam konsep Islam, melalui ibadah manusia diajari untuk memiliki intensitas kesadaran berpikir. 2. Di manapun seorang muslim berada, melalui kegiatan yang ditujukan semata-mata untuk ibadah kepada Allah, dia akan selalu merasa terikat oleh ikatan yang berkesadaran, sistematis, kuat, serta didasarkan atas perasaan jujur dan kepercayaan diri. 3. Dalam Islam, ibadah dapat mendidik jiwa seorang muslim untuk merasakan kebanggaan dan kemuliaan terhadap Allah. 4. Ibadah yang terus menerus dilakukan dalam kelompok yang padu, di bawah panji Allah yang satu, dan semuanya bermunajat kepada Rabb yang satu, akan melahirkan rasa kebersamaan sehingga kita terdorong untuk saling mengenal, saling menasihati, atau bermusyawarah.39

4. Pembiasaan Ibadah pada Anak

38 39

Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqih,...h. 271-272 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masy..., h. 63

Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berpidato, mengajar dan lain sebagainya.40 Anak akan terbiasa melaksanakan ibadah jika ada pembiasaan pada dirinya.orang tualah yang bertugas untuk membiasakan anak melaksanakan ibadah. Jamaludin, dalam bukunya Psikologi Anak dan Remaja Muslim, menegaskan bahwa Islam menekankan kepada kaum muslimin untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan ibadah ketika mereka telah berumur tujuh tahun. Hal itu dimaksudkan agar mereka senang melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil.41 Di dalam salah satu sabdanya, Rasulullah saw, telah mengatakan: ْ‫ه شُعَ ْيبٍ عَهْ أَبِيًِ عَهْ جَ ِديِ قَالَ قَالَ َرسُُلُ الّلًَِ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ مُزَُا َأَْلَادَكُم‬ ِ ْ‫عَهْ عَمْزَِ ب‬ ِ‫عشْ ٍز ََفَزِقُُا بَيْىٍَُمْ فِي الْمَضَاجِع‬ َ ُ‫ه ََاضْزِبٌُُُمْ عَّلَيٍَْا ٌََُمْ أَبْىَاء‬ َ ‫بِالّصَّلَا ِة ٌََُمْ أَبْىَا ُء سَبْ ِع سِىِي‬ Dari „Amr bin Syu‟aib dari bapaknya dari Jaddah berkata, Rosulullah saw bersabda:“Perintahkanlah anak kalian untuk melakukan shalat jika (mereka) berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat jika berumur sepuluh tahun dan pisahkan mereka di tempat tidur”. (H. R. Abu Dawud).42 Berdasarkan Hadis di atas, jelas bahwa orang tua harus membiasakan anaknya untuk melaksanakan ibadah. Bila ditinjau dari kacamata pendidikan, umur 7 - 12 tahun merupakan fase intelek karena pada masa ini anak sudah mampu menyesuaikan diri pada lingkungannya,

serta memiliki peningkatan

kemampuan untuk berpikir rasional dan gemar belajar, ia mulai mengerti apa yang benar dan salah dan kata hatinya mulai berkembang.43 Ibadah yang diterapkan sejak anak masih kecil akan melahirkan pengalaman-pengalaman yang baik terhadap anak, halitu akan berpengaruh positif, sedangkan pengalaman yang buruk memberikan pengaruh negatif terhadap perkembangan agama anak bila dewasa. Ibadah-ibadah yang akan penulis bahas pada skripsi ini ialah sholat, puasa, mengaji dan mengenai akhlak.

40

Mustofa, Akhlaq Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), cet v, h. 96. Jamaludin Mahfuz, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka Muslim, 2001) , cet. 1, h. 128 42 Imam Abu Daud, Sunan Abi Daud, Juz II, No. 418, h. 88. 43 Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (tt p: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008), cet. II, h. 50. 41

a) Shalat merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, dan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Sebagai salah satu dari rukun agama, sholat menjadi dasar yang harus ditegakkan sesuai dengan ketentuan dan syarat-syaratnya.

Orang tua wajib memerintahkan anak

untuk

melaksanakan sholat. Dalam surat Luqman ayat 17 disebutkan:                    “Hai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu hal-hal yang diwajibkan (oleh allah swt)”. Pendidikan tentang ketaatan beribadah anak juga dimulai dari dalam keluarga. Seorang anak yang masih kecil, belum memahami tentang ajaran agama karena hal tersebut bersifat abstrak, namun kegiatan ibadah yang berupa gerakan seperti shalat akan lebih memiliki daya tarik bagi anak untuk menirunya. Ritual-ritual ibadah seperti shalat berjamaah, shalat tarawih pada bulan Ramadhan merupakan momen yang baik untuk memberi pendidikan kepada anak. Anak akan merasa senang apabila dilibatkan langsung. Muhammad Thalib dalam bukunya mengatakan bahwa bagi anak-anak umur tujuh tahun, kita ajarkan gerak-geriknya terlebih dahulu, kemudian bacaannya secara bertahap. Bacaan yang paling mudah dibaca dan dihafal anak-anak, itulah yang diajarkan terlebih dahulu.44 Shalat mempunyai kedudukan yang istimewa dalam agama Islam, keistimewaan itu antara lain: 1. Shalat diperintahkan langsung oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad. 2. Shalat adalah tiang agung agama. Barang siapa yang menegakkannya dia menegakkan

agama,

barang

siapa

yang

meninggalkannya,

dia

menghancurkan agama.

44

Muhammad Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap anak, (Bandung: Irsyad Baitussalam, 1995), cet. 9, h. 89

3. Berbeda dengan ibadah lainnya, ibadah shalat diwajibkan lima kali sehari semalam.45

b) Puasa menurut pengertian bahasa adalah menahan diri, meninggalkan, menutup diri dari segala sesuatu, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, dari makanan atau minuman. Menurut istilah, puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa pada waktu tertentu dimulai dari terbit matahari sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat tertentu.46 Orang tua harus membiasakan anak untuk belajar berpuasa, kelak ketika

anak

dewasa

mereka

tidak

lagi

merasa

kesulitan

untuk

melaksanakannya. Upaya orang tua untuk membiasakan anak berpuasa dapat dilaksanakan dengan melibatkan anak pada sunah-sunah puasa seperti makan sahur, dengan demikian anak akan lebih bersemangat menjalaninya. Puasa seorang anak tidak dilaksanakan langsung dengan waktu yang penuh, tetapi pada awal-awal puasanya, orang tua memberikan dispensasi waktu dengan cara membolehkan anak berbuka puasa setengah hari. Cara lain ialah orang tua memberikan hadiah kepada anak yang melaksanakan puasa, sehingga anak akan termotivasi untuk menjalankan ibadah puasa.

c) Alqur’an merupakan pedoman pokok umat Islam, maka setiap muslim wajib mempelajarinya untuk dijadikan pedoman hidup. Oleh karena itu membaca Alqur’an adalah kuncinya. Setiap orang dapat dikatakan benar dalam menjalankan kewajiban agama Islam jika ia dapat membaca dan memahami Alqur’an dalam bahasa aslinya. Hal ini telah disebutkan dalam Hadits sebagai beikut: َ‫عَهْ أَبِي عَبْدِ الزَحْمَهِ عَهْ عُثْمَانَ بْهِ عَفَانَ أَنَ َرسُُلَ الّلًَِ صَّلَى الّلًَُ عَّلَيْ ًِ ََسَّلَمَ قَالَ خَيْزُكُمْ مَهْ تَعَّلَم‬ ًَُ‫ن ََعَّلَم‬ َ ‫الْقُزْآ‬

45

H. Mohammad Daud Ali, Pndidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), h. 255. 46 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami SelukBeluk Ibadah Dalam Islam, ...h. 211.

“Dari Abi Abdirahman dari Utsman bin „Affan Rasulullah saw bersabda: Sebaik-baik di antara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur‟an dan mengajarkannya” (HR. Imam At-Turmudzi)47

Cara orang tua untuk mengajarkan Alqur’an kepada anaknya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut: 1.

Mengajarkannya sendiri dan ini cara yang terbaik, karena orang tua sekaligus dapat lebih akrab dengan anak-anaknya dan mengetahui sendiri tingkat kemampuan anak-anaknya. Ini berarti orang tualah yang wajib terlebih dahulu dapat membaca Alqur’an dan memahami ayat-ayat yang dibacanya.

2.

Menyerahkannya kepada guru mengaji Alqur’an atau memasukkan anakanak di sekolah-sekolah yang mengajarkan baca tulis Alquran.

3.

Dengan alat yang lebih canggih, dapat mengajarkan Alqur’an lewat video casette jika orang tua mampu menyediakan peralatan semacam ini. Tetapi cara pertamalah yang lebih baik.48

d) Orang tua berkewajiban mendidik anak berakhlak baik, ada beberapa cara mendidik anak untuk berakhlak baik sesuai syari’at Islam, diantaranya: 1. Orang tua harus senantiasa tanggap terhadap perilaku anaknya yang tidak sesuai dengan Islam. Jadi, oang tualah yang harus istiqamah menjaga akhlak supaya anak-anaknya dapat mencontoh dan melakukan akhlak yang baik. Jangan berharap anak akan mengikuti perintah jika orang tuanya saja malas untuk melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan tidak mencontohkan bertutur kata yang baik dan sopan. Sebab anak merupakan peniru yang sangat peka terhadap apa yang ditangkap di sekitarnya.

47 48

Imam Turmudzi, Sunan At-Turmuzi, Juz X, (Bairut: Daarul Fikri, 1994), h. 149. Muhammad Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap....h.104

2. Dalam mendidik akhlak anak, orang tua tidak perlu menyediakan waktu khusus, tetapi setiap saat orang tua harus menyampaikannya kepada anak-anaknya. Dalam hal ini bukanlah kuantitas pertemuan yang diharapkan, melainkan kualitas dari pertemuannya itu sendiri. Sebab tidak menjadi jaminan orang tua yang sering bertemu dengan anaknya tanpa diimbangi dengan kualitas dalam berhadapan dengan anak, khususnya dalam membimbingny dalam beribadah. Sebagai contoh, ketika anak salah sopan santun dalam makan, orang tua harus segera membetulkannya. 3. Membiasakan anak-anak makan bersama keluarga agar mereka tahu akhlak dan sopan santun menghargai orang lain.49

C. Kerangka Berpikir Orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan diri anak, orang tua mempunyai kewajiban untuk memberikan pendidikan bagi anak, karena menurut agama Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/ fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik.Orang tua juga berkewajiban untuk membimbing anak agar anak berkepribadian baik atau berakhlaqul karimah. Anak adalah hasil hubungan antara suami dengan istri, oleh karena itu suami dan istri tersebutlah yang berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Karena seorang anak sangat memerlukan bimbingan untuk bekal hidupnya dimasa depan, terlebih lagi bagi anak usia sekolah dasar yang sangat peka dan cepat menangkap pelajaran yang diberikan. Jika salah membimbing maka akan berakibat buruk. Ibadah kepada Allah swt merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Manusia yang balig harus menjalankannya dan jika tidak akan menjadi tanggungan sendiri. Orang tua berkewajiban memberikan teladan.

49

Muhammad Thalib, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap....h.80

Agar anak dapat melaksanakan ibadah dengan baik, orang tua memberikan contoh dan membiasakan anak untuk melaksanakan ibadah. Jika semua orang tua mengetahui tugas dan kewajibannya serta melaksanakan tugas dan kewajibannya tersebut maka kelak semua anak akan dapat melaksanakan ibadah dalam kehidupannya dan akan terbiasa untuk terus beribadah kepada Allah dengan menjalankan syariat agama Islam. Akan tetapi jika orang tua melalaikan tugas dan kewajibannya dengan tidak memberikan bimbingan dan tidak berupaya agar anak beribadah maka akan sangat berdampak negatif, dampak buruk tersebut bukan hanya berakibat pada diri anak khususnya tapi juga berakibat buruk pada masyarakat, bangsa serta agama, karena anak merupakan generasi penerus.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam secara obyektif sesuai dengan data yang digunakan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor Jawa Barat 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel teerikat atau independent (X) dan variabel bebas atau dependent (Y). Adapun variabel terikat (X) adalah upaya orang tua alam membimbing anak. Sedangkan variabel bebas (Y) adalah pelaksanaan ibadah anak.

D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang beragama Islam warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor. Sebanyak 252 orang tua. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini hanya orang tua yang beragama Islam dan memiliki anak usia 6 sampai 12 tahun sebanyak 144 orang. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel secara acak (random sampling) yakni 15% dari populasi terjangkau yaitu sebanyak 22 orang.

Tabel. 1 Populasi dan Sampel No

Wilayah

Jumlah Kepala

Populasi

Populasi

Keluarga

Target

Terjangkau

Sampel

1

RT 01

102

100

34

5

2

RT 02

98

97

41

6

3

RT 03

98

96

46

7

4

RT 04

57

55

23

4

355

348

144

22

Jumlah

E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan. Observasi atau pengamatan digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan dan aktifitas keagamaan orang tua serta anak di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada orang tua dengan tujuan sebagai berikut: a. Ingin memperoleh data tentang upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah dari responden guna mendapatkan hasil yang maksimal, karena dilaksanakan dengan cara komunikasi langsung. b. Untuk mempertajam hasil yang diperoleh melalui observasi dan angket. Adapun kisi-kisi wawancara pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Usaha yang dilakukan agar anak melaksanakan ibadah 2) Hambatan yang dialami dalam membimbing anak melaksanakan ibadah 3) Faktor yang menyebabkan anak melaksanakan ibadah 4) Faktor yang menyebabkan anak tidak beribadah 5) Sikap atau reaksi anak jika diperintahkan untuk ibadah 6) Menggunakan jasa lain agar anak dapat melaksanakan sholat, puasa, membaca Al-Qur’an 7) Anak mengucapkan perkataan tidak baik dan berperilaku tidak sopan 8) Faktor yang menyebabkan anak berkata tidak baik dan berperilaku tidak sopan 9) Upaya yang dilakukan oleh orang tua agar anak berkata baik dan sopan.

3. Angket Angket adalah suatu teknik pengumpulan data yang mempunyai kesamaan dengan teknik wawancara karena keduanya dberikan dalam bentuk pertanyaan. Bedanya kalau wawancara dilaksanakan secara lisan sedangkan angket secara tertulis. Alasan penulis menggunakan teknik angket dalam mengumpulkan data ini adalah untuk mendapatkan data tentang upaya orang tua dalam membimbimng anak melaksanakan ibdah. Adapun kisi-kisi angket ialah sebagai berikut:

Tabel 2 Kisi – kisi Angket Variabel

Dimensi Variabel

Upaya  Motivasi Orangtua Membimbin  Mengawasi g Anak  Mencontohkan (Variabel X)

Indikator Variabel  Menyuruh

No.

Juml

Item

ah

anak 1,7

2

melaksanakan sholat  Menyuruh

anak 2, 9 melaksanakan puasa.

2

 Menyuruh anak untuk 3, 11 membaca Al-quran,

2

 Memberi hadiah

4

 Menegur

8,10,1 2, 16

anak

bila

2 4, 13

berkata tidak baik.  Melaksanakan sholat, bersama-sama dengan

2 5, 14

anak  Berpuasa

bersama

dengan anak

6, 15

 Memberi kepada

2

contoh anak

membaca

1

cara 17

Alqur’an

dengan benar  Memberi kepada

contoh 18 anak cara

1

sholat yang benar

Pelaksanaka n Anak

 Sholat

 Intensitas sholat

19,20

2

 Puasa

 Gerakan sholat

21,22

2

 Bacaan sholat

23,24

2

25,26

2

Ibadah  Membaca Alqur’an

 Bertutur kata baik  Intensitas puasa

(Variabel Y)

 Bertadarus Al-quran

(sopan).

 Bertutur

kata

27

dan 28,39,

bersikap dengan baik

1

3

30

Jumlah

30

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data Dalam pengolahan data angket penulis menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau questioner yang berhasil dikumpulkan. 2. Scoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket. Dalam angket terdapat empat kategori jawaban yaitu selalu (SL), sering (SR), jarang (JR), dan tidak pernah (TP). Setiap item diberi skor berdasarkan jawaban yang dipilih responden. Skor 4 untuk jawaban selalu (SL), skor 3 untuk jawaban sering (SR), skor 2 untuk jawaban jarang (JR), dan skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP). 3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan kedalam tabel yang telah disediakan.

2. Analisis Data a. Uji Validitas Instrumen Untuk mencari nilai validitas maka digunakan rumus korelasi r pbi

sebagai berikut:

=

Keterangan : = Angka Indeks Korelasi Poina Biseral = Rata- rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya = Mean skor total = Standar deviasi dari skor total P

= Proporsi yang menjawab benar

q

= Proporsi yang menjawab salah Apabila telah dinyata kan valid, maka tahap berikutnya adalah

mengukur reliabilitas. Uji reliabilitas bertujuan untuk melihat konsistensi alat ukur yang akan digunakan yakni apakah alat ukur tersebut akurat, stabil dan konsisten. Teknik yang digunakan adalah koefisien alpha cronbach dengan rumus :

rii =

k   b 2 1  ( k  1)   t2

  

Keterangan: rii

= Reliabilitas Instrumen

k

= Jumlah Soal

 b 2

= Jumlah variabel butir

t

= Jumlah variabel total

2

b Frekuensi relatif Setelah teruji valid atau tidaknya angket, kemudian angket yang valid dianalisis dengan menggunakan tabel Distribusi Frekuensi Relatif

atau tabel persentase. Adapun rumus yang digunakan dalam mencari persentase adalah rumus distribusi frekuensi. Yakni : P = x 100 Keterangan: P = Prosentase Tiap Jawaban F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Sekilas Tentang Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor 1.

Letak Geografis Wilayah Tajurhalang Lingkungan Rw 08 merupakan salah satu dari sepuluh rukun warga yang ada di wilayah desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor. Adapun luas wilayah Rw 08 85 Ha. Mengenai batas wilayah Rw 08, dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 1 Batas Wilayah Rw 08 Letak Rw 08

Perbatasan Rw 08

Sebelah Utara

Berbatasan dengan Desa Citayam

Sebelah Selatan

Berbatasan dengan Rw 02

Sebelah Barat

Berbatasan dengan Rw 01

Sebelah Timur

Berbatasan dengan Rw 09

4.

Keadaan Penduduk Berdasarkan data yang diperoleh dari masing-masing ketua Rt yang ada di wilayah Rw 08 yakni Rt 01,02,03 dan 04, kemudian diadakan penghitungan diketahui bahwa penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang berjumlah 885 orang. Dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 355 kepala keluarga. Dengan rincian sebagai berikut: Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No

Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase (%)

1

Laki-laki

372

42,03

2

Perempuan

513

57,96

885

100%

Jumlah

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk Rw 08 di dominasi oleh kaum perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Terbukti persentase menunjukkan kaum wanita sebanyak 57,96% di bandingkan dengan kaum laki-laki yang berjumlah 42,03%. Tabel 3 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan No

Pekerjaan

Jumlah

Persentase (%)

4

0,47

1

Pegawai Negeri Sipil

2

Wiraswasta

205

24,37

3

Petani

86

10,22

4

Buruh

12

1,42

5

Pensiunan

10

1,18

6

Lain-lain

524

62,30

841

100%

Jumlah

Dari tabel 3 tentang klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian diketahui bahwa penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil hanya 0,47% (4 orang) dari jumlah penduduk yang bekerja. Untuk penduduk yang berprofesi sebagai wiraswasta diketahui sebanyak 205 orang jika di persentasekan sebanyak 24,37% 50, penduduk yang berprofesi sebagai petani yaitu petani yang menanam umbi batang, kacang tanah serta tanaman lain yang dapat tumbuh di darat berjumlah 86 orang (10,22%), untuk profesi buruh hanya sebagian kecil penduduk yaitu hanya 12 orang (1,42%), pensiunan berjumlah 10 orang (1,18%). Sedangkan untuk profesi dan lain-lain (selain dari keenam jenis mata pencaharian tadi) berjumlah 524 penduduk atau 62,30%

51

. Dari data tersebut dapat diketahui

bahwa mata pencaharian penduduk warga Rw 08 Desa Sasakpanjang cukup beragam. Tabel 4 Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No

50

Jenis Pendidikan

Jumlah

Persentase (%)

1

Buta Huruf

84

11,36

2

Tidak Tamat SD

194

26,25

3

Tamat SD/Sederajat

302

40,86

4

Tamat SLTP/Sederajat

106

14,34

5

Tamat SLTA/Sederajat

42

5,68

6

Tamat Akademi (D1 – D3)

-

0

7

Sarjana S1

10

1,35

8

Sarjana S2

1

0,13

Hasil wawancara dengan Bapak Rw 08, bahwa wiraswasta yang dimaksud ialah penduduk yang bekerja sebagai pedagang. 51 Berdasarkan hasil wawancara denagn Bapak Rw 08, bahwa profesi dan lain-lain itu ialah makelar tanah, orang yang mengambil keuntungan dari penjualan (calo), serta penduduk yang berprofesi tidak menentu.

9

Sarjana S3 Jumlah

-

0

739

100%

Dari tabel 4 mengenai klasifikasi penduduk berdasarkan pendidikan, dapat diketahui bahwa penduduk Rw 08 yang buta huruf berjumlah 84 orang (11,36%), penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 194 orang (26,25%), sebagian penduduk perpendidikan tamat SD yaitu sebanyak 302 orang (40,86%), penduduk yang tamat SLTP/sederajat sebanyak 106 orang (14,34%), penduduk yang tamat SLTA/sederajat sebanyak 42 orang (5,68%), tidak ada (0%) penduduk Rw 08 yang tamatan atau lulusan dari akademi (D1 – D3) , hanya sedikit dari warga Rw 08 yang tamat sampai kejenjang Sarjana S1 yaitu hanya10 orang atau 1,35%, untuk tamatan S2 diketahui hanya ada 1 orang (0,13%). Berdasarkan data di atas jelas menunjukan bahwa tingkat pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang masih sangat rendah terbukti dari data bahwa hanya sebelas orang saja yang berpendidikan sampai sarjana dan ini membuktikan pula bahwa penduduk warga Rw 08 Desa Sasakpanjang belum sadar akan pendidikan. Tabel 5 Sarana Pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang No

Sarana Pendidikan

Jumlah

Persentase (%)

1

TPA (Taman Pendidikan Alqur’an)

4

66,66

2

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini)

1

16,66

3

SD (Sekolah Dasar)

1

16,66

Jumlah

6

100%

Dari tabel 5 di atas mengenai sarana pendidikan di Rw 08 Desa Sasakpanjang didominasi oleh TPA yaitu sampai 66,66%. Rw 08 mempunyai 4 buah TPA (Taman Pendidikan Alqur’an), sedangkan hanya sebagian kecil

untuk PAUD dan SD, hanya 16,66% atau 1 buah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan 16,66 atau 1 buah SD (Sekolah Dasar). Sedangkan untuk sarana pendidikan kejenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Pertama dan Atas, masyarakat Rw 08 harus pergi ke wilayah lain karena di Rw 08 tidak ada. Untuk ukuran lingkungan Rw sarana ini mungkin cukup memadai, hanya tinggal kemauan orang tua untuk memasukan anak mereka ke dalam lembaga pendidikan tersebut. Tabel 6 Sarana Keagamaan di Rw 08 Desa Sasakpanjang No

Sarana Keagamaan

Jumlah

Persentase (%)

1

Masjid

1

20

2

Musholla

2

40

3

Majlis Ta’lim

2

40

5

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel 6 tentang sarana keagamaan yang ada di Rw 08 Desa sasakpanjang diketahui bahwa sarana keagamaan yang ada di Rw 08 sebagian terdiri atas musholla dan majlis ta’lim yakni sebanyak 40%. Terdapat 1 buah Masjid (20%), 2 buah Musholla (40%) dan 2 buah Majlis Ta’lim (40%). Jadi, dapat dikatakan sarana keagamaan yang ada di lingkungan Rw 08 sudah cukup baik dan memadai hanya tinggal bagaimana masyarakatnya dapat memanfaatkan sarana keagamaan tersebut. 5.

Kondisi Sosial Lokasi Penelitian Berikut ini akan dikemukakan hasil penelitian mengenai kondisi sosial penduduk lokasi penelitian di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang meliputi bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, olahraga, kesenian dan kebudayaan.

a. Keagamaan Islam merupakan agama mayoritas penduduk Rw 08 Desa Sasakpanjang. Karena itu tidak mengherankan apabila ada peringatan harihari besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad saw, Isra Mi’raj, Muharram serta hari-hari besar Islam lainnya diadakan dengan begitu meriah

dan

masyarakat

begitu

antusias

menyambutnya.

Namun

berdasarkan hasil observasi penulis melihat bahwa pelaksanaan ajaran agama Islam belum sepenuhnya berjalan sebagaimana mestinya. Seperti sholat jama’ah di Masjid maupun Musholla tidak bnyak hanya beberapa orang saja, pada saat waktu sholat telah tiba masih banyak warga yang beraktifitas, serta banyaknya muslimah yang tidak menutup aurat, pergaulan sesama lain jenis terlihat begitu dekat (tidak ada jarak). Di Rw 08 Desa Sasakpanjang terdapat lima sarana ibadah, yang terdiri dari satu buah masjid, dua buah musholla dan dua buah majlis ta’lim, dengan rincian sebagai berikut: 1. Di Rt 01 terdapat satu buah musholla yang digunakan untuk sholat brjama’ah, untuk pengajian mingguan yang diadakan setiap hari Senin pagi oleh kaum ibu, serta digunakan oleh kaum bapak untuk pengajian mingguan setiap malam Jum’at. Pengajian yang dilakukan baik oleh kaum bapak maupun ibu hanya pada pengajian membaca ratib dan membaca Suroh Yasin, kemudian kajian agama lalu disambung dengan arisan. 2. Di Rt 02 terdapat satu buah musholla yang digunakan untuk sholat berjama’ah, dan digunakan oleh kaum bapak untuk pengajian setiap malam Kamis dan pengajian kaum ibu setiap hari Rabu. Sama seperti Rt 01, pada Rt 02 tahapan pengajian diawali dengan membaca Ratib atau zikir maulid kemudian membaca Suroh Yasin lalu materi keagamaan dan tidak ketinggalan arisan. 3. Di Rt 03 terdapat satu buah masjid dan satu buah majlis ta’lim, masjid digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sholat jum’at dan pengajian setiap malam Sabtu. Sedangkan majlis ta’lim digunakan oleh kaum ibu

untuk pngajian setiap hari Sabtu. Di Rt 03pun aktifitas kegiatan pengajian sama seperti Rt 01 dan Rt 02. 4. Di Rt 04 terdapat satu buah majlis ta’lim yang digunakan untuk pengajian kaum bapak yang diadakan setiap malam jum’at dan pengajian kaum ibu yang diadakan setiap hari minggu. Mengikuti Rt 01, 02 dan 03 pada lingkungan Rt 04 juga sama mengenai tahapan pengajian yang di lakukan. Untuk pengajian anak-anak dikelola dan dibimbing oleh para ustadz dan ustadzah di sarana ibadah yang terdapat di lingkungan maupun di rumah. Berikut beberapa tempat yang digunakan anak-anak untuk mengaji yaitu: 1. Rumah Ustadz Firman di lingkungan Rt 01 yang dilaksanakan setiap malam kecuali malam minggu 2. Musholla di lingkungan Rt 02 dilaksanakan setiap malam kecuali malam sabtu dan minggu 3. Masjid di lingkungan Rt 03 yang dilaksanakan setiap malam kecuali malam jum’at 4. Majlis Ta’lim di lingkungan Rt 04 yang dilaksanakan setiap hari ba’da ashar kecuali hari minggu Dengan adanya pengajian-pengajian yang diadakan di Rw 08 ini, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas/kegiatan keagamaan di lingkungan Rw 08 berjalan cukup baik, hanya saja berdasarkan observasi dilihat waktu yang di gunakan untuk pengajian oleh kaum bapak maupun ibu lebih banyak digunakan untuk arisan. b. Pendidikan Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui bahwa tingkat pendidikan di Rw 08 masih sangat rendah, para orang tua mayoritas hanya berpendidikan di SD, bahkan banyak pula diantara mereka yang masih buta huruf. Begitu juga dengan generasi di belakang mereka, mayoritas

berpendidikan SD, sebagian lagi SMP dan SMA, dan hanya sebagian kecil dari mereka yang berpendidikan sampai ke perguruan tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pendidikan anaknya masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya generasi yang hanya berpendidikan SD dan SMP serta sebagian kecil berpendidikan SMA bahkan dapat dihitung jari yang melanjutkan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini disebabkan karena faktor ekonomi, secara mayoritas penduduk Rw 08 termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah. Dengan melihat perkembangan pendidikan yang semakin maju dan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, tentu merupakan kewajiban semua pihak untuk memikirkan dan mencari solusi yang tepat untuk meningkatkan pendidikan masyarakat. Dalam hal ini tentu saja peran orang tua begitu dominan dalam membekali putra putrinya dengan pendidikan yang memadai, sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern.

c. Kesehatan Dalam bidang kesehatan di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang dapat dikatakan cukup baik. Pelayanan dibidang kesehatan masyarakat Rw 08 sudah memuaskan, terdapat posyandu yang para kader-kadernya selalu memantau

kesehatan

masyarakat.

Tinggal

bagaimana

masyarakat

memanfaatkan fasilitas yang telah di berikan. Berdasarkan hasil tanya jawab dengan salah satu kader posyandu, dikatakan bahwa masih ada masyarakat yang menyepelekan masalah kesehatan, terutama ibu hamil yang jarang mengontrol kehamilannya. d. Olah raga dan Kesenian Dalam bidang olah raga, minat masyarakat Rw 08 sangat tinggi, khususnya pada olah raga sepak bola dan volly. Sarana yang adapun cukup

memadai, yaitu terdapat dua lapangan sepak bola dan satu lapangan volly. Pada sore hari sering diadakan pertandingan. Dalam bidang kesenian di Rw 08 terdapat grup qasidah yang dianggotakan oleh ibu-ibu pengajian. Kesenian ini juga sering dipentaskan dalam acara-acara tertentu seperti parade dan hari-hari besar Islam. B. Deskripsi dan Analisa Data 1. Deskripsi Data Data penelitian ini diperoleh dari 22 responden yang menjawab 30 butir soal. Setelah diadakan uji validitas soal, diketahui bahwa soal yang valid berjumlah 19 soal. Data angket yang terkumpul dari soal-soal yang valid akan dipersentasikan ke dalam tabel-tabel sebagai berikut: Tabel 7 Menyuruh Anak Melaksanakan Puasa

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

13

59,1

2

Sering

9

40,9

3

Jarang

0

0

4

Tidak Pernah

0

0

22

100%

Jumlah

Dari tabel tentang menyuruh anak melaksanakan puasa, dapat diketahui bahwa 59,1 % atau sebagian besar dari orang tua menjawab selalu menyuruh anaknya melaksanakan puasa,

sebagian orang tua yang lain (40,9%)

menjawab selalu menyuruh anaknya melaksanakan puasa, dan tidak ditemui atau 0% orang tua yang jarang dan tidak pernah. menyuruh anaknya berpuasa. Dari data ini diketahui bahwa hampir seluruh orang tua warga Rw 08

menyuruh anaknya agar berpuasa pada bulan Ramadhan. Hal ini membuktikan bahwa upaya dari orang tua agar anaknya berpuasa sangat besar. Tabel 8 Menyuruh Anak Membaca Al-quran

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

5

22,73

3

Jarang

14

63,64

4

Tidak Pernah

3

13,63

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa 0% atau tidak ada responden yang menjawab selalu menyuruh anak untuk membaca Al-qur’an, ada 22,73% atau lima orang responden yang menjawab sering menyuruh anak membaca Al-quran, 63,64% atau empat belas responden menjawab jarang menyuruh anak untuk membaca Al-quran, dan 13,63% atau tiga responden yang menjawab tidak pernah. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa 63,64% responden (orang tua) yang menjawab jarang. Hal ini membuktikan bahwa masih banyak orang tua yang kurang memberikan motivasi terhadap anak agar beribadah.

Tabel 9 Menegur Anak bila Berkata Tidak Baik

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

8

36,36

2

Sering

10

45,45

3

Jarang

4

18,18

4

Tidak Pernah

0

0

22

100%

Jumlah

Berdasarkan hasil angket yang telah dijawab oleh responden tentang menegur anak bila berkata tidak baik, diketahui bahwa sebagian atau 36,36% responden menjawab selalu menegur anak bila berkata tidak baik, sebagian responden atau 45,45% responden yang menjawab sering menegur anak bila anak berkata tidak baik, dan hanya 18,18% responden yang menjawab jarang menegur anak bila berkata tidak baik. tidak ada atau 0% responden yang menjawab tidak pernah. Berdasarkan hasil jawaban tersebut dapat dikatakan bahwa upaya orang tua agar anaknya berkata baik sudah cukup tepat dengan meneguranaknya bila berkata tidak baik. Hal ini dapat diketahui dari 36,36% orang tua (responden) menjawab selalu dan 45,45 responden menjawab sering.

Tabel 10 Menyuruh Anak Melaksanakan Sholat

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

3

13,63

2

Sering

1

4,54

3

Jarang

10

45,45

4

Tidak Pernah

8

36,36

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya 13,63% responden yang menjawab selalu menyuruh anak untuk melaksanakan sholat, hanya satu orang responden atau 4,54% yang menjawab sering menyuruh anak untuk sholat, sebagian responden (45,45%) menjawab jarang menyuruh anak untuk sholat dan 36,36% responden menjawab tidak pernah. Hal ini sangat memprihatinkan karena jawaban rsponden yang jarang dan tidak pernah menyuruh anak mereka sholat lebih dari 70%. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa upaya orang tua dalam membimbing anaknya untuk sholat sangat kurang dilakukan. Tabel 11 Memberi Hadiah No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

1

4,54

3

Jarang

7

31,82

4

Tidak Pernah

14

63,63

22

100%

Jumlah

Dari data yang didapat, diketahui bahwa 0% (tidak ada) responden yang menjawab selalu memberi hadiah kepada anak, hanya 4,54% atau satu orang responden yang menjawab sering memberikan hadiah, sebagian responden (31,82%) menjawab jarang memberikan hadiah , dan mayoritas (63,63%) responden menjawab tidak pernah memberikan hadiah kepada anak. Berdasarkan data hasil persentase mengenai apakah orang tua memberikan hadiah kepada anak jika anaknya sholat lima waktu, diketahui bahwa mayoritas orang tua menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya motivasi dari orang tua berupa hadiah. Tabel 12 Memberi Hadiah No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

5

22,72

2

Sering

9

40,90

3

Jarang

6

27,27

4

Tidak Pernah

2

9,09

22

100%

Jumlah

Dari data di atas tentang apakah orang tua memberikan hadiah kepada anaknya jika anaknya berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadhan, diketahui bahwa 22,72% responden menjawab selalu memberikan hadiah, 40,90% atau sebagian responden menjawab sering memberikan hadiah, 27,27% responden menjawab jarang dan hanya 9,09% responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukan bahwa upaya yang dilakukan orang tua berupa motivasi dengan cara memberikan hadiah kepada anak sudah dapat dikatakan baik.

Tabel 13 Menyuruh Anak Membaca Al-quran No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

4

18,18

2

Sering

10

45,45

3

Jarang

8

36,36

4

Tidak Pernah

0

0

22

100%

Jumlah

Data yang didapat dari hasil angket mengenai orang tua memerintahkan kepada anak agar membaca Al-quran, diketahui hanya 18,18% orang tua (responden) menjawab selalu memerintahkan anaknya agar membaca Alqur’an, sebagian responden (45,45%) menjawab sering memerintahkan anaknya agar membaca Al-quran, dan terdapat pula responden yang menjawab jarang memerintahkan anaknya membaca Al-qur’an yaitu sebanyak 36,36%. Dan tidak ada atau 0% responden yang menjawab tidak pernah. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa walaupun tidak banyak orang tua yang menjawab selalu, tetapi hampir 50% orang tua sering menyuruh anaknya untuk membaca Al-qur’an serta banyak juga orang tua yang jarang menyuruh anaknya membaca Al-qur’an. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas bimbingan orang tua dalam hal menyuruh anak membaca Al-qur’an dapat di katakan cukup tapi harus ada peningkatan. Tabel 14 Melaksanakan Sholat Bersama Anak No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

1

4,54

3

Jarang

16

72,72

4

Tidak Pernah

5

22,72

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui apakah pelaksanaan ibadah orang tua dilakukan bersama-sama dengan anak atau tidak. Dapat dilihat bahwa 0% atau tidak ada responden yang menjawab selalu sholat bersama dengan anak, hanya 4,54% responden yang menjawab sering melaksanakan sholat denagan anak, mayoritas responden (72,72%) menjawab jarang melaksanakan sholat bersama anak dan 22,72% responden yang menjawab tidak pernah sholat bersama dengan anak. Terlihat bahwa orang tua kurang mencontohkan secara langsung kepada anak dengan sholat bersama, kejadian ini disebabkan karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia tidak memperhatikan sholat anak. Hal ini menunjukkan bimbingan orang tua masih sangat kurang. Tabel 15 Memberi Hadiah No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

6

27,27

3

Jarang

10

45,45

4

Tidak Pernah

6

27,27

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel yang berisi data di atas tentang memberi hadiah kepada anak jika anak berprestasi, dapat diketahui bahwa tidak ada responden (0%) yang menjawab selalu memberikan hadiah kepada anak jika anak tersebut berprestasi, hanya 27,27% responden menjawab sering memberikan hadiah, sebagian responden (45,45%) menjawab jarang memberikan hadiah kepada anak dan 27,27% responden menjawab tidak pernah memberikan hadiah. Dapat dikatakan bahwa cara orang tua dengan memberikan penyemangat berupa hadiah agar anak berprestasi masih kurang karena hanya sedikit bresponden yang sering memberikan hadiah kepada anak.

Tabel 16 Mencontohkan Kepada Anak Cara Membaca Al-quran Dengan Benar

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

3

13,63

3

Jarang

11

50

4

Tidak Pernah

8

36,36

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada orang tua (0%) yang selalu mencontohkan cara membaca Al-qur’an yang benar kepada anak, 13,63% orang tua yang menjawab sering mencontohkan, sebagaian (50%) orang tua (responden) yang menjawab jarang mencontohkan dan 36,36% orang tua tidak pernah mencontohkan kepada anaknya cara membaca Al-quran yang benar. Berdasarkan data tersebut, menunjukan bahwa dari orang tua saja jarang mencontohkan cara membaca Al-qur’an kepada anaknya, bagaimana anak mau bisa bahkan rajin membaca Al-qur’an. Jarangnya bahkan tidak pernahnya orang tua mencontohkan cara membaca Al-qur’an yang benar disebabkan karena tidak adanya kemampuan dari orang tua untuk membaca Al-qur’an dengan benar dan menganggap bahwa membaca Al-qur’an cukup di pengajian saja Tabel 17 Mencontohkan Kepada Anak Cara Sholat yang Benar No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

1

4,54

2

Sering

4

18,18

3

Jarang

9

40,90

4

Tidak Pernah

8

36,36

22

100%

Jumlah

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa hanya 4,54% responden yang menjawab selalu, 18,18% responden yang menjawab sering, 40,90% responden yang menjawab jarang dan 36,36% responden yang menjawab tidak pernah. Dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya mlaksanakan sholat sangat kurang karena bagaimana anak akan sholat trus mnrus jika orang tua jarang menontohkan cara sholat yang benar. Hal ini dilihat dari jawaban yang mendominasi ialah jawaban jarang dan tidak pernah. Tabel 18 Intensitas Sholat Berjamaah No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

1

4,54

3

Jarang

8

36,36

4

Tidak Pernah

13

59,09

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas tentang sholat berjama’ah anak, dapat dilihat bahwa 0% atau tidak ada responden yang menjawab bahwa anaknya selalu sholat berjama’ah, 4,54% responden yang menjawab bahwa anaknya sering melaksanakan sholat secara berjama’ah, sebagian atau 36,36% responden yang menjawab jarang anaknya sholat berjama’ah, dan lebih dari setengah atau sebagian besar yaitu 59,09% responden menjawab bahwa anaknya tidak pernah sholat secara berjama’ah. Dari tabel tersebut diketahui bahwa

persentase intensitas sholat berjamaah anak dapat dikatakan sangat kurang, karena mayoritas anak tidak pernah sholat secara berjamaah. Tabel 19 Intensitas Sholat No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

1

4,54

2

Sering

2

9,09

3

Jarang

18

81,81

4

Tidak Pernah

1

4,54

22

100%

Jumlah

Persentase yang didapat dari hasil angket tentang intensitas sholat anak, diketahui bahwa hanya 4,54% responden menjawab anaknya selalu sholat lima waktu dalam sehari, serta hanya 9,09% responden menjawab bahwa anaknya sering melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari,mayoritas atau 81,81% responden menjawab anaknya jarang sholat lima waktu dan hanya 4,54% responden menjawab anaknya tidak pernah sholat lima waktu. Hal ini memperlihatkan bahwa masih sangat minimnya pelaksanakan ibadah anak karena terbukti anak yang melaksanakan sholat lima waktu hanya sebagian kecil. Tabel 20 Gerakan Sholat No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

3

13,63

2

Sering

14

63,63

3

Jarang

4

18,18

4

Tidak Pernah

1

4,54

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas tetang gerakan sholat anak, diketahui bahwa terdapat 13,63% atau tiga orang responden menjawab anaknya selalu dapat melaksanakan sholat dengan gerakan yang benar yaitu duduk antara dua sujud dan duduk tasyahud. Sebagian besar atau 63,63% responden menjawab bahwa anaknya sering sholat dengan gerakan duduk antara dua sujud dan tasyahud sering benar, hanya 18,18% responden menjawab anaknya jarang dan hanya satu atau 4,54% responden menjawab tidak pernah. Berdasarkan hasil persentase tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam hal gerakan sholat mayoritas anak sudah mampu melaksanakan, hanya apakah untuk realisasi kepelaksanaan sholat anak melaksanakannya atau tidak, orang tua berperan. Tabel 21 Bacaan Sholat No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

4

18,18

2

Sering

11

50,00

3

Jarang

6

27,27

4

Tidak Pernah

1

4,54

22

100%

Jumlah

Persentase yang didapat tentang bacaan sholat pada anak menunjukka bahwa terdapat empat responden atau 18,18% yang menjawab anaknya selalu membaca bacaan sholat dengan benar, sebagian atau 50% responden menjawab anaknya sering membaca bacaan sholat dengan benar, hanya 27,27% responden yang menjawab jarang dan hanya satu responden atau 4,54% yang menjawab anaknya tidak pernah membaca bacaan sholat dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas anak telah mampu membaca bacaan sholat.

Tabel 22 Bacaan Niat Sholat

No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

14

63,63

2

Sering

7

31,81

3

Jarang

1

4,54

4

Tidak Pernah

0

0

22

100%

Jumlah

Dari tabel di atas tentang kemampuan anak hafal dalam membaca bacaan niat sholat, diketahui bahwa sebagian besar atau 63,63% responden yang menjawab anak selalu membaca bacaan niat sholat dengan benar, 31,81% responden menjawab anaknya sering membaca bacaaan niat sholat dengan benar, hanya satu responden atau 4,54% yang menjawab anak jarang membaca niat sholat dengan benar dan 0% atau tidak ada anak yang tidak dapat membaca bacaan niat sholat. Hal ini membuktikan bahwa dalam hal membaca niat sholat anak telah mampu melaksanakannya. Tabel 23 Intensitas Puasa No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

5

22,72

2

Sering

6

27,27

3

Jarang

7

31,81

4

Tidak Pernah

4

18,18

22

100%

Jumlah

Dari tabel di atas mengenai intensitas anak yang kuat berpuasa satu hari penuh, diketahui bahwa 22,72% responden yang menjawab anak selalu kuat berpuasa satu hari penuh, 27,27% responden yang menjawab anak sering kuat berpuasa satu hari penuh, 31,81% responden yang menjawab bahwa anaknya jarang kuat berpuasa satu hari penuh dan hanya 18,18% responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pelaksanaan puasa, anak yang mampu berpuasa satu hari penuh relatif beragam, karena faktor usia, pembiasaan dan bimbingan dari orang tua Tabel 24 Bertadarus Al-qur’an No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

0

0

2

Sering

1

4,54

3

Jarang

14

63,63

4

Tidak Pernah

7

31,81

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas tentang anak membaca Al-quran setelah sholat, diketahui bahwa tidak ada atau 0% responden yang menjawab anak selalu membaca Al-qur’an, hanya 4,54% responden yang menjawab anaknya sering membaca Al-qur’an, sebagian besar atau 63,63% responden manjawab anak jarang membaca atau bertadarus Al-qur’an dan 31,81% responden menjawab tidak pernah. Berdasarkan data di atas, dapat dikatakan bahwa intensitas membaca Al-quran pada anak sangat kurang. Karena hanya sedikit anak yang bertadarus, mayoritas anak jarang melaksanakannya, hal ini dapat di sebabkan kurangnya bimbingan dari orang tua.

Tabel 25 Bertutur kata dan bersikap dengan baik No

Alternatif Jawaban

Frekuensi

Persentase (%)

1

Selalu

8

36,36

2

Sering

10

45,45

3

Jarang

4

18,18

4

Tidak Pernah

0

0

22

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel di atas tentang perilaku atau akhlak anak dalam bertutur kata, diketahui 36,36% responden menjawab bahwa anak selalu bertutur kata dengan baik, sebagian atau 45,45% responden menjawab anaknya sering bertutur kata dengan baik, hanya 18,18% responden menjawab jarang dan 0% atau tidak ada responden menjawab tidak pernah. Hal ini membuktikan bahwa mayoritas anak sudah bersikap dan bertutur kata dengan baik, hanya saja apakah orang tua benar-benar telah memantaunya atau tidak dan biasanya di depan orang tua anak bersikap sopan karena takut tapi lain halnya dengan dibelakang orang tua. 2.

Analisa Data Sebagai umat Islam harus melaksanakan ibadah agar mendapat rahmat Allah swt. Butuh proses pembelajaran dan pembiasaan dalam beribadah. Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing anaknya

melaksanakan

ibadah.

Ditangan

orang

tualah

anak

akan

melaksanakan ibadah atau tidak. Karena banyak anak zaman sekarang yang telah meninggalkan rutinitas ibadah, seperti sholat berjamaah, puasa, membaca Al-Quran, serta banyak di temukan anak yang berkata tidak baik seperti kata “elu, gue” dan lain-lain yang tidak pantas diucap oleh seorang muslim. Di Rw 08 Desa Sasakpanjang Keamatan Tajurhalang – Bogor ditemui hal semacam itu. Banyak anak masih bermain padahal waktu sholat

telah tiba, anak yang bertutur kata tidak baik, masjid dan musholla tidak seramai dahulu yang di gunakan untuk sholat berjama’ah, pengajian bagi para remaja dan banyak ditemui anak yang tidak puasa wajib pada bulan Ramadhan padahal jika dilihat dari usia sudah harus berpuasa. Anak yang menyebut dirinya dengan sebutan “gue” dan masih banyak fenomena lain yang terjadi dalam hal bertutur kata maupun ibadah. Banyak cara yang dilakukan orang tua agar anaknya beribadah dan tidak mengucapkan perkataan yang tidak baik. Disinilah diketahui upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang - Bogor, seperti dijelaskan dari hasil observasi, wawancara kepada orang tua yang menjadi responden dan angket di bawah ini: a. Pelaksanaan Ibadah Anak Ibadah merupakan penyembahan serta ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya yang dilakukan sesuai perintah Tuhannya dengan ikhlas. Tidak mudah bagi anak untuk beribadah tanpa adanya bimbingan dan pembiasaan dari orang-orang terdekat. Dari hasil penelitian diketahui ada beberapa aktifitas ibadah anak warga Rw 08 Desa Sasakpanjang, diantaranya: 1) Sholat Pelaksanaan ibadah sholat yang di laksanakan oleh anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang masih kurang dalam pelaksanaannya. Karena masih banyak anak yang jarang melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari. Anak sholat maksimal hanya dua kali dalam sehari, itupun karena di pengajian. Hal ini di tunjukkan berdasarkan hasil angket dan wawancara, bahwa lebih dari setengan persen orang tua jarang dan tidak pernah menyuruh anak melaksanakan sholat, orang tua hanaya berpikir anak sudah di ajak dan di bimbing di pengajian.

2) Puasa Dalam pe;aksanaan puasa wajib pada bulan Ramadhan, biasanya pada hari-hari pertama puasa hampir seratus persen anak melaksanakannya, namun pada hari-hari seterusnya sudah banyak anak yang tidak berpuasa dan tidak satu hari penuh dalam berpuasanya. hal ini disebabkan karena orang tua beranggapan bahwa anak belum wajib melaksanakan puasa, jadi anak berpuasa tidak satu bulan dan tidak satu haripun tidak apa-apa. 3) Membaca Al-qur’an Aktivitas anak untuk membaca Al-qur’an di lingkungan Rw 08 Desa Sasakpanjang sangat kurang dan perlu di adakan bimbingan yang lebih dari sebelumnya. Anak membaca Al-qur’an hanya bila berada di pengajian, walaupun hasil angket menunjukkan bahwa orang tua sering menyuruh anaknya untuk membaca Al-qur’an namun pada realisasinya tidak. Hal ini dapat di karenakan kurang tegasnya orang tua jika anak tidak melaksanakan orang tua diam-diam saja. 4) Berperilaku dan berkata dengan baik Anak bersikap dan berkata dengan perkataan yang baik bila dia sedang bersama orang tua atau orang lain yang diseganinya. Dalam keseharian anak jika berada di tengah-tengah teman, tidak sedikit mereka berkata tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya kesadaran dari diri sendiri untuk berkata baik. b. Langkah-langkah

yang

Dilakukan

Orang

Tua

agar

Anak

Melaksanakan Ibadah Langkah merupakan cara atau tahapan yang dilakuakan orang tua agar anaknya beribadah. Banyak tahapan atau cara yang bisa dilakukan orang tua agar anak beribadah. Berdasarkan hasil penelitian, langkah yang dilakukan oleh orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang yaitu:

1) Memberikan pengarahan dan kesadaran tentang pentingnya beribadah Dengan terus di arahkan, anak akan menyadari betapa pentingnya beribadah bagi umat Islam. Walaupun butuh proses yang tidak singkat, orang tua tetap sabar dan tidak pernah lupa mengarahkan. Jika anak telah menyadari pentingnya ibadah, dengan sendirinya dia akan terus beribadah tanpa diperintah. 2) Memberikan hadiah Hadiah merupakan motivasi agar anak terdorong untuk melaksanakan ibadah. Hadiah dapat diberikan dengan syarat anak mau menjalankan apa yang di perintahkan oleh orang tua. 3) Memantau dan menemani anak dalam melihat tayangan di televisi Tayangan televisi yang sudah memasukan budaya luar dapat berpengaruh pada pola perilaku anak, hal ini dapat menyebabkan penyimpangan anak dalam berperilaku dan bertutur kata. Oleh karena itu, orang tua harus terus memantau tayangan yang dilihat anak dan menemani anak bila sedang menonton televisi sehingga orang tua dapat memberi tahu mana yang baik dan tidak. c. Hambatan yang Dialami Orang Tua dalam Membimbing Anak Melaksanakan Ibadah Hambatan merupakan kesulitan yang dihadapi orang tua untuk membimbing

anaknya

menyebabkannya. Dari

agar

beribadah

karena

ada

faktor

yang

hasil pnlitian, di ketahui beberapa faktor yang

melatar belakangi, diantaranya: a. Dari orang tua. Hambatan justru bisa datang dari orang tua sendiri, jika orang tua sedang bekerja atau tidak ada di rumah, anak tidak ada yang mengajak atau mengingatkan untuk beribadah, selain itu anak yang hanya takut pada orang tuanya tidak akan mengikuti perintah dari orang lain yang

brada di rumah. Selain karena faktor di atas, terdapat orang tua yang tidak beribadah, hal ini mnyebabkan pula kurangnya intensitas ibadah pada anak. Masih terdapat orang tua yang hanya menyuruh anaknya untuk mengaji, sholat tetapi orang tua sendiri belum melaksanakannya. b.

Dari lingkungan Lingkungan mempengaruhi perkembangan anak, lingkungan juga dapat menentukan intensitas ibadah anak. Lingkungan yang agamis dapat mendorong warganya untuk beribadah. Sebaliknya, lingkungan yang mayoritas

warganya

tidak

melaksanakan

aktifitas

keagamaan,

warganyapun cenderung tidak, walaupun tidak semuanya. Anak yang bargabung dalam suatu lingkungan akan bermain dengan teman seusianya, jika temannya tersebut tieak beribadah serta mengucapkan perkataan yang tidak baik, maka anak itupun akan menirunya. c.

Media elektronik Media elktronik memiliki andil yang cukup besar dalam pergaulan serta contoh keseharian. Perkembangan zaman moderen seperti sekarang ini ditemukan banyak acara-acara di televisi yang mengikuti budaya luar. Anak akan sangat cepat mengikuti apa yang ia sukai, jika di televisi terdapat contoh-contoh yang tidak baik dari segi bahasa ataupun yang lain, anak akan cepat menirunya. Selain berpengaruh pada sikap dan perilaku anak, tayangan televisi juga dapat membuat anak malas untuk beraktifitas seperti, sholat, belajar dan pergi mengaji.

4) Hanya melaksanakan jika diberi hadiah Orang tua yang selalu memberikan iming-imng kepada anak jika anak beribadah, dapat menyebabkan intensitas ibadah anak hanya terpaku pada hadiah. Jika orang tua tidak memberikan hadiah anak tidak mau beribadah.

d. Upaya Orang Tua dalam mengatasi hambatan yang dialami dalam Membimbing Anak Melaksanakan Ibadah Upaya adalah usaha yang dilakukan terus menerus agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Upaya yang dilakukan orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang berdasarkan pengamatan penulis melalui observasi, wawancara dan angket adalah sebagai berikut: 1) Mengajak anak agar melaksanakan ibadah Mengajak adalah meminta (menyilakan, menyuruh) supaya turut, sedangkan ajakan adalah anjuran (permintaan) supaya berbuat. Dengan adanya ajakan dari orang tua, anak akan merasa bahwa ibadah itu penting dan harus dilaksanakan oleh orang Islam, dengan mengajak anak agar beribadah, tiak mustahil anak akan terbiasa. Jika orang tua sedang tidak berada di rumah, orang tua dapat selalu menyuruh anak melalui orang lain, atau menelpon anak. 2) Mengingatkan. Dengan di ingatkannya anak agar beribadah, maka kontinuitas ibadah anak akan tercipta, jika telah tiba waktu sholat sedangkan anak masih bermain maka orang tua mengingatkannya, begitu juga bila waktunya anak untuk pergi mengaji, orang tua mengingatkannya. Dengan di ingatkannya anak jika ia berbicara dengan perkataan yang tidak baik, anak akan mulai membiasakan dirinya dan ingat dengan pesan orang tuanya jika ia berkata yang tidak baik. 3) Memberikan kesadarn pentingnya beribadah Kesadran beribadah yang di berikan orang tua akan membuat anak mau beribadah tanpa kontribusi apapun. Dengan kesadaran dari diri sendiri anak akan beribadah walaupun tidak diberi hadiah, walaupun tidak di ingatkan dan lain-lain.

4) Membatasi dan mengawasi penggunaan media elektronik Penggunanan media elektronik dalam hal ini televisi yang berlebihan berdampak kurang baik pada anak, oleh karena itu orang tua membatasi penggunaannya. Jika waktu anak untuk belajar, sholat dan pergi mengaji tv di matikan. Orang tua juga mengawasi atau memantau tayangan yang di lihat anak karena dihawatirkan anak mencontoh hal yang tidak baik. 5) Memasukan anak ke lembaga Degan memasukan anak kelembaga-lembaga seperti TPA, atau yang lain yang bersifat agamis, intensitas ibadah anak akan lebih meningkat, karena orang tua tidak dapat mengawasi anak sepenuhnya disebabkan oleh aktivitas bekerja. Oleh karena itu dengan menggunakan jasa dari yang lain dalam hal ini TPA akan sangat membantu. Karna di dalamnya anak diajarkan mengaji, jika masuk waktu sholat anak akan melaksanakan sholat secara berjama’ah. Berdasarkan data yang penulis peroleh, dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua dituntut memainkan perannya dengan sebaik-baiknya dalam membimbing anak melaksanakan ibadah, hal tersebut merupakan kewajiban bagi para orang tua. Karena realita yang ada membuktikan bahwa masih banyaknya anak yang seharusnya beribadah tetapi tidak, serta masih kurangnya realisasi dari upaya yang dilakukan orang tuadalam membimbing anaknya beribadah dengan intensitas ibadah anak. Orang tua seakan-akan memberikan kepercayaan penuh pada instansi yang membimbing anaknya dan memandu anaknya agar dapat beribadah dengan benar seperti TPA. Namun instansi tersebut tidak sepenuhnya dapat membuat anak inten dalam beribadah.Dengan demikian, siapa lagi yang dapat merubah pola kehidupan yang agamis penuh dengan pelaksanann ibadah yang kontinyu jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor sudah dapat dikatakan baik dalam berupaya memberikan bimbingan kepada anak agar melaksanakan ibadah. Hanya saja masih perlu

ditingkatkan kembali strategi yang diterapkan kepada anak serta harus lebih ditingkatkan dalam membimbing anak. Hal ini didukung oleh data yang penulis dapat berdasarkan hasil uji product moment bahwa korelasi antara bimbingan yang diberikan oleh orang tua dengan pelaksanaan ibadah anak menunjukan korelasi yang sedang. Oleh karena itu, jangan sampai orang tua melupakan tugas utama membimbing anak karena sibuk dengan pekerjaan.

BAB V PENUTUP

1.

Kesimpulan Dari hasil pembahasan skripsi ini, maka diperoleh temuan penelitian sebagai berikut: Di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor berkaitan dengan pelaksanaan ibadah anak yang berkaitan dengan sholat, puasa, membaca Al-qur’an dan berkata dengan perkataan yang baik dapat dikatakan belum optimal karena masih banyak terdapat anak yang tidak sholat padahal waktu sholat telah tiba dan anak tersebut telah mampu melaksanakannya, bisa membaca bacaan sholat. Begitu pula dengan puasa, intensitas berpuasa pada anak dibulan Ramadhan belum optimal anak yang seharusnya sudah di biasakan berpuasa namun masih terdapat anak yang dibiarkan tidak berpuasa. Dalam hal membaca Al-qur’an, mayoritas anak membaca Al-qur’an hanya di pengajian saja. Dalam hal bersikap dan berkata dengan perkataan yang baik masih perlu bimbingan agar menjadi lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan orang tua agar anak melaksanakan ibadah adalah dengan memberikan pengarahan dan kesadaran tentang pentingnya beribadah pada anak, memberikan hadiah kepada anak dan memantau serta menemani anak dalam melihat tayangan di televisi. Dengan adanya langkah-langkah seperti itu, orang tua dapat membimbing anak agar

beribadah dan dapat melihat serta memantau perkembangan ibadah dan akhlak anak. Hambatan yang dialami orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah adalah dari orang tua, lingkungan dan media elektronik (televisi) dan anak mau beribadah jika diberi hadiah. Adapun upaya yang dilakukan orang tua warga Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor adalah mengajak anak agar melaksanakan ibadah, mengingatkan anak agar beribadah, memberi kesadaran kepada anak tentang pentingnya beribadah, membatasi serta mengawasi penggunaan media elektronik dan memasukan anak ke lembaga-lembaga sepertti TPA. Adapun upaya yang dilakukan orang tua agar anaknya bersikap dan bertutur kata dengan baik yaitu mengingatkan anak jika berbicara tidak baik, menyuruh anak bersalaman cium tangan dengan yang lebih tua, mengawasi penggunaan media elektronik. 2.

Saran Adapun saran penulis untuk orang tua dan anak antara lain: 1. Orang tua hendaknya lebih mementingkan pendidikan, aktifitas ibadah serta intensitas bimbingan kepada anak dibanding dengan rutinitas bekerja. Agar pelaksanaan beribadah pada anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang dapat optimal, serta dapat mencetak generasi muda yang berakhlak baik dan taat beragama . 2. Orang tua dan anak hendaknya jangan terpengaruh kebiasaan masyarakat sekitar dan ada baiknya kebiasaan ini dihilangkan. 3. Bagi anak agar selalu mentaati apa-apa yang baik yang di perintahkan oleh orang tua agar menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan menjadi anak sholeh dan sholehah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, M. Nipan, Anak Saleh Dambaan Keluarga, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000. Abidin, Slamet, Fiqih Ibadah Untuk IAIN, STAIN, dan PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 1998. Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998. Al Manar, H.M. Abduh dan Saefuddaulah, H. M., Ibadah dan Syari‟ah, Jakarta: PT Pamator, 1999. An Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. Ardani, M., Fikih Ibadah Praktis, Ciputat: PT. Mitra Cahaya Utama, 2008. Bukhori, Imam, Shahih Bukhori, Juz V, No. 1296. Daradjat, Zakiah, Ilmu Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990. -----, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996. -----, Ilmu Fiqih, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995. Daud, Abu, Sunan Abi Daud, Juz II, No. 418. Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya, Semarang, Assyfa, 1980. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 1999. Hasbullah, Dasar Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Kartono, Kartini, Peran Keluarga Memandu Anak, Jakarta: PT Rajawali Press.......... Majah, Ibnu, Sunan Ibnu Majah, Juz IX, No. 3154. Mahfuz, Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Muslim, 2001. Mahjuddin, Membina Akhlak Anak, Surabaya: Al-Ikhlas, 1995. Mustofa, Akhlaq Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010. Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005. Nasution, Thamrin dan Nurhalijah, Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak, Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1986. Nasution, Lahmuddin, FIQIH 1, (tt.p.: t.p. t.t)

Nawawi, Fiqh Islam, Jakarta: Duta Pahala, 1994. Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. Raya, Ahmad Thib dan Mulia, Siti Musdah, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003. Sabri, M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005. Semiawan, Conny, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, tt p: PT Macanan Jaya Cemerlang, 2008. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004. Thalib, Muhammad, 40 Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap anak, Bandung: Irsyad Baitussalam, 1995. Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI), 1996. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Turmudzi, Imam, Sunan At-Turmuzi, Juz X, Bairut: Daarul Fikri, 1994. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Zurinal, Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Pedoman Wawancara

Pelaksanaan

: Kamis, 28 April 2011

Waktu

: Pukul 15.00

Nama

: Syamsul Bahri

Alamat

: Rt 03 Rw 08 Desa Sasakpanjang

1. Sebagai orang tua, usaha apa yang Bapak lakukan agar anak anda melaksanakan sholat, puasa dan mengaji? 2. Hambatan apa yang dialami dalam membimbing anak untuk melaksanakan ibadah? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak melaksanakan ibadah? 4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak tidak melaksanakan ibadah? 5. Bagaimana reaksi anak jika diperintahkan untuk sholat, puasa dan mengaji? 6. Dalam membimbing anak untuk beribadah, apakah Bapak menggunakan bantuan dari pihak lain?seperti memasukan anak ke TPA atau yang lain. 7. Apakah anak Bapak pernah mengucapkan perkataan yang tidak baik dan berlaku tidak sopan? 8. Jika ya, apa yang menyebabkan anak Bapak mengucapkan perkataan tidak baik dan tidak sopan? 9. Sebagai orang tua, upaya apa yang

dilakukan agar anak tidak

mengucapkan perkataan yang tidak baik dan berperilaku sopan?

HASIL WAWANCARA 1.

Untuk sholat dan puasa yang pertama dengan cara mengajak untuk bersamasama melaksanakan sholat dan puasa, hal ini untuk pembiasaan. Kedua dengan cara mengingatkan anak apabila waktu sholat tiba. Untuk mengaji saya meemasukan anak ke pengajian agar anak saya apat mngaji dan mengurangi waktu bermain.

2.

Hambatannya yaitu: a. Dari orang tua, jika orang tua tidak ada di rumah anak tidak ada yang mengingatkan atau mengajak untuk beribaah b. Dari lingkungan, banyak teman sebayanya yang tidak melaksanakan sholat, puasa dan mengaji shingga dia terpngaruh, apalagi jika sedang bermain.

3.

Karena takut kepada orang tua dan karena bersama-sama di pengajian.

4.

Malas, tidak ada pembiasaan dan keluarga/orang tua tidak beribadah.

5.

Tergantung kondisi,

6.

Iya, memasukannya ke TPA

7.

Iya.

8.

Meniru teman sepermainannya dan suka melihat tayangan di Televisi

9.

Apabila anak berkata tidak baik langsung diingatkan dan dicari solusi dengan memberi tahu bahasa yang baik tapi dalam arti yang sama. Memantau tayangan televisi yang di tonton anak. Tajurhalang, 28 April 2011 Responden

Syamsul Bahri

Pewawancara

Novia Yusmaniar

Pedoman Wawancara Pelaksanaan

: Kamis, 28 April 2011

Waktu

: Pukul 19.00

Nama

: Lilis Sapri

Alamat

: Rt 04 Rw 08 Desa Sasakpanjang

1. Sebagai orang tua, usaha apa yang Ibu lakukan agar anak anda melaksanakan sholat, puasa dan mengaji? 2. Hambatan apa yang dialami dalam membimbing anak untuk melaksanakan ibadah? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak melaksanakan ibadah? 4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan anak tidak melaksanakan ibadah? 5. Bagaimana reaksi anak jika diperintahkan untuk sholat, puasa dan mengaji? 6. Dalam membimbing anak untuk beribadah, apakah Ibu menggunakan bantuan dari pihak lain?seperti memasukan anak ke TPA atau yang lain. 7. Apakah anak Ibu pernah mengucapkan perkataan yang tidak baik dan berlaku tidak sopan? 8. Jika ya, apa yang menyebabkan anak Ibu mengucapkan perkataan tidak baik dan tidak sopan? 9. Sebagai orang tua, upaya apa yang

dilakukan agar anak Ibu tidak

mengucapkan perkataan yang tidak baik dan berperilaku sopan?

HASIL WAWANCARA 1.

Jika saya sholat dan puasa saya menyuruh anak saya untuk sholat dan puasa bersama, jika waktu sholat tiba tapi anak tidak ada di rumah saya bingung mencarinya, dan jika saya lagi berhalangan tidak sholat anak suka tidak mau sholat dan puasa. Agar dia bisa membaca Al-qur’an dan rajin tadarus, saya memasukan dia ke pengajian yang ada di lingkungan. Sekaligus dia dapat sholat bersama-sama.

2.

Hambatannya yaitu: dari teman-temannya, jika dia sedang bermain bersama teman, dia tidak mau disuruh sholat bahkan sampai menangis, kalau puasa di bulan Ramadhan hambatannya yaitu sering mmengeluh sakit sehingga tidak kuat berpuasa, apalagi kalau ada temannya yang tidak puasa. Anak saya hanya membaca Al-qur’an di pengajian, kalau di rumah tidak mau karena alasan belajar pelajaran sekolah.

3.

Karena dilaksanakan bersama di pengajian dan karena bersama-sama dengan anggota keluarga.

4.

Karena sedang bersama teman, sedang nonton tv dan karena malas.

5.

Selalu mengeluh dahulu, awalnya tidak mau.

6.

Iya, memasukannya ke TPA

7.

Pernah

8.

Meniru teman sepermainannya dan suka melihat tayangan di Televisi

9.

Jika dia katahuan bicara kasar atau jorok, saya langsung menegurnya. Dan melihat tayangan di televisi yang di lihat anak jika ada yang tidak baik saya langsung mengingatkannya. Tajurhalang, 28 April 2011 Responden

Pewawancara

Lilis Sapri

Novia Yusmaniar

ANGKET UNTUK ORANG TUA NAMA : ....................................... PEKERJAAN : ........................................ Petunjuk Pengisian! 1. Bacalah bismillah sebelum anda mengerjakan angket ini. 2.

Bacalah pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab.

3.

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda kehendaki.

4.

Diharapkan kejujuran agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.

5.

Angket ini semata-mata untuk penelitian tidak ada hubungannya dengan apapun.

6.

Terimakasih atas partisipasi dan kejujurannya.

A. Upaya Orang Tua dalam Membimbing Anak

1. Saya menyuruh anak untuk sholat dengan lembut.

a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d. Tidak pernah

c. Jarang

d. Tidak pernah

2. Saya menyuruh anak untuk berpuasa

a. Selalu

b. Sering

3. Saya menyuruh anak untuk membaca Alqur’an. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d. Tidak pernah

4. Saya menegur anak dengan lembut jika dia berkata berkata tidak baik.

a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

c. Jarang

d.Tidak pernah

5. Saya sholat berjama’ah dengan anak. a. Selalu

b. Sering

6. Saya mengajak anak untuk berpuasa bersama. a. Selalu b. Sering c. Jarang 7. Saya memukul anak jika dia tidak mau sholat. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah d.Tidak pernah

8. Saya memberikan hadiah jika anak sholat 5 waktu dalam sehari. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

9. Saya membangunkan anak untuk sahur agar berpuasa. a. Selalu 10.

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Saya berpuasa Ramadhan bersama dengan anak. a. Selalu

16.

d.Tidak pernah

Saya sholat bersama-sama dengan anak. a. Selalu

15.

c. Jarang

Saya memukul anak jika dia berbicara tidak sopan. a. Selalu

14.

b. Sering

Saya memberikan kejutan yang menyenangkan kepada anak sebagai rasa sayang. a. Selalu

13.

d.Tidak pernah

Jika anak malas mengaji, saya marah dan memaksa untuk mengaji. a. Selalu

12.

c. Jarang

Saya memberikan hadiah jika anak berpuasa.

a. Selalu 11.

b. Sering

b. Sering

c. Jarang

Saya memberikan hadiah jika anak berprestasi.

d.Tidak pernah

a. Selalu 17.

c. Jarang

d.Tidak pernah

Saya mencontohkan anak membaca Alqur’an dengan benar. a. Selalu

18.

b. Sering

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Saya memperlihatkan kepada anak cara sholat yang benar. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

B. Pelaksanaan Ibadah Anak

19.

Anak saya melaksanakan sholat secara berjama’ah terus menerus. a. Selalu

20.

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Anak saya kuat berpuasa satu hari penuh. a. Selalu

26.

d.Tidak pernah

Anak saya lancar membaca niat sholat dengan benar. a. Selalu

25.

c. Jarang

Anak saya sholat dengan bacaan yang benar. a. Selalu

24.

b. Sering

Anak saya dapat duduk antara dua sujud dan tasyahud ngan benar. a. Selalu

23.

d.Tidak pernah

Anak saya dapat ruku’ dan sujud dengan benar. a. Selalu

22.

c. Jarang

Anak saya melaksanakan sholat lima waktu dalam sehari. a. Selalu

21.

b. Sering

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Anak saya berpuasa satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

27.

Anak saya membaca Alqur’an setelah sholat. a. Selalu

28.

d.Tidak pernah

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Anak saya bersalaman cium tangan jika bertemu orang yang lebih tua. a. Selalu

30.

c. Jarang

Anak saya baik dan sopan dalam bertutur kata. a. Selalu

29.

b. Sering

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

Anak saya mengucapkan salam ketika akan pergi dan pulang. a. Selalu

b. Sering

c. Jarang

d.Tidak pernah

DATA PERHITUNGAN HASIL ANGKET TENTANG UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBIMBING ANAK DAN PELAKSANAAN IBADAH ANAK Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

∑X rhitung rtabel status

BUTIR SOAL 15 16 4 2 4 3 3 2 4 2 4 2 4 2 3 3 4 1 3 2 2 1 3 2 4 3 3 1 4 3 3 1 3 2 3 1 4 3 3 2 3 1 3 3 4 2 70 79 46 70 34 66 67 31 75 61 48 47 70 40 75 44 -0.066 0.518 0.437 0.387 0.104 0.229 0.467 0.371 -0.270 0.415 0.416 0.133 -0.279 0.415 -0.381 0.427 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 INV VAL VAL VAL INV INV VAL VAL INV VAL VAL INV INV VAL INV VAL 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 4 2 3 3 2 3 3 4 3 4

2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4

3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 3

4 3 4 3 3 4 2 3 3 4 2 3 3 2 4 2 3 4 4 3 4 3 4

5 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2

6 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 2 1 3 3 3 4 3 2 2 3

7 (-) 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 1 2 3 1 3 4 1 3 4 3

8 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 3 1 1 2 1

9 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3

10 4 4 2 3 4 3 3 1 4 2 1 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3

11(-) 2 1 2 2 2 2 3 1 3 2 1 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3

12 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 4 1 2 2 2 2 2 2 3

13(-) 3 1 2 2 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2

14 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2

LAKSANAAN IBADAH ANAK

UTIR SOAL

JUMLAH 17 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 2

18 2 3 3 4 3 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2

19 2 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2

20 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2

21 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4

22 4 1 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3

23 4 1 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 3 4

24 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3

25 4 3 2 1 3 2 3 4 1 4 3 4 2 1 2 2 2 3 2 4 1 3

26 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 3

27 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2 1 2 2 2 1 1

28 2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

29 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 1 2 3 1 2 2 1

30 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 3 3

39 42 32 47 72 63 62 79 56 54 38 64 49 70 0.368 0.604 0.452 0.519 0.220 0.562 0.460 0.443 0.375 0.193 0.396 -0.314 -0.350 0.407 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 VAL VAL VAL VAL INV VAL VAL VAL VAL INV VAL INV INV VAL

83 75 80 78 89 77 89 82 82 75 72 76 60 83 66 69 67 89 69 76 71 82

Perhitungan Angka Indeks Korelasi Product Moment antara Variabel X dan Variabel Y

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 𝑁 = 20

X 40 42 42 38 48 39 45 41 43 39 38 39 31 38 35 37 37 46 38 40 39 44 = 879

Y 43 33 40 40 41 38 44 41 39 36 34 37 29 45 31 32 30 43 31 36 32 38 =813

XY 1720 1386 1680 1520 1968 1482 1980 1681 1677 1404 1292 1443 899 1710 1085 1184 1110 1978 1178 1440 1248 1672 =32737

x2 1600 1764 1764 1444 2304 1521 2025 1681 1849 1521 1444 1521 961 1444 1225 1369 1369 2116 1444 1600 1521 1936 =35423

y2 1849 1089 1600 1600 1681 1444 1936 1681 1521 1296 1156 1369 841 2025 961 1024 900 1849 961 1296 1024 1444 =30547

Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment, yaitu:

rxy 

rxy 

N

 N X

2

 XY    X    Y     X    N Y   Y   2

22 x 32737 

 22 x 35423



2

2

 879 

2

 879   813 

  22 x 30547



 813 

2



rxy 

rxy 

rxy 

rxy 

 779306

720214  772641

 714627

  672034

 660969



5587

 6665   11065  5587 73748225 5587 8587

rxy  0 , 650 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa pengaruh antara upaya orang tua dalam membimbing anak melaksanakan ibadah dengan pelaksanaan ibadah anak di Rw 08 Desa Sasakpanjang Kecamatan Tajurhalang – Bogor sebesar 0,650. Berdasarkan hasil tersebut dapat di interpretasikan bahwa antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.